MEMUJA DIRI SENDIRI, APAKAH PERLU?

3.2K 179 19
                                    

Di dunia yang begitu mudahnya orang saling mengabaikan ini. Mendapatkan sosok yang mau mengagumi kita, mencintai kita, dan dengan tulus menyukai diri kita, sama susahnya dengan orang yang mau memperhatikan kita. Bahkan, saat seseorang sudah begitu populernya dan dikenal oleh banyak orang. Rasanya, seseorang yang benar-benar tulus mengagumi sosok kita hampirilah tak ada. Kecuali, mereka yang mengagumi seorang perempuan-laki-laki dengan alasan klasik bahwa dia cantik atau tampan. Atau alasan-alasan lainnya yang jumlahnya banyak. Hanya saja, kekaguman itu seringkali begitu mudahnya berakhir. Entah karena alasan yang rumit atau sangat sepele.

Selama kita hidup, betapa anehnya kita terus-menerus mengagumi orang lain yang ada di majalah, televisi, internet dan buku-buku. Kita sudah lupa, bagaimana caranya mengagumi diri sendiri dan percaya diri bahwa kita juga hebat dan layak.

Banyak orang tak percaya akan dirinya sendiri sehingga mencari objek kekaguman yang memuaskan hasrat dan keinginannya yang tak mampu dicapainya. Atau karena tak terbiasa menilai diri sendiri. Sehingga nyaris seluruh hidupnya dihabiskan hanya untuk memuja orang lain. Dari idol Korea, penyanyi Jepang, sampai pemain film Hollywood.

Setelah dipikir-pikir, sejarah hidup seseorang di dunia, lebih banyak mengagumi dan memuja orang lain dari pada mengagumi dan memuja diri sendiri. Kenyataan ini terasa menyakitkan karena membuat banyak dari kita akhirnya merasa kurang dan mencari pelepasannya dalam diri orang lain. Padahal dalam diri kita sendiri terdapat banyak hal. Hal-hal yang bisa dipelajari, dicintai, dan memiliki hal khusus yang tak seorang pun memilikinya.

Hanya saja, kita tak pernah bisa benar-benar memperhatikan diri sendiri. Kita lebih banyak menolak diri sendiri. Menyalahkan diri sendiri. Menganggap semua yang ada di diriku kita hanyalah kekurangan dan kekurangan.

Keinginan untuk dipuja banyak orang membuat banyaknya manusia terjatuh pada ketergantungan akan pemujaan orang lain. Emosi dan mentalnya begitu rentan untuk diakui dan ditinggikan oleh khalayak banyak. Saat seseorang terlalu tergantung dengan betapa banyaknya orang memuja dan menyukai dirinya. Yang sering terjadi adalah dia melupakan untuk memuja diri sendiri tanpa harus perlu orang lain untuk ikut memuja dirinya.

Biasanya, kacanduan akan pemujaan dari orang lain bisa mengakibatkan seseorang terlalu sensitif jika ada orang yang meninggalkan dan tak lagi menyukainya. Seolah-olah, seluruh dunia harus memuja dan menyukainya. Kehilangan satu orang pemuja tiba-tiba saja berubah menjadi neraka.

Neraka orang yang kehidupannya disetir oleh para pemujanya, seringkali dia tak bisa mengakui dirinya sendiri dan selalu merasa kurang walau dia sudah memiliki banyak hal yang orang lain miliki. Secantik dan setampan apa pun orang itu. Jika dia belum bisa menerima dan mulai mengagumi dirinya sendiri. Dia akan selalu ketergantungan dengan orang lain yang harus memujanya.

Itulah sebabnya banyak orang sekarang ini melakukan apa saja demi dicintai dan dipuja banyak orang. Dari mulai telanjang di depan publik, menjadi pelacur, sampai melanggar semua tabu, norma, aturan, dan melakukan semua hal demi menarik perhatian dari massa.

Banyak orang hari ini lupa, bahwa bukanlah orang lain yang lebih dulu harus memuja diri kita. Tapi diri kita sendirilah yang harusnya melakukannya. Memuja diri sendiri. Mencintai diri sendiri. Mengakui diri sendiri. Hal-hal yang semakin dilupakan banyak orang sehingga sebanyak apa pun seseorang memiliki keunikan dan kekayaan. Dia masih tak percaya diri dan merasa kurang.

Memuja diri sendiri, berarti penghormatan terhadap diri kita sendiri bahwa kita ini luar biasa, unik, dan tak bisa dibandingkan oleh orang lain. Atau, hanya dengan diri sendiri saja, kita sudah hampir lebih dari cukup. Saat seseorang memuja dirinya sendiri secara sadar dengan cara yang positif. Dia akan lebih percaya diri dan tak mudah tersudut malu. Dia akan puas dengan apa yang bisa dilakukannya dan tak menyalahkan apa yang tak bisa dilakukan dan menjadi batasan-batasan diri sendiri. Bahkan terkadang kita bisa dikejutkan dengan diri kita sendiri. Karena adakalanya, kita itu ternyata luar biasa juga.

Kesadaran akan hal-hal semacam ini sudah jarang terjadi karena tak banyak orang mau menerima diri sendiri dan mengakui apa yang dia punya dan tak punya. Sehingga, kepuasaan dirinya selalu berada di orang lain. Mendengarkan lagu orang lain. Membaca buku orang lain. Menonton film orang lain. Sampai memuja orang lainnya yang dijadikan idola atau idol ideal.

Terus menerus melakukan semua itu. Memuja dan terus memuja orang lain. Nyaris seumur hidup. Dan lupa terhadap diri sendiri.

Seseorang akhirnya berakhir menjadi pemuja orang lain seumur hidup sampai mati. Bahkan di sisa hidupnya, banyak orang tak sadar bahwa dirinya juga pantas untuk dikagumi. Bukan oleh orang lain. Tapi oleh diri sendiri lebih dulu.

Bagaimana kita bisa menghargai dan begitu memuja orang lain tapi nyaris lupa memuja dan menghargai diri sendiri?

Jika memuja orang lain sekarang ini menjadi kebutuhan psikologis yang begitu besarnya. Menjadi bagian vital untuk bertahan hidup. Tidakkah diri kita sendiri ini jauh lebih vital dan memuja diri sendiri jauh lebih diperlukan sebelum kita memuja orang lain?

Memuja diri kita sendiri adalah sebentuk kepercayaan terhadap diri kita. Kita percaya, menghargai dan mengakui apa yang ada dalam diri kita. Bahkan kita bisa berkata, ah, aku juga punya suara yang indah melebihi penyanyi itu. Hmm, ternyata aku bisa melakukan ini juga. Luar biasa. Atau, aku sendiri jika dibandingkan dengan artis itu, aku juga sangat cantik kok. Dan banyak hal lainnya yang bisa kita kagumi dari kita sendiri. Asalkan kekaguman terhadap diri sendiri tidak mengarah pada rasa iri terhadap pencapaian orang lain sehingga bisa bersifat merusak.

Sejarah psikologis dunia manusia dewasa ini adalah sejarah di mana orang-orang mulai melupakan dirinya sendiri dan itu bisa berakibat ketergantungan secara total terhadap penilaian orang lain terhadap dirinya. Jika terus seperti itu, bahkan sampai mati, dia tak bisa mendapatkan kepuasan dari apa yang bisa dicapai dan dilakukannya. Saat sudah memiliki segalanya. Dia masih tak puas dan selalu membandingkan diri dengan orang lain. Seolah-olah orang lain yang dianggap lebih darinya, adalah ancaman. Seperti orang cantik baginya adalah ancaman. Orang bertubuh langsung tinggi adalah anyaman. Orang yang lebih kaya adalah ancaman. Orang yang punya rambut indah adalah ancaman. Maka, semua orang yang ada di atas dirinya akan menjadi ancaman bagi mentalnya nyaris setiap waktu.

Tidakkah mulai sekarang, kita mulai belajar untuk menengok diri sendiri? Dan melihat lebih dekat, ternyata kita ini juga menarik dan mengagumkan juga. Bahkan ternyata kita juga bisa lebih hebat dari mereka kok.



PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2Where stories live. Discover now