34. Unexpected

536 75 78
                                    

Vote & Comment, please.

♣️♣️♣️

“Sam!” Sadewa menggedor pintu rumah tua yang sudah rapuh, terus berteriak memanggil nama kekasihnya tanpa mempedulikan lingkungan sekitar yang sangat sepi senyap. Dengan beberapa kali gebrakkan, pintu itu terbuka, menimbulkan derit yang cukup memekikkan telinga. Ia segera masuk, mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan, mencari sosok yang sangat dikhawatirkan.


“Sebesar itu rasa cinta lo ke Sam?” tanya seseorang yang berjalan mendekat. Ia melepas topi hitamnya, kemudian mendongak, menatap dengan sorot tajam. “Cowok naif!”

“Jessi?” Sadewa mengernyit ketika menyadari sosok itu adalah orang yang selama ini ia kenal sebagai gadis manis yang lemah lembut. Lantas, pandangannya teralihkan pada tirai cokelat yang dibuka oleh dua lelaki yang berdiri di sisi kanan dan kiri. Sedetik kemudian, matanya membola ketika sosok yang sedari tadi dicarinya, berdiri tak berdaya dengan kedua tangan tergantung—terikat tali rotan. Penampilannya terlihat menyedihkan, mulut yang ditutup lakban hitam, dan rambut acak-acakan, serta seragam kumal.

Ketika Sadewa maju satu langkah, hendak menghampiri gadis itu, tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal kuat oleh Jessica. “Lo maju satu langkah, gue pastiin lo gak akan bisa lihat dia lagi!”

Sadewa menatap Jessica dengan geram. “Kalo lo bersikeras mau jadi cewek gue, gue gak bisa! Karena, lo udah gue anggap sebagai adik gue sendiri!" jawabnya, kemudian ia menatap sekelilingnya. Tak ada celah untuk dapat menyalamatkan Samantha yang menjadi tawanan Jessica. Kini, manik abunya kembali menatap ke arah dua lelaki itu secara bergantian. Ternyata, orang yang sama saat beberapa waktu lalu ia mencoba menyelamatkan Jessica yang kerap diganggu mereka. “Jadi, mereka suruhan lo? Ternyata gue udah bantuin orang yang salah!”

“HAHAHA!” Jessica terbahak keras dengan ekspresi puas karena berhasil mempermainkan cowok di hadapannya itu. "Udah gue bilang kan, lo itu naif," ucapnya sambil menepuk pipi Sadewa.

Sadewa menggeleng pelan, dihelanya napas berat bersamaan dengan emosi yang semakin menyesakkan. “Gue gak nyangka, ternyata lo sebejat ini, Jess!” Lantas, memori di masa lampau kembali teringat olehnya; bertengkar dengan tiga siswa tidak dikenal dari SMA Radhika, justru menjadikan boomerang bagi dirinya yang harus menerima hukuman dari Pak Broto, karena dianggap telah mengacaukan acara pembukaan agenda Dies Natalis SMA Gita Bahari. Dalam hati, ia memaki dirinya sendiri, karena telah dipermainkan oleh seseorang yang sangat dipercayainya.

Tangan Sadewa kembali dicekal ketika ia tanpa sadar berjalan ke arah Samantha. “Sekali lagi lo berani melangkah, gue bakal bunuh dia tepat di depan mata lo!” ancam Jessica dengan intonasi tinggi.

Kontan, Sadewa terbelalak, tak percaya gadis polos itu ternyata psikopat. “Lo sakit, Jess!” Ia menepis tangan mungil Jessica yang kini menyentuh tengkuknya, lalu mencengkeram bahu gadis itu dengan kuat hingga membuatnya merintih kesakitan. “Harus berapa kali gue bilang, gue gak bisa jadi cowok lo! Masalah lo sama gue, bukan Sam! Jadi, lo gak perlu libatin dia!”


Keduanya saling bertukar pandang, mengisyaratkan rasa sakit yang tersirat di hati masing-masing. Sakit karena merasa dikhianati dan sakit karena tak pernah dianggap sama sekali.

"Sejujurnya, udah lama gue suka sama lo, bahkan sebelum lo punya hubungan sama Kak Bella." Jessica kembali berucap, kali ini suaranya terdengar lirih. "Saat lo nganter dia pulang dan itu pertama kalinya kita ketemu, gue langsung jatuh cinta sama lo. Tapi, gue gak berani ungkapin itu, sampai gue tau kalo lo pacaran sama dia. Sejak itu, gue mutusin untuk memendam rasa ini. Kak Bella gak pernah suka sama cowok, dan saat gue tau lo cowok pilihannya, gue memilih untuk mundur," lanjutnya, ditatapnya manik abu yang sukses membuatnya gila karena cinta. “Sekarang, gue siap gantiin Kak Bella. Gue siap jadi dia, buat lo!”

Sadewa mengacak rambutnya frustrasi, menatap Jessica dengan sendu dan jengah. “Stop, bahas Bella! Dia udah mati!" pekiknya. Dalam satu gerakan, ciuman singkat mendarat di bibir Sadewa, sontak cowok itu mendorong tubuh Jessica dengan kasar. “Lo gila, Jess!”

Jessica menatap Sadewa dengan geram, karena cowok itu masih saja menolaknya, kemudian beralih pada dua lelaki di depan sana dan memberi isyarat pada mereka untuk melakukan yang ia perintahkan kepada gadis yang masih tak sadarkan diri, karena efek bius.

Lantas, tanpa belas kasihan, salah satu dari mereka melayangkan tamparan di wajah lebam Samantha, hingga menimbulkan bekas kemerahan di pipi gadis itu. Terdengar suara erangan dari mulutnya, lalu matanya berusaha terbuka dan mengerjap beberapa kali.

“Beraninya lo pukul cewek gue!” Sadewa menggeram seraya mengepalkan tangan. Jessica kembali menahannya, namun ia tak peduli lagi dan mendorong gadis itu cukup kuat hingga tersungkur mengenai meja. Ia maju, menghampiri dua cowok yang sudah siaga dengan mata yang membara. “Masalah boss lo sama gue, bukan dia! Maju lo, anjing!”


♣️♣️♣️

Published:
7 Desember 2020

Love,

Max

The Redflag Boy; SADEWADonde viven las historias. Descúbrelo ahora