🌚DTYH : Dear God

5.3K 519 142
                                    

"Kau benar-benar akan ikut bertanding?" Jaemin menatap Jisung tidak percaya.

"Ya." jawab Jisung tanpa menatap kakaknya.

"Jisung! Tataplah orang yang sedang kau ajak berbicara!" Jaemin memukuli bahu kekar Jisung. Adiknya sudah jauh lebih tinggi darinya dan tentu saja jauh lebih kuat karena kenyataannya Jaemin sudah hampir menangis sedangkan adiknya hanya diam membatu.

"Kau sakit dan itu bukanlah sebuah hal yang pantas untuk disepelekan!" Jaemin terus memukuli bahu adiknya yang tampak pasrah. Ia mengeluarkan pertanyaan yang sudah menjadi rutinitas mereka ketika dirinya mulai tenang, "Berapa kali kau pingsan dalam seminggu ini?"

"Lima kali." jawab Jisung.

"Berapa?!" Jaemin melebarkan matanya, "Katakan sekali lagi!"

"Lima kali!" Jisung menjerit frustrasi dan Jaemin menampar pipinya.

"Jika kau masih ingin berenang, pergilah!"

Dan Jisung menatap punggung kakaknya yang berjalan pergi, meninggalkannya sendirian di ruang loker. Tangannya meninju pintu loker yang paling dekat dengannya dan air matanya tidak dapat terbendung lagi.

Jisung marah dan juga sedih.

💓


Chenle sakit. Akhir-akhir ini ia terlalu lama berendam di bak mandi karena itu adalah kebiasaannya ketika sedang banyak pikiran. Chenle membutuhkan Jisung di sisinya dan anak itu benar-benar datang tanpa membawa apa-apa, tetapi mampu membuat Chenle merasa lebih baik.

"Jadi, apa yang membuat bocah kuat sepertimu sakit?" tanya Jisung dengan nada lembut.

"Aiiiirrr." jawab Chenle sambil tersenyum lucu, "Aku heran mengapa air tak mampu membuatmu sakit, wahai perenang handal."

Jisung mengedikkan bahunya, "Aku juga heran."

"Kau pernah sakit?" tanya Chenle.

"Ya." Jisung tersenyum kecil.

"Sakit apa?"

"Sakit..." Pikiran Jisung berkeliarkan ke awang-awang. Matanya sudah tidak menatap Chenle lagi. Ia tampak murung sehingga Chenle menepuk bahunya.

"Jika kau memiliki sesuatu yang ingin kau rahasiakan, rahasiakanlah. Itu sudah kodratnya untuk menjadi rahasia bagimu." Chenle tersenyum lembut. Tangannya meraih ponsel yang sudah tersambung ke speaker, kemudian menyetel lagu Dear God dengan volume sedang. Chenle sudah tahu semuanya dari Jaemin. Lelaki manis itu menyuruhnya untuk menjaga Jisung karena Jisung akan lebih menurut pada Chenle.

"Tidurlah." Chenle menggeser tubuhnya dan menepuk-nepuk kasur, menyuruh Jisung naik.

"Kau akan tetap ikut olimpiade dua hari lagi?" tanya Jisung.

"Ya. Kau juga?"

"Ya." jawab Jisung keras kepala. Bahkan Chenle pun tidak mampu menghentikan kemauannya.

Chenle tersenyum, kemudian mengulangi perkataannya, "Tidurlah."

"Kau yang tidur." kata Jisung, tetapi ia naik juga ke atas kasur, "Dan aku akan menjagamu."

💓

Hari olimpiade pun tiba. Chenle sudah berada di dalam mobil bersama dengan orang tuanya empat jam sebelum olimpiade dimulai. Tangannya yang dingin meremas kaos biru yang sengaja ia kenakan dari rumah agar tidak terlalu repot ketika akan mengganti pakaian. Kaos adalah pakaian yang paling sederhana, bukan?

"Semangat, sayang. Kau pasti bisa. Kami percaya padamu." Ibunya tersenyum padanya melalui kaca spion depan.

"Ya. Dan tentunya aku sangat berterima kasih karena kalian mau meluangkan waktu untuk menjemput dan menonton pertandinganku." Chenle balas tersenyum.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 04, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[✓] nadir | jichenWhere stories live. Discover now