17. Ketulusan yang Diuji

2.6K 116 9
                                    

~ Kebaikan dan pertolongan kita kepada orang lain akan berbuah manis di kemudian hari ~

_Ayna_

"Ayna, kamu mau temani ibu ke acara akikah anaknya tante Ratna tidak?"

"Jam berapa acaranya, Bu?"

"Habis Zuhur nanti insyaallah."

Hari Senin pagi. Ayna masih menunggu kabar dari Lusi. Ayna sudah mencoba untuk menelepon, tapi tidak juga diangkat. Chat-nya pun masih centang satu. Ayna bersiap berangkat kuliah.

"Bu, Ayna minta tolong, Bu." Ayna yang sudah berada di teras rumahnya sedikit berteriak ke dalam memanggil ibunya.

"Ada apa? Ada yang ketinggalan?" Ibunya juga sudah siap pergi keluar untuk berbelanja. Dikuncinya pintu rumah.

"Fotoin Ayna, dong," Ayna tersenyum manja.

"Ya ampun, anak sekarang. Kamu nanti dimarahi abangmu lagi loh, pajang-pajang foto di medsos. Ibu enggak tanggung dosanya ya."

"Masa iya berdosa, sih, Bu ...?"

"Tanya abangmu, sana. Mana sini ponselnya." Ibu memotret Ayna beberapa kali.

"Terima kasih Ibuku sayang, Ayna berangkat ya, Bu. Assalamualaikum ...." Ayna mencium punggung tangan ibunya.

"Pulang cepat ya, jangan lupa anter ibu ke rumah Tante Ratna."

"Siap, Ibu Ratu ...."

Ada yang berbeda dengan Ayna pagi ini. Ayna memakai gamis hitam dan jilbab bunga kecil-kecil yang dijulurkan ke dadanya.

"Bismillah, pelan-pelan memperbaiki diri. Semoga istiqomah!" Itulah caption yang Ayna tuliskan pada foto yang baru saja diunggah di akun instagramnya.

Kemudian Ayna melaju menuju kampusnya yang memakan waktu 30 menit untuk sampai. Masih pukul delapan pagi, kuliah pertama Ayna dimulai pukul sembilan. Ayna menikmati setiap helaan napasnya saat ini dengan berzikir. Ayna bertekad memperbaiki dirinya dari hal-hal yang kecil.

Ayna sedang melaju perlahan di depan Balai Kota Depok. Dia melihat seorang ibu paruh baya yang terlihat kesakitan bersandar pada sebatang pohon sambil memegangi dadanya. Ayna melihat tidak ada seorang pun di sekitar ibu itu. Jiwa kemanusiaan Ayna terpanggil. Ayna menepikan motornya lalu menghampiri ibu itu.

"Bu, ada apa, Bu? Apa Ibu sedang kesakitan?" Tubuh ibu itu melorot ke tanah, tangannya menggenggam tangan Ayna. Wajahnya sangat pucat, tangannya dingin dan gemetar.

"Tolong saya ...," katanya lirih, matanya sayu dan terpejam beberapa kali.

"Iya, Bu. Mari saya antar ke rumah sakit! Ibu tolong bertahan sebentar lagi, ya."

Ayna melirik kanan dan kiri, tidak ada siapa pun di sekitar mereka. Kendaraan yang lalu lalang pun tidak ada yang menghampiri mereka, semua melaju dengan kencang. Mengapa semakin sulit menemukan orang yang berempati? Batin Ayna. Ia mengurungkan niatnya untuk berteriak minta tolong.

Ayna meminta ibunya menaiki sepeda motornya dan berpegangan erat kepadanya. Susah payah ibu itu berupaya bangun, dengan bantuan Ayna ibu itu berhasil dinaikkan ke atas motornya.

"Bertahanlah sebentar, Bu. Di depan sana ada rumah sakit!" Ayna mengemudikan sepeda motornya dengan hati-hati.

Tepat di depan rumah sakit, ketika Ayna mengerem, ibu itu ambruk!

AYNA (Jodoh Sahabatku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang