6 - Teman Kencan

30.4K 3.1K 66
                                    

Jangan asal baper cuma karena modal bunga sama diajak kencan, hidupmu tidak semurah itu.

Joyvika
.
.

Sebuah buket bunga mawar merah super besar ada di atas meja kerjanya. Joyvika menghela napas kesal ketika melihat pemandangan itu saat menginjakkan kaki di ruangannya. Ia lalu memanggil Maurin dan menanyai sekretarisnya siapa yang mengirim bunga.

"Nggak tahu Mbak siapa, tapi ada kartu kok di bunganya," jawab Maurin. "Ehm, Mbak Joy lagi deket sama cowok, ya?"

"Nggak ada," kata Joyvika singkat. Ia lalu memeriksa buket bunga tersebut dan menemukan kartu ucapan berisi pesan yang membuat Joyvika langsung dapat menebak siapa pelakunya.

Are these flowers beautiful enough for your taste? ID

Ternyata Ilyas tidak main-main dengan perkataannya semalam. Buket bunga yang diterimanya kali ini berada di dalam vas, dengan ukuran yang tak masuk akal. Kenapa lelaki itu rela menghabiskan uang untuk bunga yang bahkan tidak punya fungsi nyata? Joyvika bertanya-tanya dalam hati. Ia tidak bisa membiarkan ruangannya penuh dengan bunga mawar. Bagaimana jika banyak serangga nanti?

"Apa ini dari penggemar misterius, Mbak?" tanya Maurin penuh selidik.

Joyvika tidak menggubris pertanyaan Maurin. Penggemar misterius? Jelas bukan. Biar saja gadis itu mati penasaran. Dengan tidak sabar ia menelepon seseorang yang bertanggung jawab atas masalah ini. Satu detik, dua detik, akhirnya panggilannya terhubung.

"Kamu gila, ya? Lagi banyak duit atau gimana?" cecar Joyvika.

"Morning, Joy ... ternyata kirim bunga berhasil bikin kamu telepon aku duluan."

Mendengar suara Ilyas yang ringan dan terhibur membuatnya semakin kesal. "Kamu serius bakal kirim bunga terus?"

"Kamu pikir aku bercanda? Kalau nggak percaya tunggu aja besok."

"Jangan! Please! Aku baru tahu ternyata kamu cukup manipulatif, pinter banget akal kamu," desis Joyvika.

Terdengar kekehan dari ujung telepon. "Kamu tahu caranya Joy kalau mau berhenti. Keputusan ada di tangan kamu."

Dengan berat hati, Joyvika akhirnya menyerah. Ia risih dengan sikap Ilyas yang membuatnya bingung dan wanita itu ingin segera mengakhirinya. Joyvika juga tidak ingin menghabiskan waktunya mendengar pertanyaan bodoh dari Maurin yang penasaran dengan siapa sosok laki-laki pengirim bunga.

"Oke."

"Oke apa Joy?"

Sialan emang! Ilyas pasti tahu apa maksudnya, tapi sengaja menanyakan. "Aku mau dinner sama kamu."

"Besok malem, jam tujuh aku jemput."

"Kasih tahu alamatnya aja, aku bisa dateng sendiri," tolak Joyvika.

"Nope. Ini aku yang ngajak, aku yang mutusin aturannya."

Sudah begitu saja dan percakapan mereka di telepon selesai. Ia cukup terkejut saat mendapati Maurin masih berdiri di sampingnya dengan mata berbinar. Sudut bibirnya terangkat, menyunggingkan senyuman kecil. Jelas perempuan itu mendengar pembicaraannya dengan Ilyas di telepon tadi.

"Bu bos mau kencan!" pekik Maurin diiringi tawa. "Akhirnya nggak jomlo lagi ya, Bu?"

***

Kalau saja Joyvika tidak diingatkan Maurin tentang kencannya dengan lelaki misterius, pukul enam petang dia pasti baru sampai apartemen. Sekarang, ia sudah selesai mandi, dan berdiri menatap deretan pakaian yang ia punya di wardrobe room-nya. Ia bukan galau memilih mana pakaian yang harus dipakai saat kencan pertama. Tentu saja Joyvika bukan tipe wanita seperti itu. Hanya saja, ia sedikit bimbang saat menentukan pakaian, karena wanita itu takut salah kostum.

JOYVIKA [REPOST]Where stories live. Discover now