Bagian 4

105 18 1
                                    

Sudah hampir seminggu aku bekerja bersama Sehun, mulanya aku kesulitan mengikuti jadwal Sehun yang padat. Untuk sekedar memejamkan mata selama 2menit sudah sangat untung bagiku. Terlebih dengan jadwal tambahan les private untuk Sehun membuat waktuku semakin sempit.

Selama seminggu ini pula, Sehun bertingkah seolah tidak terjadi apapun. Malam itu benar-benar seperti angin yang berlalu. Dan aku senang karena Sehun tidak pernah menatapku dengan tatapan seperti itu lagi.

Sedangkan Oppa ku, dia masih terus mencoba menelfon terlebih saat uang sakunya sudah habis. Seharusnya aku mengirimi uang sebulan sekali namun dalam seminggu ini aku sudah mengiriminya sebanyak 2x. Meski sebetulnya aku masih memiliki uang lebih karena sering mendapat bonus dari Sehun, tapi aku ingin Oppa tahu jika mencari uang itu sangat sulit tapi apa yang bisa aku harapkan dari Oppa?

Pagi ini, kami sudah berada di dalam mobil menuju gedung agency. Dari yang ku dengar Sehun dipanggil oleh bigboss entah mau apa.

"Kau terlambat dan melewatkan sarapan mu. Apakah selelah itu dirimu?" Jeno Oppa memecah keheningan didalam mobil.

Aku menatapnya dengan senyum kikuk, "malam yang melelahkan." Ujar ku terkekeh sambil menggaruk tengkuk ku.

"Kau sudah seperti selebriti karena jadwalmu." Jeno tertawa mendengar ucapan nya sendiri aku hanya ikut tertawa.

Setelah memarkirkan mobil di basement, kami memasuki gedung M dengan santai.

"Jihan-nie, karena kamu belum sarapan kamu makan dulu aja di café. Sepertinya Sehun akan lama." Jeno menengok kearah ku yang berada di belakangnya. Suaranya agak khawatir.

Aku terdiam sesaat, bagaimana bisa aku makan sendiri? Selama seminggu ini aku selalu makan bersama Jeno Oppa, Hyehee Eonni, bahkan bersama Sehun.

"Jeno, kamu temani Jihan makan saja, aku bisa menemui bigboss sendiri." Sepertinya Sehun paham kenapa aku diam saja. Berbeda dengan Jeno yang kini sedang menatap Sehun.

"Tidak bisa, bigboss memintaku datang juga."

"Ti..tidak masalah, aku tidak lapar kok." Aku berusaha tersenyum. Sejujurnya cacing di perutku sudah mulai protes.

"Kamu belum makan? Mau makan bersama ku? Kebetulan aku ingin minum kopi." Suara lembut dari belakang mengejutkan ku, Jeno Oppa dan juga Sehun.

Suara lembut itu milik Jongin. Dia sedang tersenyum menatapku. Aku melirik kearah Sehun sebentar dan aku bisa tahu jika Sehun sudah merasa terganggu dengan kehadiran Jongin.

"Hai Hyung, have you been doing well?" Jongin tersenyum lagi kearah Jeno Oppa. Jeno Oppa hanya mengangguk menjawabnya.

"Sehun kau mau menemui bigboss kan? Kurasa itu akan lama, kasian nona ini jika harus menunggumu. Aku akan menemaninya sarapan dan tenang saja aku akan menjaganya." Kali ini Jongin sudah menatap Sehun dengan wajah cerianya.

Aku bingung, selama seminggu ini aku selalu melihat Jongin berusaha mencari perhatian Sehun. Dia sepertinya sengaja menemui dan menegur jika dia melihat Sehun. Meski sebetulnya dia tahu jika Sehun membencinya. Senyumnya juga tidak terlalu palsu.

"Sudah seminggu ini kau selalu di agency, apakah job mu menurun?" Sehun bertanya dengan nada merendahkan sambil menyilang kan tangan di dada. Menatap Jongin yang hanya balas dengan senyum nya.

Aku memberikan kode kepada Jeno Oppa untuk segera membawa Sehun sebelum keadaan semakin awkward.

"Baiklah, kami duluan keatas ya. Jihan-nie jika sudah selesai langsung keatas ya." Ujar Jeno sebelum akhirnya menarik paksa Sehun.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum sembari melambaikan tangan seperti orang bodoh.

***

Sudah lebih 10menit kami duduk dengan diam, Kai terlalu sibuk dengan kopinya sedangkan aku bingung mau membahas apa. Apakah tidak masalah jika aku fangirling disini? Jujur saja aku memang bucin Jongin. Sejak dia membintangi brand terkenal itu membuatku sangat mengagumi nya.

Hidungnya yang mungil, bentuk wajah nya, senyum nya dan bahkan kulitnya. Seperti melihat patung hidup, begitu sempurna dan mahakarya.

"Aku sangat beruntung bisa bertemu dengan mu." Jongin memulai bicara.

Bukankah seharusnya aku yang berkata begitu?

"Aku yang seharusnya berkata begitu."

"Kenapa begitu?" Jongin sepenuhnya memperhatikan ku.

"Well, pertama-tama kamu model terkenal, seluruh Korea—  ani, seluruh dunia tahu dirimu. Kedua, seberapa banyak seorang fans bisa menemui mu dan minum kopi bersama? Mau ku lanjutkan lagi?"

Jongin terkekeh mendengar penjelasan ku dan berkata, "Baiklah point taken. Tapi thank you sudah mengatakan itu, aku merasa terhormat."

Ucapan nya membuatku tak bisa lagi menahan diri, dia begitu rendah hati. Maksudku semua yang dikatakan dirinya seharusnya aku yang bilang!

Aku menatap nya dengan tatapan serius, "Oke dengar kan Mr. Jongin," aku membuat suaraku menjadi serius membuat Jongin jadi melihatku dengan khawatir, "jangan berkata begitu karena kehormatan itu seharusnya aku yang merasa.. Eii aku tidak tahu apa yang kubicarakan tapi bisakah kita ganti topic?"

Jongin tersenyum, "baiklah, gimana kalau kita mulai dengan Sehun."

Aku hampir saja memuncratkan kopi kewajah tampan nya itu. "Ada apa dengan Sehun?"

"Aku baru saja menyebut namanya dan kau sudah hampir membunuh ku dengan kopi." Dia menggeleng sambil nyengir.

"Yah! Kau sangat menyeramkan ternyata." Ujar ku sambil tertawa untung saja dia ikut tertawa, kurasa sekarang sudah tidak masalah berbicara santai dengan nya.

"Pertama, aku sama sekali tidak tertarik dengan Sehun. Aku tadi tersedak karena... karena..."

"hm?"

"Karena kau tiba-tiba membicarakan nya jadi aku terkejut dan tersedak." Aku mengelak, Jongin memberikan pandangan aneh kepadaku. Aku langsung berpaling karena aku tidak mau memperlihatkan wajah memerahku.

Aish! Kenapa dia bisa tahu kalau aku tertarik pada Sehun? Apakah terlalu kelihatan?

"Tidak masalah, kau tidak perlu memikirkan nya." Jongin menyingkap rambut yang menghalangi mataku.

Tindakan tiba-tiba nya membuat ku terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa selain membiarkan nya mengusap kepala ku sambil tersenyum.

"Kau sudah selesai?! Apa aku harus menunggumu selesai genit-genitan?"

Aku menoleh kearah suara tersebut berharap aku hanya berhalusinasi. Tapi ternyata tidak, Sehun sedang menatapku dengan pandangan menyebalkan.

Aku segera berdiri, "terima kasih sudah menemaniku, aku permisi."

Jongin menarik tangan ku kedalam pelukan nya membuat tubuh ku tak berdaya selain balas memeluknya, dia berbisik "Sehun tidak akan menyadari perasaan nya jika kau hanya diam dan tidak bertindak." Dia melepaskan pelukan ku dengan senyum dan membiarkan ku bingung dengan ucapan nya.

"Text aku jika kau sedang free, aku menyimpan kontak ku dengan Uri Nini" ia melambaikan tangan sambil tersenyum kearah ku membuat ku bingung.

Terlebih Sehun yang merasa tidak senang dan kesal sedari tadi. Aku bisa melihat wajahnya memerah. Mungkin dia merasa dingin, aku melepaskan syal yang ku pake lalu memberikan kepadanya.

Sehun menatap ku bingung, "telinga dan leher mu memerah, jika kau dingin pakai saja ini." Aku tersenyum.

Kali ini dia menatap ku sambil mengangkat alisnya lalu berkata, "kau bercanda? Aku malah merasa panas disini." lalu mengipas-ngipas wajahnya.

Apa dia sedang sakit? Kenapa dia bisa merasa panas dimusim dingin seperti ini?

***

Pabo-TranslatorWhere stories live. Discover now