CHAPTER 01

143 25 117
                                    

WARNING!!!

***

Dengan bermodalkan rasa rindu yang mengebu-gebu setelah setengah bulan tidak bertemu, gadis berhidung minimalis tersebut telah mendaratkan bokongnya pada permukaan kursi cafe, menyapu arah pandangannya keluar jendela yang mempunyai sekat kaca bening tembus pandang, menatap orang-orang yang berlalu-lalang dengan intonasi ketukan pantofel serta ketukan heels yang berbeda-beda, walaupun remang-remang dibawah cahaya bulan serta bantuan cahaya dari lampu jalanan, gadis itu mendesah sambil menyeruput kembali latte machiatto untuk gelas yang kedua.

Cheon Sera一gadis keturunan darah Prancis-Korea ini sedang dirundung rasa gelisah, sebab dari tadi hanya bertukar posisi duduk tiap menit karena janji bertemu dengan seseorang yang telah mengisi dua tahun penuh harinya tak juga datang ketempat dimana, menjadi sebuah tempat yang sering mereka kunjungi beberapa bulan belakangan ini. Jemari lentiknya saling bertaut resah berbalut tangannya yang berkeringat, sudah hampir satu jam lamanya Sera dibuat menunggu dan sudah terdapat dua mug latte machiatto yang habis dalam beberapa menit terakhir.

Ponsel sang pria masih berada diluar jangkauan ketika Sera mencoba menghubungi bahkan beberapa pesan singkat yang menyatakan dirinya telah tiba sepuluh menit lebih awal dari perjanjian tak juga direspon一jelas gadis itu sangat khawatir jika sesuatu terjadi pada prianya. Cafe terlihat agak sepi karena jam sudah menujukkan pukul sembilan malam lewat lima belas menit一dan ini bukanlah akhir pekan jika ingin melihat keadaan Cafe tersebut ramai akan kunjungan para muda-mudi.

"Kenapa diluar jangkaun terus, sih." omelnya sambil memajukan bibir bawahnya ketika gadis tersebut mencoba menghubungi ponsel sang kekasih. "Kalau sepuluh menit lagi tetap tidak datang. Aku akan pulang. Lihat saja, aku akan mogok bicara padanya selama seminggu!"

Ketika sudah dirasa, waktu sepuluh menit seakan terbuang sia-sia, Sera membuka malas tasnya dan menaruh ponsel yang ia genggam dengan perasaan kecewa bercampur kesal, biasanya一prianya itu tidak pernah telat barang sedetikpun malah Sera yang sering melakukan itu. Namun ketika gadis itu hendak berdiri dengan suara kursi yang sedikit berderit, pintu Cafe berdenting tanda seseorang telah memasuki tempat temaram tersebut, dengan langkah gontai sang pria hanya tersenyum tipis saat melihat air muka gadisnya yang seakan ingin menerkamnya hidup-hidup.

Padahal ini adalah hari kelulusan Sera dari sekolah menengah atas. Yah benar, Sera terpaut dua tahun lebih tua dari kekasihnya dan mereka tidak satu atap sekolah. Senang rasanya一setidaknya, malam ini ia bisa merayakan kelulusannya bersama sang pacar walaupun hanya mereka berdua, alih-alih merayakan entah mengapa perasaan Sera malah terniang seperti sebuah perpisahan.

"Maaf membuatmu menunggu, Noona." pria itu menggaruk tengkuknya lalu menarik bangku hingga terdengar suara deritan yang memecah keheningan dan sekarang pria itu nyata berada didepan Sera. "Apa aku terlalu lama?"

Gadis itu hanya terdiam sambil bersidekap, pandangannya menukik tajam pada meja kayu berwarna krim yang telah menarik atensinya beberapa saat, hingga suara berat namun terkesan mendayu tersebut tertangkap kembali oleh rungunya. "Noona ..."

Aduh, tolong. Sera lemah hanya mendengar intonasi serta kalimat seperti itu, gadis itu memejam rapat dengan bibirnya yang melipat dalam satu garis lurus sementara kedua tangannya sudah terkepal diatas pangkuan, akan tetapi Sera tetap menahannya. "Noona, maafkan aku. Jangan marah seperti ini, aku minta maaf."

"Baiklah, aku memaafkanmu." nah lihat, Sera itu mudah luluh, dia masih terlalu polos dengan pria sebrengsek Jeon Jungkook, walaupun notabenya Jungkook jauh lebih muda darinya. "Kenapa bisa terlambat? Kau tidak pernah seperti ini sebelumnya."

-AMOR FATI-Where stories live. Discover now