Harus apa?

1.4K 127 22
                                    

Pagi ini, Deven terusik dengan bunyi alarm di handphone-nya. Mencoba mencari asal suara itu, dengan kesadaran yang masih minim, akhirnya membuatnya terjatuh dari tempat tidurnya.

"Aduh!" Deven meringis kesakitan, "Buset dah masih pagi juga, udah sakit-sakit aja nih badan gue." adunya pada seisi kamar.

"Masih jam 7 ternyata, tidur lagi deh." ucapnya kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

Saat matanya ingin terpejam, terdengar ketukan dari luar, dirinya masih belum sadar kalau dia sedang liburan, bukan sedang berada dirumah.

"Iya, kenapa Ga?"

Seseorang yang mengetuk pintu itu mengernyitkan dahinya, bingung.

"Ga? Kamu kangen Rega, Dev?"

"Haa?" Spontan matanya terbuka lebar, "Oh iya, kan lagi liburan bareng Anneth. Kok gue lupa gini sih," ucapnya lagi pada diri sendiri dan menepuk dahinya.

"Bentar, Neth. Aku baru bangun nih, sebentar."

Deven pun bangkit dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamarnya itu.

"Eh, hai." sapa Deven cengengesan.

"Kamu kenapa? Abis jatuh?"

"Lah kok tahu? Ehh--"

Anneth terkekeh, "Padahal aku cuma nebak, ternyata bener. Kok bisa sih, Dev?"

"Gapapa, Neth. Aku yang ceroboh kok tadi." balas Deven tersenyum.

"Yakin? Ada yang sakit nggak?" tanya Anneth sedikit khawatir.

Deven menggeleng, "Kalau jatuh pasti sakit. Tapi tenang aja, cuma ngerasa sakit doangan, nggak sampe ada yang luka kok." Deven menyisihkan rambut Anneth yang sedikit menutup wajahnya ke belakang telinganya, "Jangan khawatir gitu." goda Deven tersenyum jail.

"Nggak khawatir, aku cuma nanya." elak Anneth.

"Masa sih?" Deven menatap Anneth lekat, menggoda gadis ini sungguh membuatnya candu.

"Ihh apaan, Dev. Jangan rese gitu!"

"Kalau mau senyum atau ketawa dilepasin aja. Aku bercanda kok." jelas Deven terkekeh, mengacak rambut Anneth.

"Dev, aku baru nyisir rambut tahu, kamu sih kenapa dirusakin lagi?" kesal Anneth, "Udah deh mendingan kamu mandi, habis itu sarapan, terus setelah itu kita jalan-jalan." perintah Anneth yang hendak pergi tapi ditahan oleh Deven.

"Sini, aku rapiin dulu. Jangan ngambek gitu, nanti aku makin susah untuk lupanya." ujar Deven sembari fokus merapikan rambut gadis itu, sementara Anneth hanya tersenyum malu diperlakukan seperti ini.

"Udah-udah." Anneth menurunkan tangan Deven dari kepalanya. Mendorong tubuh pria itu untuk masuk kembali ke kamarnya, "Mandi buruan, aku tunggu dimeja makan!"

"Iya deh iya, aku mandi. Jangan kangen loh."

"Nggak mungkin, kamu nya juga ada disini."

"Kelihatan banget nggak mau jauh dari aku, ciehh."

"Devennn! Mandiiii!"

Deven terkekeh dan menutup pintunya, "Iya-iya aku mandii!" jawabnya dibalik pintu kamar itu.

Anneth hanya menggeleng, "Dasar kamu, nggak pernah berubah, Dev. Kebiasaan kamu tetap sama." ucapnya menggeleng seraya tersenyum.

-------------------

"Kita mau kemana, Dev?" tanya Anneth sembari memasang sabuk pengamannya.

"Ke Lembang? Mau kan?" tanya Deven menoleh.

I'll Never Love Again (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang