9 - Teman Hidup

29.5K 3.1K 60
                                    

Kalau kamu belum yakin sama aku nggak apa-apa. Itu tugas aku buat mantasin diri, agar kamu yakin sama aku. Tugas kamu cukup berdoa, agar aku bisa jadi apa yang kamu butuhin.

Ilyas

.

.

Kedatangan tiba-tiba Ilyas siang ini ke kantor Joyvika tidak hanya mengejutkan wanita itu, tapi juga Maurin. Perempuan itu sudah mengirimi tiga pesan padanya selama Ilyas berada di dalam ruangannya. Namun, Joyvika mengabaikan semua pesan Maurin. Fokusnya sekarang pada pria yang duduk manis di sofa, sambil menyesap americano dinginnya.

"Ini terakhir kalinya kamu ke sini tanpa kasih kabar," tukas Joyvika, mendaratkan pantatnya di tempat kosong sebelah Ilyas.

Ilyas mengangguk. "Ayo, keburu jam makan siangnya lewat."

"Kemana?" Wanita itu memberikan tatapan menuntut dan ingin tahu.

"Ada yang mau ketemu sama kamu," jawab Ilyas ambigu. Ia lalu menoleh ke arah Joyvika dan mengusap rambut wanita itu.

Ia cukup terkejut dengan perlakuan Ilyas. Hubungannya dengan lelaki itu memang sudah cukup membaik. Ia sudah tidak menolak panggilan dari Ilyas atau mengabaikan pesannya. Tapi Joyvika tidak mengira jika Ilyas akan meningkatkan kedekatan mereka secepat ini.

"Kamu nggak jelas. Aku mau makan di kantor aja," kata Joyvika menolak ajakan Ilyas. Ia mengalihkan pandangannya dari lelaki itu karena tidak mau Ilyas melihat keterkejutan yang terpampang jelas di matanya.

Lelaki itu meletakkan cup kopinya di atas meja. "Oke. Aku bakalan nunggu kamu sampai kamu mau ikut aku."

Permainan lawas Ilyas yang lama-lama membuat Joyvika muak. Laki-laki ini sangat manipulatif dan bukan tipe orang yang besar mulutnya saja. Ilyas akan menepati apa yang sudah ia katakan. Itu yang membuat Joyvika akhirnya dengan terpaksa menuruti permintaan lelaki itu. Hubungannya dengan Ilyas memang sudah jauh membaik, tapi ia tetap saja tidak suka dengan sikap manipulatif

"Ini juga terakhir kalinya kamu manipulasi aku," tukas Joyvika kesal.

Ilyas terkekeh. "Ini strategi Joy. Aku nggak akan ngapain-ngapain kamu kok. Aku cuma mau ajak kamu makan siang, terus ketemuan sama seseorang."

"Siapa?"

"Kamu nanti pasti tahu." Ilyas berdiri dari sofa dan mengulurkan tangannya pada Joyvika. Wanita itu menatapnya sejenak sebelum menerima uluran tangan Ilyas. Lelaki itu tanpa ragu menautkan jemari mereka. Anehnya, Joyvika merasa tangan Ilyas sangat pas menggenggam jemari mungilnya.

Selain manipulatif, Ilyas laki-laki yang suka gerak cepat ternyata. Bagi Joyvika, baru kemarin mereka masuk ke tahap pendekatan lewat pesan dan telepon. Tapi sekarang Ilyas sudah mulai mengambil start mendekatinya lewat pendekatan fisik.

***

Saat Ilyas mengatakan akan mengajaknya bertemu seseorang, Joyvika tidak menduga maksud lelaki itu adalah ibu dan adik perempuannya. Jujur, Joyvika jadi gugup bertemu anggota keluarga Ilyas, apalagi ini ibunya. Apa maksud Ilyas mengajaknya makan siang bersama ibu dan adiknya? Hubungan Joyvika dan Ilyas belum terlalu dekat untuk saling mengenalkan keluarga bukan?

"Aduh, Bang Ilyas kok nggak ngomong sama Bunda kalau bawa Joyvika ke sini?" tanya Susan, ibu Ilyas.

Ilyas tersenyum lebar. "Kan kejutan Bun, kalau ngomong, Bunda udah nggak kaget."

Joyvika tersenyum canggung pada wanita berusia sekitar lima puluhan yang masih terlihat cantik ini. Aduh, jangan-jangan ibunya Ilyas nggak suka sama gue? Ah bego, harusnya gue nggak usah ikut ke sini.

JOYVIKA [REPOST]Where stories live. Discover now