PESANTREN?

104 37 2
                                    

Pagi pagi sekali Fla sudah sibuk mempersiapkan apapun yang akan dibawa untuk check up Mamanya.

FYI,  mama Fla menderita penyakit diabetes level akhir. Jadi waktu checkup pun semakin padat dan rapat. Sedangkan ia sendiri pun sibuk dengan tugasnya sebagai dokter .

     "Mama? " Fla memanggil mamanya sambil celingukan mencari keberadaan beliau. Ia berjalan sambil menenteng tas - tas sambil mencari keberadaan Mama.

    Ternyata Mama sudah berada di depan rumah, duduk diatas kursi roda. Mengenakan syal abu, blazzer ungu tua, dan rok hitam sebatas betis.
Rambutnya dibiarkan terurai, berbando.

     Mengapa Mama secantik ini hari iniGumam Fla dalam hati.

    "Oh my god...  Mom is very beautiful today! " sorak Fla tersenyum sumringah.

    "Hahaha..  Bisa saja kamu Fla" Mama ikut tersenyum sedikit-shy. Lalu menepuk lengan Fla yang kini melingkar dileher beliau.

   "Are you ready for today,  Mom? " Fla mengecup ubun - ubun Mama.

   "Yes, I am Ready now" Mama mendongak, menatap Mata Fla lekat - lekat. Beliaupun mengusap lengan Fla dengan usapan lembut jemarinya.

   Mereka pun berangkat menuju sebuah rumahsakit swasta terbesar di kota mereka untuk melakukan Check up.

                                 ***

   Jerome berkutat didepan handphone-nya seraya ingin menghubungi Fla dan menanyakan keberadaannya saat ini. Namun ia enggan, mendadak pesimis.

  "Apa gue ke rumahnya langsung aja ya? " Jerome pun bergegas mengendarai mobilnya untuk segera meluncur ke arah perumahan Fla.

Namun tak seperti yang ia sangka, rumah Fla sudah kosong melompong. Dibuktikan dengan ketiadaan mobil Fla di garasinya.

  "Ck.. So, Dia beneran nganter check up? " nyatanya Jerome masih curiga dan tak mempercayai ucapan Fla.

   Jerome pun membanting setir untuk segera meluncur menuju Rumah Sakit Swasta tempat dimana Mama Fla akan menjalani Check up.

                                  ***

     Grayhan masih terbaring santai di atas kasurnya. Sambil membuang pandangan ke arah semak belukar luar jendela.

    Pikirannya entah melayang tak tahu kemana. Ia tengah memikirkan keadaan Oliver. Entah, mengapa ia tiba - tiba memikirkan Oliver.

    "Woy Bro!  Nihh makanan lo udah sampe! " Rayan menepuk bahu Grayhan. Namun pemuda itu nyatanya masih larut dalam angannya.

   "Mikirin apaan sih" gumam Rayan.
   "Eh.. " Grayhan tersentak, ia menyadari keberadaan Rayan yang tengah membawa senampan sup.

    "Kok gue kepikiran Oliver ya yan! " Gray terdiam sejenak.

     "Oliver? " Rayan sontak tertawa.
     "Dia kan pengkhianat!! Haha! Tandasnya. Rayan pun duduk di sisi ranjang Grayhan.

    "Emang iya ya?  Kok gue kayak nggak yakin gini sih ya" Grayhan melipat tangannya didepan dadanya.

    "Dia kan bawa kabur duit kita! Dia biarin temen2nya hampir sekarat kelaperan! Dia lupain kita men... Dia kabur... Dan dia ga pernah balik" Ucap Rayan tanpa beban.

     Gray berdecak kurang setuju.

    "Dulunya sih gue mikir gitu" ungkap Grayhan. Rayan sontak memicingkan sebelah alis.

INTENTIONWhere stories live. Discover now