Jungkook beranjak turun dari taksi yang dinaikinya. Suara deru mobil perlahan menjauh menyisakan Jungkook yang masih setia berdiri di tempat yang sama. Tungkainya sama sekali tidak bergerak. Pun bola mata hitamnya hanya menatap jauh ke depan dengan pandangan kosong berkabut sendu.
Rasanya berat. Berat sekali bagi Jungkook untuk datang kemari. Mengetahui fakta bahwa semuanya akan berakhir hari ini. Disini, di taman ini. Tempat dimana bersemayam puluhan kenangan indahnya bersama Taehyung. Sekaligus tempat dimana keduanya saling meneguhkan perasaan masing-masing.
Di sinilah awal yang akan menjadi akhir bagi mereka.
Haruskah mereka berakhir seperti ini?
Jungkook mengepalkan tangannya.
Iya, mereka harus.
Dengan begitu, Jungkook pun mulai memantapkan langkahnya dengan satu kali tarikan napas. Berusaha sekuat mungkin memupuk tekad dan membangun dindingnya sendiri. Ia tidak ingin tenggelam terlalu jauh ke dalam rentetan kilas balik kisah mereka dulu. Akan tetapi, sepanjang kaki melangkah yang melintas di kepalanya adalah setiap detiknya bersama Taehyung kala itu. Tawa mereka mereka, canda mereka, kebersamaan mereka. Semua layaknya bom waktu yang kapan saja
mampu menggoyahkan pertahanan Jungkook.Ini tidak benar.
Harusnya ia tidak boleh selemah ini.
“Kau sudah datang?” Jungkook harus menahan napasnya begitu suara yang familiar itu sampai ketelinganya. Taehyung di sana. Duduk di salah bangku taman. Tempat dimana keduanya duduk menghabiskan waktu malam itu.
Jungkook tertawa miris. Ini aneh. Mereka bahkan tidak saling berjanji untuk menentukan dimana tempat mereka akan bertemu. Namun, pada akhirnya mereka tetap berakhir bertemu satu sama lain.
Pun Jungkook hanya mengikuti kemana kakinya melangkah. Sama sekali tidak menyangka bahwa ia akan berakhir disini.
Jungkook berhenti beberapa langkah dari posisi Taehyung. Ia tidak tahu mengapa. Hanya saja langkahnya memberat begitu melihat sosok tersebut. Duduk seorang diri disana masih dengan setelan jas tanpa dasi yang biasa dikenakannya ke kantor. Jungkook rasanya ingin tertawa jika mengingat Taehyung itu payah soal urusan memakai dasi. Seketika Jungkook membayangkan dirinya berdiri dihadapan sang pria dan memasangkan dasi yang serasi dengan setelan pakaiannya.
“Jungkook, waktu makan siangku terbatas.”
Jungkook tersadar dari lamunannya. Seketika merasa bodoh karena ia melanggar janjinya sendiri.
Taehyung benar. Waktu mereka terbatas. Dan selama waktu itu pula mereka harus mampu menghapus ingatan serta perasaan satu sama lain.
Jungkook menggelengkan kepalanya kuat. Membangun kembali pertahanannya yang sempat runtuh.
“Menunggu lama?” Canggung sekali. Jungkook berusaha sebisa mungkin bersikap biasa walaupun hatinya sama sekali tidak bisa berbohong kalau ia ingin sekali merengkuh tubuh sang pria sekaligus meminta maaf atas semua yang telah terjadi diantara mereka.
“Ma-maaf, aku sudah berusaha berangkat sepagi mungkin.” Tambah Jungkook lagi. Ia duduk dengan kepala tertunduk di sebelah Taehyung dengan sebuah dinding yang jelas sekali dibangunnya diantara merekaㅡ berjarak.
“Ini yang terakhir.”
“Bukan masalah. Aku mengerti.” Jawab Taehyung. Mungkin di mata orang lain, Taehyung terlihat biasa saja. selayaknya seorang kawan yang tengah menemui kawan lamanya. Tersenyum dengan nada bicara yang terdengar menyenangkan. Akan tetapi, bagi Jungkook tidak demikian.
Taehyung jelas sekali berbeda.
“Umㅡ jadi…”
“Aku langsung saja. Maaf kalau aku terkesan terburu-buru. Ini.” Jungkook mengangkat wajahnya untuk mendapati Taehyung yang menyodorkan sesuatu ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us (Vkook) END #Wattys2019
Fanfiction"Aku tidak tahu dia siapa, tapi aku merasa nyaman berada di dekatnya." -Jjk "Waktu itu, aku hanya ingin menolongnya... Tapi sekarang aku tak ingin kehilangannya." -Kth Vkook Taekook BoyxBoy NamjaxNamja Bangtan Yaoi Zoopapp