08 • Who is She?

81 20 4
                                    

"Yah, bagaimana bisa kau memaksa hyung-mu begini? Bahkan aku belum menjawab, 'ya' tapi kau langsung menarikku," omel Jihoon di perjalanan, ia pura-pura jengkel sedangkan Guanlin masih merangkulnya dengan semangat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Yah, bagaimana bisa kau memaksa hyung-mu begini? Bahkan aku belum menjawab, 'ya' tapi kau langsung menarikku," omel Jihoon di perjalanan, ia pura-pura jengkel sedangkan Guanlin masih merangkulnya dengan semangat.

Sama sekali tidak terpengaruh, Guanlin justru tertawa. "Karna aku sudah tahu ketika kau diam saja itu artinya 'ya', bukan?"

Jihoon akhirnya ikut menampilkan cengiran santai yang pasrah. Kemarin, dirinya memang sempat melihat Guanlin datang. Saat itu, ia sedang berbicara serius kepada Sera. Raut wajahnya yang tegang dan emosional masih terbayang jelas di pikiran Jihoon, ia belum pernah melihat Guanlin seperti itu sebelumnya.

Hanya saja, kemarin Jihoon memang tidak punya kesempatan untuk sekedar berbicara pada saudara sepupu termudanya ini. Padahal mereka tergolong cukup akrab dan sudah lama tidak bersua. Sikap Guanlin memang masih sama, dia tetap manja jika bersama Jihoon.

Setelah mencapai mini market, kedua lelaki itu langsung memilih minuman bersoda. Guanlin masih sempat melemparkan candaan kalau Jihoon, sebagai orang yang lebih tua, yang harus membayar semuanya. Mereka kini duduk menghadap kaca besar mini market ini, yang menyuguhkan salah satu ruas jalanan yang cukup sibuk kota Seoul.

"Ah, Guanlin-ah." Di sela-sela candaan santai mereka seperti biasa ketika bertemu, Jihoon teringat sesuatu. "Apa kau sudah mengenal Han Se Ra sebelum ini?" tanyanya santai untuk menjawab keheranannya kemarin.

Perlahan senyuman Guanlin meredup. Lelaki itu menghela napas dan menjawab, "Ya, aku memang mengenalnya."

Jihoon terkejut. "Benarkah? Bagaimana kau mengenalnya?"

"Hyung, dia teman sekelasku," sahut Guanlin yang kemudian melempari Jihoon dengan tatapan tidak habis pikir. "Kau tidak ingat? Dia juga hoobae-mu sewaktu SMA."

Tatapan Jihoon masih lurus ke depan, berpikir keras. Pantas saja ia merasa tidak asing dengan sosoknya, meskipun Jihoon gagal untuk mengenalinya. Kini otaknya masih sibuk, seolah baru selesai merangkai suatu puzzle dan menghubungkan titik demi titik dengan sebuah garis, ia cukup puas setelah mampu mengingat sekilas masa sekolahnya dulu.

Melihat gelagat Jihoon yang baru menyadari semuanya, Guanlin berdecak. "Astaga, sunbae macam apa kau ini?" sindirnya yang mendapat seringai tipis dari Jihoon.

Jihoon memang satu sekolah dengan Guanlin sewaktu SMA. Halmeoni mereka menjadi salah satu donatur terbesar juga di sekolah itu bahkan hingga sekarang. Tidak hanya mereka berdua, Minhyun, Jaehwan, Seongwu dan Daehwi juga menempuh pendidikan di sana. Tentu saja sekolah punya tradisi khusus untuk mengistimewakan anak-anak yang berasal dari keluarga berpengaruh, hal itu membuat Jihoon sangat tak acuh terhadap lingkungannya sewaktu sekolah.

"Aku hanya tidak menyangka dia pernah sekelas denganmu dan satu sekolah dengan kita," kilah Jihoon. "Dia memang tidak terlalu terlihat, bukan? Padahal dia cucu pemilik The Stone Corp."

Tell Me Why ▪ Park JihoonWhere stories live. Discover now