4

47 7 0
                                    

Aku pergi ke rumah Jimin untuk menjemputnya, karena aku sudah berjanji. Rumahnya lumayan jauh, untungnya aku sudah lebih awal berangkat dari rumah. Aku mulai memikirkan bagaimana lelahnya Jimin yang selalu menjemputku ke rumah dengan jalan kaki. "Kamu hebat, sahabat."

"Jimin-ah, kamu sudah siap?"

"Iya, tentu."

Wajah Jimin terlihat lebih pucat dari biasanya. Bibirnya tidak semerah Jimin yang kemarin menjemputku ke rumah.

"Jimin, kalau masih sakit jangan dipaksain deh."

"Aku udah sembuh kok, ini cuman sisanya aja. Sebaiknya liat lehermu Tae-ah, ada bekas merah disana."

"Eoh? Ini karena kemarin aku terbentur meja."

"Mana ada benturan meja kayak gitu? Kamu dicekik hyungmu lagi?"

"Tidak. Berhenti memandang hyungku seperti itu."

"Haha.. Yasudah."

Kami berdua menuju halte bus bersama sama. Aku tidak yakin dengan kondisi Jimin, jadi aku memutuskan untuk memberikan dia tempat duduk, biar aku saja yang berdiri. Sialnya, di bus itu sudah dipenuhi mahasiswa lain. Mata ku melihat ke segala arah, hanya ada satu tempat duduk kosong, tapi disana hanya ada satu pria yang meluruskan kakinya sembari tertidur. "Dia pikir ini kamarnya?" batinku.

"Permisi, bisakah kami duduk disini? Karena kamu memakai 2 kursi untuk kakimu."

"Yoon Gi." sahutnya cuek.

"Orang ini? Yang di kamar mandi itu kan?" batinku.

"Yoongi hyung, temanku sedang sakit, jadi aku ingin dia duduk disini, tempat duduk yang lain sudah penuh."

"Yoon Gi. Bukan Yoongi."

"Lah apa bedanya?" berkali kali batinku berbicara pada pria yang selalu mengatakan namanya itu.

"Iya entahlah siapa kamu, biarkan temanku duduk disini!" Kali ini kesabaranku benar benar habis dibuatnya.

"Sudahlah Tae-ah, aku berdiri saja." Jimin mengatakan itu tetapi kakinya mundur sedikit, ia memegang keningnya dan matanya tertutup. Aku tau dia tidak baik baik saja. Aku bisa melihatnya kesakitan.

Yoongi hanya melihat Jimin. Dan akhirnya dia bergeser, ku pikir dia akan memberikan Jimin tempat duduk.

"Jimin, kita pulang ya? Aku yang akan merawatmu dirumah."

"Tidak Tae-ah, aku bisa sekolah kok. Tugas yang kemarin juga sudah aku kerjakan."

"Aish.. anak ini."

Pelajaran hari ini berlangsung baik. Semua tugas yang aku kerjakan terjawab walau tidak semuanya benar. Setidaknya usahaku tidak sia sia.

Aku mengantar Jimin sampai rumahnya dan aku pulang dengan tepat waktu. Rumah terasa sangat sepi. Biasanya hanya ada aku dan kakakku, Namjoon-hyung. Tapi sekarang dia juga meninggalkanku pergi entah kemana, mungkin dengan urusan sekolahnya.

Aku tidak memiliki kegiatan lain, daritadi hanya berjalan mengelilingi kamar. Huh.. Aku sangat bosan.

Tak henti hentinya menguap dan melihat ke atap langit. Seperti disambar kilat, niat jahatku mulai bermunculan. Aku sangat menyukai kamar Namjoon-hyung karena dekorasi dan banyaknya buku buku disana.

Langkah demi langkah ku pijakkan menuju kamarnya. Akhirnya aku menemukan buku yang aku sukai sejak lama, bentuknya unik sekali.

Aku mulai membacanya. Disana tertulis.

Dear Namjoonie.

Eomma dan Appa menyayangi kamu dan Taetae. Eomma hanya ingin menyembuhkan hyung kalian dari traumanya. Jagalah adikmu, karena Eomma percaya kamu adalah anak yang bisa diandalkan.

"Apa maksud dari surat ini? Bukannya Eomma, Appa dan Jin-hyung sudah meninggal?"

"Ah, mungkin surat ini dibuat sebelum beliau meninggal." batinku

Aku mulai membuka lembar berikutnya karena buku itu lumayan tebal. Buku itu saja sudah keliatan unik dari luar, mungkin Eomma suka menulis dulu.

Aku bersumpah, aku baru memegangnya sekali dan sialnya sampul buku itu robek. Takut? Iya tentu saja aku takut. Bahkan sangat. Aku takut kakakku akan mengamuk padaku.

"Maafkan aku, Namjoon-hyung. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk merusaknya." batinku.

Buku itu ku letakkan kembali di tempat tadi dengan posisi yang acak acakan. Aku sendiri sudah takut, aku lebih memilih bersembunyi saja di kamarku.

"Taehyung! Kamu sudah dirumah kan?"

Suara itu terdengar dari luar. Mungkin hyung sudah pulang, bagaimana dengan buku itu? "Tamatlah sudah riwayatku."

Ini gila. Membuatku sangat ketakutan. Badanku gemetar. Keringat yang tak seharusnya keluar malah membasahi tubuhku.

Bruakk...

Pintu kamarku sudah di dobrak oleh Namjoon hyung. Aku hanya menunduk saat melihatnya marah seperti itu, dia menangis. Aku bisa melihat air matanya keluar.

"Apa yang kamu lakukan pada buku ku? Kenapa kamu menyentuhnya saat kamu sendiri tau kalau mengambil barangku tanpa ijin itu namanya lancang!"

"Maaf hyung, habis Tae bosan, jadi.."

"Jadi? Jadi kamu jadikan kamarku pelampiasan bosanmu?"

"Ti.. tidak hyung.."

Satu, dua, sampai tiga pukulan di punggung. Dua pukulan di paha dan dua pukulan dilengan kiri. Namjoon-hyung cocok sekali menjadi petinju. Karena ia berhasil membuat organ tubuhku sangat kesakitan.

Karena pukulan kerasnya, aku mulai terjatuh. Aku bisa melihatnya dari atas. Dia sangat marah, lalu aku mencoba memeluk kakinya, akan tetapi ia langsung menolaknya. Ia mengangkat kerah bajuku.

"Pergilah dari sini Tae. Cari kebahagiaanmu. Lupakan kalau aku adalah hyungmu."

Aku tidak bisa mendengar hyung berbicara seperti itu, aku menangis. Aku ingin memeluknya. Dia hyungku yang baik, sewaktu kecil dia selalu memberikan mainannya untukku.

"Tidak hyung, aku akan tetap bersamamu sampai kapanpun. Aku hanya memiliki satu hyung sepertimu di dunia ini."

"PLAKKKK!"

"Mulai sekarang kamu sudah ku anggap mati, Taehyung! Jadi pergilah dari sini!"

Ini pertama kalinya hyung memukul pipiku dengan cinta. Aku bisa merasakan pipiku terdapat bekas darah.

"Hyung, tangan mu berdarah. Kenapa hyung?"

"Aku akan bunuh diri jika kamu tidak meninggalkanku sekarang Tae. Kamu akan melihat mayatku disini."

"Ti.. tidak! Aku akan pergi. Secepatnya hyung. Tapi berjanji jaga dirimu baik baik hyung, Tae sangat menyayangi hyung, Tae bersyukur memiliki hyung sebaik dirimu."

"Cepat pergi sebelum aku menangis."

Air mataku jatuh seperti hujan deras dimalam hari. Daripada melihat mayat hyung ku, aku lebih memilih pergi meninggalkannya. Tapi aku harus pergi kemana? Aku tidak punya tujuan.

Apa aku harus ke rumah Jimin saja?

Apa aku harus ke rumah Jimin saja?

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

[12:55 p.m]

HATE - KIM TAEHYUNG Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora