🌚DTYH : Long Way Down

2.7K 525 13
                                    

Chenle benar-benar ingin sendiri dan Jisung seakan mengetahui hal itu. Ia tidak bisa dihubungi beberapa jam sebelum latihan Chenle yang terakhir dimulai. Minggu depan Chenle sudah harus gladi bersih dan lelaki manis itu menginginkan Jisung untuk datang di latihan terakhirnya sebagai pengganti Yukhei, tetapi Jisung meninggalkannya dalam kehampaan.

Anak bungsu keluarga Zhong itu berjalan dengan lunglai ke arah taksi yang sudah menunggunya di depan rumah. Beberapa detik kemudian, tubuhnya sudah tersandar pada kursi bagian belakang tersebut, tetapi pikirannya tetap pada Jisung. Dan sepanjang perjalanan pun tetap seperti itu.

💓

"Kejutan!"

Chenle menoleh pada sesosok lelaki tinggi yang baru saja duduk di sebelahnya, "Selamat! Aku benar-benar terkejut."

Jisung tertawa, "Aku datang untuk menyemangatimu."

"Oh ya? Terima kasih." Chenle tersenyum tulus.

"Terima kasih pada jin penjagamu karena tidak datang sehingga aku bisa dengan bebas duduk di dekatmu sekarang."

Chenle tertawa kecil karena Jisung berpura-pura kesal pada Yukhei hanya karena lelaki itu tahu bahwa Chenle kesal dengan kekasihnya. Ya, hanya berpura-pura karena Jisung bukan tipe orang yang mudah membenci orang lain.

"Jin penjagaku jelek! Lebih bagus kau!"

"Oh ya?" tanya Jisung.

"Iya."

"Oh." Jisung mengangguk-anggukkan kepalanya seolah sangat memahami perkataan Chenle. Intinya ia sudah menjadi orang yang lebih bagus di mata Chenle daripada Yukhei.

"Aku sebentar lagi tampil gladi bersih. Kau harus melihat kehebatanku dalam menari." Chenle tertawa penuh canda.

"Tentu saja. Aku selalu melihatmu." Jisung tersenyum, "Tetapi, sekarang aku lapar."

"Chenle!"

Lelaki bermata sipit itu menoleh ketika Chittaphon, ketua kelompok tarinya memanggil. Ia segera bangkit setelah sebelumnya mengambil potato chips dari ransel dan memberikannya pada Jisung.

"Wah, makanan!" kata Jisung dengan mata berbinar-binar yang mana membuat Chenle tertawa karena ia tampak seperti orang yang tidak makan tiga bulan.

Dan selanjutnya adalah Jisung yang menikmati gerakan Zhong Chenle dengan iringan lagu Long Way Down serta potato chips di tangan kanan.

💓

Chenle sudah berganti pakaian. Kata Jisung wangi, lalu Chenle senyum lagi, senyum terus.

"Kau suka berenang dari kecil?"

Jisung mengangguk, "Dari sekecil kau."

"Hei, aku lebih tua darimu!" Chenle mencubit lengan Jisung.

Jisung berusaha menyingkirkan tangan Chenle dari lengannya, "Maksudnya, dari saat tubuhku masih sekecil tubuhmu sekarang."

"Memang usiamu berapa saat itu?"

"Delapan tahun?"

Dan Chenle mencubitnya lagi karena ia sudah berusia hampir dua puluh dengan tubuh seperti itu.

"Dwarf." ejek Jisung.

"Kau besar seperti beast!"

"Dan kau beauty-nya." Jisung tertawa kecil, "Beauty dwarf."

Chenle memajukan bibirnya, "Kau kelihatannya suka potato chips."

"Tentu."

Lelaki yang lebih kecil menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi penonton, terdiam beberapa detik sebelum mengeluarkan kata-kata lagi, "Kau tidak ingin bertanya apa-apa tentangku?"

"Untuk apa? Aku sudah tahu semuanya."

"Oh." Chenle sudah tidak kaget lagi dengan kemampuan Jisung dalam mencintainya.

Kemudian, mereka berpegangan tangan selama hampir satu jam, lalu dihampiri seseorang.

"Siapa yang mengizinkanmu memegang tangannya?"

Kedua lelaki itu mengangkat kepala mereka dan langsung bertatapan dengan lelaki lain yang lebih tua.

"Siapa yang mengizinkanmu memegang tangannya?!" Lelaki yang lebih tua itu mengulangi pertanyaannya dengan suara yang lebih keras hingga Huang Renjun dan Lee Donghyuck yang duduk beberapa meter jauhnya dari mereka menoleh.

"Siapa yang kau ajak bicara?" Jisung malah menantang.

"Bajingan di hadapanku ini! Siapa lagi?!"

"Wong Yukhei!" Chenle menyebut nama itu dengan tegas untuk memperingatkan bahwa mereka berada di tempat umum dan tidak seharusnya membuat kekacauan, tetapi sang pemilik nama tidak menghiraukannya. Ia malah menarik kaus Jisung untuk menyuruhnya berdiri. Chenle marah karena Yukhei memperlakukan Jisung bagaikan hewan.

"Apa-apaan ini?!" ujar Jisung.

"Kau yang apa-apaan!" Yukhei memberikan pukulan pada wajah Jisung dengan sekuat-sekuatnya. Jisung terhuyung dan membalas. Chenle berteriak-teriak dan semua orang yang ada di dekat mereka berusaha melerai pertengkaran itu.

"Berisik!" Yukhei menanggapi teriakan Chenle dan selanjutnya ia kehilangan harga diri karena Chenle memutuskan hubungan mereka di hadapan banyak orang dan di hadapan Jisung.

Yukhei menghampiri Chenle dan menatap langsung pada matanya sebelum beranjak pergi, "Akan kukatakan pada orang tuamu bahwa kau berkhianat."

"Katakanlah! Katakan semuanya! Kau ingin mengatakan bahwa aku adalah seorang jalang di hadapan orang tuaku juga tak apa!" Chenle menumpahkan segala emosinya. Biar saja semua orang mendengar dan mengetahui bahwa ia tidak menyukai Yukhei.

Lelaki manis bermarga Zhong itu mendudukkan dirinya di sebelah Jisung setelah berterima kasih pada semua oranh yang membantunya tadi. Ia merasa iba karena Jisung harus ikut masuk ke dalam permasalahannya dengan Yukhei, tetapi yang Chenle tahu adalah Jisung tidak mudah membenci orang lain.

"Aku seharusnya berterima kasih pada Yukhei."

"Mengapa begitu?" tanya Chenle sambil mengobati luka Jisung dengan arak yang selalu ia bawa di tasnya andai kata ia cedera.

"Hari ini aku dapat dua hal darinya." Jisung tersenyum miring, "Ia memberiku pukulan dan aku mendapatkan kekasihnya untukku sendiri."

Tetapi, kisah ini tidak berakhir begitu saja.

🦄

[✓] nadir | jichenDonde viven las historias. Descúbrelo ahora