13 • No Regret

61 16 4
                                    

Jihoon menghampiri gadis yang sudah menatapnya dengan mata berkaca-kaca itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jihoon menghampiri gadis yang sudah menatapnya dengan mata berkaca-kaca itu. Emosi dalam jiwanya sudah tidak terbendung lagi, siap tumpah ruah. Kini ia baru merasakan sakit di dada, namun anehnya melihat lelaki itu di hadapannya saat ini justru semakin memperparah kesesakan hatinya.

"Apa ini?" tanya Jiyeon dingin. "Kau tiba-tiba mengusirku dari hidupmu lalu menikah dengan dia?" lanjut gadis itu dengan suara bergetar.

"Jiyeon-ah," bujuk Jihoon sambil mencoba meraih tangan gadis itu namun langsung ditepisnya.

"Kau bahkan tidak bilang apa-apa padaku tentang pernikahan ini." Gadis itu akhirnya meloloskan bendungan air yang menggenang di kantung matanya. "Kau pikir aku tidak akan tahu? Kau kira aku bodoh? Apa kau sengaja?!"

"Aku hanya tidak ingin menyakitimu lebih dalam lagi," lirih Jihoon.

Jiyeon menatap nyalang ke arah Jihoon. Kegetiran tergambar jelas di raut wajahnya. "Tidak ingin menyakitiku? Kau sudah melakukannya, Park Jihoon."

"Maafkan aku," ujar Jihoon dengan suara parau. Hatinya ikut nyeri melihat gadis yang dipujanya sejak dulu menangis di hadapannya karena terlalu kecewa padanya.

Keduanya jelas terluka.

Jiyeon mengusap air matanya dan menetralkan napasnya sejenak. Ia mengalihkan pandangan, tak acuh. "Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiranmu itu."

"Aku punya alasan," sanggah Jihoon pelan.

"Apa?"

"Karena kini aku mulai sadar bahwa aku ... tidak bisa selalu mewujudkan keinginanku sendiri," gumam Jihoon yang membuat Jiyeon kembali menatapnya nanar. "Tapi aku sudah tahu apa yang aku lakukan, ini jalan yang terbaik."

"Kau pernah bilang, semua manusia hidup dengan keegoisan. Lalu, kenapa harus kau yang berkorban?"

"Jika ini cara terbaik yang bisa aku lakukan dan satu-satunya kesempatanku...," Jihoon menghela napas lalu tersenyum tipis, getir. Ia melayangkan tatapan pasrahnya pada Jiyeon. "Aku hanya tidak ingin ada penyesalan, lagi."

"Kauㅡ"

Jihoon menarik gadis itu dan memeluknya sekilas, sebelum tercetus kalimat sanggahan lain yang semakin berpotensi melukai keduanya. Membuat Jiyeon berjengit kaget namun mendadak semua kata-katanya berhenti di kerongkongan. Air mata hangatnya masih mengalir. Jihoon kemudian berusaha tersenyum kembali, jenis senyum yang lebih melegakan dari sebelumnya. Meyakinkan melalui gestur; semua akan baik-baik saja.

"Kau akan tahu pada waktunya. Jangan khawatir," ujar Jihoon sambil menatap lekat-lekat netra gadis itu. "Maafkan aku." Ia mulai beranjak meninggalkan Jiyeon dan sejuta tanda tanya yang terbit di otak gadis itu.

Tidak lama setelahnya, mobil Jihoon berlalu. Menyisakan Jiyeon yang masih termenung mencerna kata-kata Jihoon yang masih seperti teka-teki untuknya. Payahnya kali ini, perasaan lelaki itu tak bisa terdeteksi lagi olehnya, tidak seperti biasanya. Pemikirannya juga terlalu jauh untuk diraih lagi. Namun, entah kenapa satu kalimat itu masih menggema di dalam kepala Shin Jiyeon.

Tell Me Why ▪ Park JihoonWhere stories live. Discover now