🌗Chenle is Not Afraid

5.7K 999 213
                                    

Mari kita lihat lelaki cantik yang menyelinap keluar rumah malam-malam dengan celana super pendek dan kemeja tipis kebesaran yang dua kancing atasnya terbuka itu. Orang-orang yang tersisa di jalanan yang mulai sepi memandangnya aneh, menganggapnya orang gila mungkin. Ada juga para lelaki hidung belang yang menatapnya lapar tetapi ia tidak menaruh peduli sedikitpun pada orang-orang yang menurutnya tidak penting untuk dipedulikan. Lelaki cantik itu terus berjalan dengan riang gembira. Rambut ungunya bergerak-gerak lucu mengikuti langkah kakinya yang agak terburu-buru.

"Aloha!"

Semua mata di kedai kopi itu tertuju ke arahnya padahal ia hanya menyapa 6 orang yang berada di meja yang paling dekat dengan pintu masuk. Mata si cantik itu berbinar saat keenam temannya saling bersahutan membalas sapaannya.

"Chenle! Sini duduk di sebelahku dan ceritakan bagaimana cara kau menyelinap kali ini." Ucap Huang Renjun sambil menepuk-nepuk kursi kosong di sebelahnya.

"Astaga lihat pakaianmu! Untung saja kau tiba di sini dengan selamat." Kata Lee Haechan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, takjub melihat tingkah ajaib bocah bersurai ungu tersebut.

"Aloha, Chenle! Aloha! Aloha! Aloha!" Lucas Wong mengajak Chenle bersulang. Karena belum memesan minuman, Chenle meminjam gelas berisi blue ocean milik Jaemin untuk bersulang dengan lelaki bertubuh tinggi besar itu.

"Itu menu baru di kedai kopi ini." Jaemin menunjuk gelasnya yang telah diletakkan kembali di meja, "Kau menyukainya kan? Aku sudah memesankan satu untukmu beberapa detik sebelum kau sampai di sini dan oh, itu minumanmu datang."

"Kau tahu benar kesukaanku, hyung." Mata Chenle berbinar-binar saat gelas tinggi berisi cairan berwarna biru gradasi oranye itu diletakkan di meja oleh waitress.

Alasan Chenle menyukai minuman itu adalah karena warna kesukaannya biru. Itu juga menjadi alasan di balik warna rambutku sekarang. Ya, Zhong Chenle yang memilihkannya untukku.

"Jisungie mengapa kau diam saja? Ayo bersenang-senang!" Chenle tertawa sambil mengarahkan gelasnya ke depan wajahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jisungie mengapa kau diam saja? Ayo bersenang-senang!" Chenle tertawa sambil mengarahkan gelasnya ke depan wajahku. Akupun mengangkat cangkir kopiku yang keempat dan menyentuhkan bibir cangkir putih itu ke bibir gelas tingginya, the way my lips touching his.

"Omong-omong aku tidak melihat Jeno hyung." Chenle mengangkat sebelah kakinya ke atas kursi seperti sedang makan di warung. Ia bahkan tidak mempedulikan tatapan orang-orang yang memandangnya aneh.

Jaemin yang merupakan kekasih Jeno menghela nafasnya sebelum menjawab, "Sedang tidur di mobil. Aku sudah mengajaknya untuk turun dan bergabung tetapi kau pasti tahu jika ia adalah orang yang sangat amat pemalas."

Aku tidak memperhatikan obrolan yang menurutku terlalu submisif setelah itu. Chenle, Haechan, Jaemin, dan Renjun memang selalu membahas hal-hal yang tidak dimengerti oleh kaum seperti aku, Mark, Lucas, dan juga Jeno. Obrolan itu berlangsung selama setengah jam lebih sebelum kami memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing.

[✓] nadir | jichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang