15. Pretty Little Sister

5.5K 416 187
                                    

Vote & Comment, please.

♣️♣️♣️

“Kak Dewa!” Gadis cantik dengan balutan dress selutut dipadukan flatshoes putih, melambaikan tangan dari kejauhan sambil tersenyum lebar. Sadewa menoleh, membalas sapaan itu dengan senyuman yang tak kalah manisnya. Jessica Elizabeth berlari kecil dari stand bazzar yang menjual alat kecantikkan, menuju meja di sudut halaman dekat dengan panggung. Ia menghampiri kakak kelasnya. “Buat Kakak!” ucapnya sambil menyodorkan sebotol teh rasa apel dan diterima Sadewa dengan sukacita.

Meja panjang yang jadi pusat anggota OSIS untuk pemberkasan kini telah kosong, banyak yang sudah undur diri karena jam telah menunjukkan pukul setengah sembilan lebih. Sadewa duduk di meja itu, Jessica pun ingin ikut duduk di sebelahnya. Namun, tubuhnya yang pendek membuatnya kesulitan untuk naik. Sadewa terkekeh melihat gadis berambut kecolakatan yang digerai dengan pin motif daun di sisi kanannya, tampak menggemaskan dengan usaha yang sia-sia. “Gak bisa, ya?” tanya Sadewa, dijawab cengiran Jessica. “Sini, gue bantu.”

Jessica kikuk saat Sadewa membantunya untuk duduk. Lantas, ia menoleh ke kanan, menatap Sadewa yang sedang membuka segel minuman itu, lalu menenggaknya hingga tersisa setengah. “Kak Dewa jago banget main gitarnya.”

Sadewa menoleh sembari menyeka bibirnya. Hal itu sukses membuat jantung Jessica berdebar, lantas ia menjadi gugup dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Bibirnya tak henti mengulas senyum ketika berada di dekat senior pujaan hatinya itu.

“Jago apanya? Gue masih amatir.” Sadewa menjawab dengan gaya tengil, kemudian meletakkan botol itu di sampingnya. Sorot matanya tak lepas dari paras cantik gadis itu. Menurutnya, Jessica memang adik kelas yang menyenangkan. Senyuman Jessica mengingatkan Sadewa pada sosok yang pernah mengisi hatinya, seseorang yang tak akan pernah bisa  direngkuhnya lagi.

“Kak?” Jessica berdeham, memberanikan diri menanyakan hal yang sedari tadi mengusik batinnya. Iris cokelatnya bertukar pandang  dengan iris abu yang menatapnya dengan intens. “Kalo boleh tau, siapa cewek yang lo bilang istimewa itu?”

“Hmm ....” Sadewa mengalihkan pandangan ke arah stand yang berada di seberangnya. Matanya menangkap sosok gadis periang yang terlihat asik berjalan ke sana kemari, mencari objek untuk diabadikan melalui kamera DSLR. “Lo pasti taulah, siapa dia, karena gak ada sehari pun gue lewatkan untuk gak menunjukkan rasa sayang gue ke dia.”

Jantung Jessica terasa ditikam banyak pedang setelah mendengarnya. Sudah lama ia menyukai Sadewa, dengan segala usaha yang ia lakukan selama ini, namun cowok itu justru melihat gadis lain. Ia menunduk, menekuri flatshoes-nya dan berusaha sekuat tenaga untuk tak menunjukkan perasaan hancurnya. Untung, Senja dan Romeo datang, sehingga dapat mencairkan suasana yang tegang.

Romeo mengamati gadis cantik yang duduk di sebelah Sadewa. “Jess?” panggilnya. Jessica pun menengadah, menatap cowok yang gemar bermain gitar itu dengan semringah. “Udah malem, lho! Gak pulang?”

Jessica melirik jam tangannya lalu menyengir. “Keasikan ngobrol sama Kak Dewa, sampai lupa waktu. Hehehe," ucapnya yang berusaha terlihat baik-baik saja. Ia berusaha turun, namun secara tak sengaja roknya tersingkap ke atas, membuat Senja dan Romeo refleks mengalihkan pandangan ke arah lain.

Melihat hal yang membuat Jessica merasa tak nyaman, Sadewa pun kembali menawarkan bantuan, tentunya tanpa niat modus. “Lain kali, jangan pake rok sependek ini, ya.”

Jessica mengangguk sambil merapikan roknya, kemudian menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinganya. “Aku duluan, ya!”

Senja tak mengalihkan pandangan dari sosok Jessica yang melangkah pergi. Body gadis itu terlihat sangat proposional—membuat siapa pun yang melihatnya—merasakan kesenangan tersendiri. Yah, namanya juga cowok, ada yang bening dikit ... penginnya disosor aja. “Jadi, Samantha atau Jessica?” tanya Senja yang kini beralih menatap Sadewa di sebelahnya.

Cowok yang sedang mengepulkan asap rokok itu tersenyum simpul, tatapannya tak lepas dari gadis yang kini duduk berdua bersama Vanilla. Ia menyeringai. “Kalo bisa dua-duanya, kenapa enggak?”

Kontan, Romeo dan Senja terkekeh geli. Mereka tau, meski Sadewa tergolong cowok sempurna yang bisa mendekati cewek mana pun, tapi jika berkaitan dengan hati, ia adalah seorang pemilih. “Lo emang gila!” celetuk Romeo sambil menoyor bahu Sadewa.

Cowok yang disebut gila itu justru terbahak puas mendengar celetukkan sohubnya. Ia menatap Romeo dengan gaya cool. “Gila aja banyak yang mau, apalagi kalo gue waras?!”

♣️♣️♣️

Published:
30 November 2020

Love,

Max

The Redflag Boy; SADEWAWhere stories live. Discover now