CHAPTER 06

48 7 0
                                    

Awalnya Allard benar-benar tidak mengira hal tersebut akan terjadi pada Coralie, walaupun ia tahu begitu banyak tatapan pria yang terus menelanjangi Coralie membuatnya ingin membawa si gadis pergi sejauh mungkin. Betapa kecewa ia pada dirinya sendiri karena tak bisa melindungi si gadis seperti amanah yang diberikan Cheon Mari kemarin sore.

Sesungguhnya Allard baru pertama kali ini diberi kepercayaan seperti itu dan baru pertama kali ini pula membawa seorang gadis tanpa sebuah rasa keterpaksaan dan berat hati karena semata-mata ia melakukannya dengan sangat tulus, sebelumnya Allard tak pernah begini justru ia lebih memilih tidak datang dengan alasan sedang diluar Kota atau sebagainya kecuali untuk menghadiri rapat penting dan pertemuan antar kolega diperusahaannya ataupun perusahaan yang ingin bekerja sama dengannya.

oOo

Tanah lembab yang masih menyisakan genangan air kumuh tanda hujan tadi malam berhenti cukup lama, petrichoryang biasanya menyentuh penghidu telah lebur menjadi aroma embun hingga membuat hidung terasa dingin saat menghirupnya dalam-dalam bersamaan gumpalan asap putih yang keluar dibelah bibir menandakan suhu jauh dibawah rata-rata hingga menusuk kesum-sum tulang.

Allard一bangun lebih awal karena ia tak ingin membuat Coralie mencurigainya bahwa diseperempat malam ia sempat menemani sang gadis tidur hingga pagi menyapa. Untuk saat ini, ia tak ingin Coralie menghujaninya dengan bertubi-tubi pertanyaan walaupun ada kemungkinan hal tersebut akan terjadi nantinya一ia hanya terlalu lelah untuk menanggapi karena kantuk yang masih menggerogoti membuat kelopak matanya terlalu berat hanya untuk diajak sekeder terbuka sementara ia hanya mendapatkan jatah tidur selama dua jam tepat disaat hujan telah berhenti turun bersama jutaan kenangannya.

Jam telah merambat pada pukul delapan pagi dimana hal tersebut sudah bisa dikatakan terlalu siang umumnya untuk seorang gadis terbangun, ia masih terlelap damai dibalik selimut tebal miliknya, sejenak Allard berpikir一mungkin Coralie hanya kelelahan atau bisa juga karena pengaruh cairan infus yang sudah habis tak meninggalkan sisa lagi telah mengalir bersamaan dengan aliran darahnya.

Lelaki itu berdiri dibalkon kamar, sudah terlihat rapih dengan menggunakan一sweetshirt besar berwarna cokelat muda dengan tudung hoodie yang sengaja ia sampirkan dikepala, guna menghambat rasa dingin yang menghujam daun telinganya lalu paha berotot itu dibalut jins panjang berwarna hitam dengan salah satu bagian lututnya yang sobek hingga mengepres tonjolan pahanya yang berisi tersebut.

Allard menengadah kearah langit dimana letak matahari biasanya berada sampai ekor netra hazel tersebut tak menemukan presensi matahari pagi ini, matanya mencari-cari keberadaan sang surya tersebut hingga ia menatap pilu pada gumpalan awan hitam yang kemungkinan sebentar lagi akan turun hujan kembali.

Biasanya ia sangat suka menikmati kehangatan dari mentari pagi yang sedikit menyengat kulit putihnya hingga membuat mata hazel itu bercahaya ketika beradu dengan langit yang cerah seperti masa depan gadis yang ada dibelakangnya saat ini.

Allard menyesap segelas kopi hitam pekat yang tinggal setengah bagian lagi lalu membasahi kerongkongannya yang terasa kering karena cuaca yang semakin dingin一memeluk gelas putih tersebut dengan kedua telapak tangan demi menghantarkan panas pada telapak tangannya yang membeku.

Pemuda itu melirik kebelakang, kali saja Coralie tiba-tiba terbangun dan membutuhkan sesuatu namun一sayang tak ada gerakan yang ia tangkap pada sang gadis hingga matanya jatuh pada selang infus yang sudah tidak mengaliri cairan lagi lantas Allard melangkah pelan sembari menyugar surai lembabnya yang jatuh didahi.

"Kapan kau akan bangun?" Allard mendekat lalu duduk dibibir tempat tidur sama sekali tidak ada niat untuk melepaskan selang infus tersebut karena takut membangunkan sang gadis lalu ia melirik sekilas kearah nakas yang sejajar dengan tinggi tempat tidurnya. "Sarapanmu sudah mendingin."

-AMOR FATI-Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu