3

58 8 0
                                    

Hari ini Jimin tidak sekolah. Sendirian di kelas bukan hal yang menyenangkan bagiku. Bukannya tidak ingin punya teman lain selain Jimin, hanya saja aku dijauhi teman temanku karena aku yatim piatu.

Aku melihat ke arah jendela, merasakan kenapa hari ini rasanya lama sekali. Aku ingin cepat pulang. Aku ingin bertemu dengan Jimin. Aku khawatir dengan kondisinya.

Suasana di kelas tanpa sosok Jimin rasanya ada yang kurang. Siapa lagi yang mengajari ku dan membuatku mengerti tentang pelajaran selain dia? Menatap bangku kosongnya saja sudah membuatku semakin merindukannya.

Akhirnya setelah 6 jam di sekolah yang membosankan itu, aku bisa pulang. Aku pergi ke rumah Jimin, namun hasilnya nihil. Kata bibi di rumahnya, Jimin dan hyungnya masuk rumah sakit.

Dulu Jimin sempat bilang, Hoseok hyungnya memang sudah lama masuk rumah sakit, tapi sekarang dia juga ikutan sakit? Apa sakit hyungnya itu menular?

Tanpa basa basi, aku segera bergegas pergi ke alamat rumah sakit yang diberikan bibi tadi. Aku belum sempat memberitahu Namjoon-hyung, tapi ku harap dia tidak marah padaku.

"Jimin-ah, apa yang terjadi?"

"Tidak apa apa, Tae-ah. Dengan siapa kamu kesini? Bagaimana jika hyung-mu marah?"

"Dia tidak akan marah. Aku kesini kan untuk melihat sahabatku ini."

"Aish.. Katakan saja kamu ingin aku sekolah biar bisa nyontek kan?"

Aku hanya tertawa kecil karna melihat Jimin baik baik saja. Aku melihatnya tidak ada sakit sedikitpun, tapi kenapa ia masuk rumah sakit?

"Jimin, kamu gak sakit kan? Kalau begitu ayo pulang. Kamu harus sekolah juga, kalau tidak aku akan merindukanmu."

"Iya, aku pasti sekolah kok besok. Tapi aku gak bisa nemenin kamu main lagi ya pulang sekolah."

"Kenapa?"

"Aku harus bekerja membantu orang tua ku. Aku harap kamu tidak bertanya lagi Tae-ah. Katakan iya saja."

"Hm, iya."

Aku melihat satu tempat tidur lagi disamping ruangan Jimin, tapi tempat itu kosong. Rasa ingin tau ku meningkat, tapi rasanya tidak mungkin menanyakan itu pada Jimin, aku tidak ingin mengusiknya hari ini.

Jimin akhirnya dipulangkan. Tentu saja aku ikut mengantarnya pulang. Aku bahkan memegang tangannya, tangannya yang sangat dingin. Aku menatap lagi wajah temanku yang kini sedang tersenyum padaku.

"Apa benar dia baik baik saja?" batinku.

"Jimin-ah, jaga kesehatanmu ya. Aku pulang dulu. Besok aku yang akan menjemputmu kesini dan kita sekolah bersama."

"Iya Tae-ah! Bye!"

Sudah jam setengah 10 malam, aku membuka sedikit demi sedikit pintu rumah. Berharap Namjoon-hyung tidak mendengarnya. Jika dia tau aku pulang terlambat, maka habislah aku.

"Kemana saja kamu, anak nakal?"

"Hyung?"

"Beraninya pulang jam segini. Kamu membolos ya?"

"Ti..tidak hyung, aku tidak berani melakukan itu."

"Lalu? Kamu kemana?"

"Jimin sakit jadi aku menjenguknya."

"Apa? Jadi kamu menghabiskan uangmu untuk membelikan dia makanan bukan?"

Hyung mulai mencekik leherku dengan keras. Sakit sekali. Aku ingin memeluk hyungku itu dan mengatakan bahwa yang dia lakukan itu sangat menyakitkan.

"Tidak hyung, aku tidak punya uang jadi aku tidak memberinya apapun."

"Bagus. Hari ini aku memaafkan mu. Tapi besok jangan ulangi kejadian ini! Sekarang pergi ke kamarmu, jadilah anak yang pintar Tae!"

Tangan Namjoon-hyung mulai lepas dari leherku kemudian dia menepuk punggungku. Sesungguhnya, hyung ku itu sangat manis dan perhatian padaku. Hanya saja dia akan marah jika aku melakukan kesalahan. Tapi aku tidak keberatan, bagiku orang yang salah memang harus dihukum.

"Tae, sebelum tidur buatkan hyung teh hangat ya."

"Iya hyung, akan ku antar kesana"

Teh hangat untuk hyung-ku sebelum tidur, lalu ia akan membaca buku lagi.

"Ini hyung."

"Iya. Tapi kenapa masih diam disana? Ayo balik ke kamarmu."

"Hyung, aku ingin menanyakan sesuatu."

"Hm, menanyakan apa?"

"Besok adalah peringatan 5 tahun kepergian Eomma, Appa, dan Jin-hyung. Apa hyung tidak mau menjenguknya ke pemakaman? Tahun lalu hyung tidak ikut denganku."

Planggg..

Cangkir berisi teh hangat itu jatuh, bahkan hyung belum menyentuh teh itu sedikitpun. Ia mendekatiku dan memegang pipiku, pegangannya cukup keras, mungkin sekarang pipiku sudah memerah.

"Jangan katakan kematian disini. Kita hanya berdua. Tidak ada eomma, appa, ataupun jin-hyung! Jika kamu mengatakan itu sekali lagi, kamu akan bergabung dengan mereka."

"Ta..tapi hyung.."

"Cepat pergi!!!"

Kata - kata itu membuatku semakin takut sekaligus sakit hati. Hyung yang dulu ku kenal tidak sekeras ini. Sekarang hyung suka bersikap kasar padaku, dan tidak pernah mau pulang bersama denganku.

Aku hanya mengangguk dan mengusap air mataku yang sudah jatuh saat hyung membentakku. Aku pergi dari kamarnya dengan berlari sekencang mungkin. Ku jatuhkan badanku di kasur sambil menangis sekeras kerasnya dan memeluk foto keluargaku.

"Eomma, Appa, Hyung, Tae rindu kalian."

[17:04 p

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[17:04 p.m]

HATE - KIM TAEHYUNG Where stories live. Discover now