[16] Bertahan atau Mengalah?

4.2K 232 37
                                    

Saat Anneth mau membuka knop pintu kamarnya. Dia mendengar sesuatu yang membuat Ia penasaran. Ia pun mendatangi asal suara itu, dia kaget saat mendengar suatu kenyataan bahwa sahabatnya sendiri mengatakan..

"Gue, masih punya perasaan ke Deven.."

Kakinya melemas, tubuhnya kaku. Ia tidak menyangka sahabatnya sendiri, mempunyai perasaan kepada kekasihnya. Inilah yang Ia takutkan, ada hati yang tersakiti, saat Ia memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Deven.

Ia langsung lari ke kamarnya, karena Ia tak sanggup untuk mendengar semua percakapan mereka. Menutup kamarnya, dan menangis. Hanya itu yang bisa Anneth lakukan. Dia bingung saat ini, dia nggak akan pernah ngebiarin hati sahabatnya terluka apalagi karenanya.

***

Mereka ada di kamar Raisya sekarang. Joa mendesak Raisya untuk jujur kepada mereka. Saat ini, disini cuma ada Joa, Mirai, dan Putri. Raisya pun akhirnya mengakui bahwa,

"Gue, masih punya perasaan ke Deven.." Itulah yang diucapkan Raisya, yang spontan membuat mereka semua kaget. Benar feeling Putri, bahwa Raisya masih mencintai Deven.

"Sejak kapan, Sya?" Tanya Mirai lirih.

"Tepatnya tiga tahun lalu. Gue nggak tahu, kenapa hati gue memilih Deven. Perasaan itu tiba-tiba aja tumbuh tanpa gue sadari." Jelasnya dengan mata berkaca-kaca.

"Sya, nggak seharusnya lo masih nyimpan perasaan itu sampai saat ini. Lo tahukan Deven udah bahagia sama Anneth!" Ujar Joa sedikit emosi.

"Jo, ini bukan maunya gue! Gue udah coba hilangin, tapi nggak bisa. Semakin berusaha untuk menghilangkannya, perasaan itu semakin tumbuh. Gue sadar, Deven nggak akan balas perasaan gue. Karena dari dulu sampai sekarang di hatinya itu cuma Anneth. Gue sadar, sangat sadar!!" Ucapnya parau. Raisya menundukkan kepalanya, Ia menangis. Jujur, Ia nggak ingin menyakiti hati Anneth, tapi apakah sepenuhnya kesalahannya? Jika perasaan Raisya bisa dikontrol semudah itu, Ia pasti tidak akan mau jatuh ke hati pacar sahabatnya sendiri.

Joa terdiam, Ia salah udah emosi tadi. Dia hanya tak mau Anneth ataupun Raisya terluka.

"Sya, jangan nangis plisss! Gue tahu lo terluka saat ini, tapi bukan cuma lo, kita semua terluka. Kita nggak bisa salah satu dari sahabat kita ada yang terluka. Tapi ini resiko yang harus lo terima, lo harus kuat." Ucap Mirai memegang bahu Raisya, menguatkannya.

"Gue cuma takut kalau Anneth tahu. Itu aja yang gue takutin."

"Iyaudah, sekarang lo tenang yaa. Lo harus cari cara gimana untuk ngejelasin ke mereka mengenai masalah ini. Kapan pun itu, lo harus siap, Sya." Pinta Putri

"Gue janji, sebelum gue balik ke Yogya. Gue akan jujur sama mereka berdua. Selama di Jogya gue akan berusaha sekeras mungkin untuk melupakan perasaan gue ke Deven." Jelasnya sambil menyeka air mata di pipinya.

"Gue yakin lo bisa, Sya. Ntar disana pasti lo dapat yang terbaik, bahkan melebihi Deven. Kita selalu berdoa yang terbaik buat lo. Dan, gue minta maaf kalau tadi gue sedikit emosi, gue lepas kontrol." Ucap Joa meminta maaf.

Raisya mengangguk dan tersenyum, "Gak apa, Jo. Gue ngerti kok. Makasih buat doanya ya." Balasnya memegang tangan Joa.

"Jangan jauhin gue, yaa. Gue nggak sanggup dijauhin sama kalian." Pinta Raisya kepada mereka.

"Pasti, kita nggak akan ngejauh dari lo. Sekarang persahabatan kita lagi diuji. Gimana pun juga kita harus nyari jalan keluar nya sama-sama." Ujar Mirai.

Raisya mengangguk, dan memeluk mereka satu-persatu. Raisya nggak boleh egois. Iya, dia harus membuang perasaan cintanya ke Deven. Haruss!!

Tanpa mereka ketahui, Anneth sudah tahu perasaan Raisya ke Deven. Mereka juga tidak bisa menyalahkan Raisya. Ini masalah perasaan, susah untuk dikendalikan.

I'll Never Love Again (On Going)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz