37

5.2K 592 47
                                    

Namjoon memerhatikan ponselnya yang tergeletak mengenaskan di kursi penumpang. Sudah beberapa hari terlewat, tapi tidak ada satupun kabar dari sang pujaan yang datang menghampiri dan hal tersebut tentu saja membuat Namjoon uring-uringan seperti anak kecil yang merindukan ibunya.

Tidak tahan dengan perasaan rindu yang membuncah begitu hebat di dalam dada, Namjoon pun memutuskan untuk mengunjungi sang kekasih ㅡSeokjin di tempatnya bekerja. Tidak peduli meski ribuan pesannya tidak berbalas sama sekali. Tidak peduli meski ia sama sekali tidak tahu berapa waktu yang akan dihabiskan untuk bertemu sang kekasih yang memiliki jadwal lebih padat ketimbang dirinya jika sudah berada di rumah sakit. Tidak peduli meski ia harus mencari Seokjin hingga ke sudut kota sekalipun.

Ia begitu merindukan suara lembut Seokjin yang sama sekali lenyap dari hidupnya beberapa hari belakangan.

Dengan yakin, Namjoon mengendarai mobil sport terbarunya melintasi perbatasan antarkota. Kembali menyandang gelar "pendatang" di kota orang walaupun kenyataannya ia datang bukan untuk mengadu nasib seperti kebanyakan imigran.

Rumah sakit menjadi tempat pertama yang ia kunjungi tanpa perlu berpikir. Ia hentikan mobil kesayangannya tepat di pinggir jalan yang bersebrangan dengan jalan masuk ke dalam gedung rumah sakit. Ia tidak ingin repot menghabiskan banyak waktu hanya untuk mencari tempat parkir di dalam gedung.

Baru saja Namjoon hendak membuka pintu kemudi, ponsel nya berbunyi pertanda panggilan masuk. Awalnya Namjoon senang setengah mati karena mengira Seokjin-lah yang menghubungi sampai desahan kecewa yang justru lolos dari bibirnya.

"Jimin." Begitu tulisannya.

Ia mengela napas kasar sebelum memutuskan untuk menjawab panggilan sang adik.

"Masih ingat denganku, Paㅡ"

"Hyung, kau dimana?" Tidak mau repot-repot mendengar keluhan Namjoon, Jimin langsung menyahut dengan nada bicara tergesa.

Kening Namjoon berkerut heran. "Yang pasti tidak berada di kantor. Ada apa?"

"Aku dengar kau mencariku. Maaf, aku baru bisa menghubungimu sekarang. Aku akan tiba di Korea dalam beberapa jam. Kau bilang ada hal penting yang ingin kau sampaikan."

Ahㅡ Namjoon nyaris melupakan hal penting tersebut.

"Astaga, kau benar. Aku nyaris saja melupakannya jika kau tidak menghubungiku. Kau harus dengar baik-baik apa yang ingin aku sampaikan, Jimin." Ungkap Namjoon dengan perasaan menggebu. Ia seolah-olah lupa dengan tujuan utamanya sebelumnya.

"Kalau begitu, saat aku sampai di Korea nanti, mari kita bertemu dan bicara." Balas Jimin.

"Tidak, Park. Tidak. Aku tidak bisa menahannya selama itu. Ini sangat penting dan sangat mengejutkan. Sudah terlalu lama aku menyimpan fakta ini sendirian. Kau harus tahu karena ini menyangkut Jungㅡ" Ucapannya terhenti sama sekali.

Namjoon telak bungkam. Kedua matanya membelalak lebar. Fokusnya terkunci pada satu titik di ujung jalan lainnya tepat di pintu keluar rumah sakit.

"Kebetulan macam apa ini!?"

"Namjoon-Hyung, kau masih disana?" suara Jimin mengembalikan kesadaran Namjoon.

"Hubungi aku jika kau sudah sampai di Korea." Tanpa menunggu balasan, Namjoon langsung mengakhiri panggilan tersebut secara sepihak. Melempar ponselnya ke sembarang arah kemudian kembali memasang sabuk pengaman dan menyalakan mesin mobilnya.
















.
.
.
.
.

















Jungkook berjalan keluar dari rumah sakit dengan langkah terseret lesu. Ia benar-benar merasa seperti dikhianati saat ini. Sudah pertengkarannya dengan Taehyung, sekarang ia harus menelan kenyataan pahit kalau satu-satunya tempat dimana ia bisa mencurahkan kegundahannya, yaitu rumah sakit dimana pria bermarga Kim lainnya berada ㅡSeokjin justru tidak berada di tempat.

Between Us (Vkook) END #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang