Setelah cukup lama berkutat dengan ponselnya, ia mengembuskan napas berat dan semakin tak berminat menjamah lebih jauh benda pipih yang selalu menemaninya itu. Semua orang pasti akan memintainya penjelasan mengenai kejadian tadi malam, terutama Taewooㅡyang mungkin sudah sadar dan mendengar cerita semuanya dari Kangwoo.
Akhirnya Jihoon memilih mematikan ponsel dan mengisi dayanya. Ia sedang tidak berminat menjelaskan apapun dan pada siapapun untuk saat ini. Meskipun kepalanya masih berat, ia bangkit dari tempat tidur dan melangkah keluar kamar. Seketika terkejut melihat Sera sudah berdiri di depan pintu hampir bertepatan ia juga berniat masuk.
"Bagaimana keadaanmu, Oppa?" tanyanya dengan mata melebar. Ia tidak menyangka Jihoon akan keluar sendiri padahal di tangannya sudah ada semangkuk bubur untuknya sarapan dan tak lupa minuman gingseng hasil ramuan tradisional yang diberikan oleh Halmeoni-nya.
"Aku baik-baik saja," jawab Jihoon lalu tersenyum sekilas dan berpindah ke meja makan.
Sera mengikutinya. Memindahkan sarapan dari nampan yang dibawanya ke meja. Sera juga mengambil tempat di kursi yang kosong. Mereka sarapan bersama tanpa aba-aba. Sesekali Sera melirik Jihoon ragu-ragu, ia ingin menanyakan banyak hal hanya saja kata-katanya menguap sebelum sempat terucap.
"Lagi-lagi, maaf aku sudah banyak merepotkanmu, Sera-ya," ujar Jihoon dengan suara pelan dan serak. Pandangannya jatuh pada semangkuk bubur di depannya. Ia tidak menatap gadis itu.
"Tidak, Oppa. Tidak apa-apa." Gadis itu menggeleng cepat sambil tersenyum ringan.
Aku rela merawatmu.
Asal kau baik-baik saja pada akhirnya.
"Ini pertama kalinya aku merasa nyaman dirawat seseorang selain ibuku," gumam Jihoon. Ia beralih pada Sera sekilas. "Beruntung kau ada di sini."
Jihoon tidak sadar jika kata-kata sederhananya itu seketika membuat hati gadis itu menghangat. Ia tidak pernah berharap mendapatkan pujian atas apa yang dilakukannya terhadap Jihoon. Terlebih kondisinya memang sedang membutuhkan bantuan gadis itu tanpa bisa terprediksi sebelumnya.
Tentu saja Sera dengan senang hati merawat Jihoon.
"Jangan anggap ini salah, tapi kauㅡhm, sangat potensial menjadi istri yang baik."
Astaga, pipiku! Kumohon jangan memerahㅡkali ini saja.
"Aku serius."
▪°▪°▪
Berhubung ini hari libur keduanya, selesai sarapan Sera melakukan serangkaian kegiatan bersih-bersih. Jihoon berniat ingin membantu, tapi Sera jelas melarangnya. Ia hanya diperbolehkan mengumpulkan baju kotor, sebelum nantinya ada tukang laundry yang mengambilnya. Sisanya biasa Sera cuci sendiri.
Kini gadis itu tengah mengepel ruang tengah sedangkan Jihoon duduk di mini pantry dengan segelas kopi hangat buatannya sendiri. Ia agak merasa bersalah, hanya saja badannya memang masih terasa nyeri dimana-mana. Meskipun keadaannya sudah lebih baik daripada semalam.
YOU ARE READING
Tell Me Why ▪ Park Jihoon
FanfictionSemuanya terjadi terlalu cepat, sampai-sampai seorang Park Jihoon tidak dapat menghindar lagi. Dirinya dipilih untuk menikah dengan seorang gadis yang asing. Tidak tahu bagaimana dan mengapa. Satu hal yang pasti; di saat itu ia tidak menginginkannya...