Bila itu Maumu

1.7K 121 34
                                    

Kalau saja semua pertanyaan dijawab sesuai dengan keinginan kita, untuk apa ada tanda tanya di setiap akhir kalimat yang penuh dengan keraguan? Kalau semuanya bisa di atur dengan sendirinya, darimana kita bisa belajar rasanya merelakan sesuatu hal yang tidak sesuai dengan maunya kita?

-----------------

"Dev?"

"Iya, kenapa?" jawabnya yang tengah sibuk memilih siaran radio yang memutar lagu yang pas untuk menemani perjalanan mereka

"Itu," Anneth berucap seraya menunjuk ke samping bangku Deven, "Sabuk pengamannya jangan lupa dipasang." lanjutnya mengingatkan.

Deven tersenyum dan mengacak rambut perempuan yang berada disampingnya itu, "Gimana aku bisa lupa sama semuanya ya, dimana pun aku berada, pasti ada aja suatu hal yang mengingatkan aku ke kamu."

Anneth hanya menunduk, menyembunyikan senyumnya dan rasa cemasnya saat membayangkan apa yang akan terjadi selama beberapa hari ke depan, akan sesuai dengan keinginannya atau tidak. Entahlah, Anneth ragu.

Deven yang mungkin merasakan dan mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh perempuan ini, langsung mengarahkan tangannya, menggenggam tangan Anneth. Hal itu yang membuat Anneth sedikit terkejut.

"Selama kamu sama aku, aku akan mengusahakan hal-hal yang membuat kamu bahagia. Meskipun keadaannya sudah berbeda, tetapi saat kamu sama aku, aku hanya menjanjikan satu hal, yaitu kebahagiaan. Kalau kamu ragu sama aku, bagaimana aku bisa mewujudkan maunya kamu, Neth?"

"Apapun yang akan terjadi nanti, harus bisa kita terima dengan lapang hati, dengan ikhlas. Tetap tersenyum untuk diri kamu, bukan untuk orang lain. Apa yang kamu sugestikan, itulah yang akan menggambarkan keadaan diri kamu. Aku janji akan menerima apapun itu, apapun yang terjadi diantara kita nanti, Neth. Jika ini kehendaknya Tuhan, kita sebagai umatnya hanya bisa ikhlas."

"Paham maksud aku kan, Neth?"

Anneth mengangguk, dan membalas genggaman tangan itu, "Makasih udah selalu menjadi penenang disaat banyak keraguan yang muncul begitu aja didalam diri aku. Tetap seperti ini yaa." pinta Anneth menoleh kearah Deven dengan tatapan sendu.

Deven mengangguk dan tersenyum, "Aku tetap Deven yang kamu kenal, tidak pernah berubah atau berusaha berubah sedikit pun."

"Kita berangkat sekarang?"

"Emang mau kemana?" tanya Anneth balik.

"Kemana aja asal sama aku, pasti kamu mau ikut kan?"

Anneth melirik Deven dengan tatapan yang sulit diartikan, perlahan senyumannya terlihat dan mengangguk.

"Sejauh apapun kamu pergi dan sama siapapun kamu sekarang, kalau kehendak Tuhan menginginkan kamu balik ke aku. Kamu akan melakukan apa, Neth?"

"Iya ikutin kehendaknya Tuhan."

"Berarti balik sama aku dong?" tanya Deven.

"Ini jadinya mau pergi apa nggak, Dev?" tanya Anneth yang berusaha untuk mengalihkan pembicaraan mereka.

"Jawab dulu, jangan dialihkan gitu."

"Nggak perlu banyak kata untuk aku menjawab pertanyaan kamu, Dev. Adanya aku disini sekarang, itu adalah salah satu kehendaknya Tuhan bukan?"

I'll Never Love Again (On Going)Where stories live. Discover now