Chapter 2

1.9K 118 4
                                    

19 Desember 2006

Zico pov

Aku masuk kedalam kamar setelah melepas sepatuku dan melemparkan tasku ke sembarang arah.

Ayahku ada disana, dikamarku.
Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku melihatnya atau kemana dia pergi selama ini.

Aku sangat merindukannya, jadi aku lari kedalam pelukannya.

Aku tidak ingat apa yang terjadi setelah itu.

Apakah aku pertama kali mencium bau alkohol?,
Mendengarnya memarahiku?,
Atau apakah aku mendapat tamparan ini untuk pertama kalinya?.
Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi kepadaku.

Bau alkohol, nafasnya yang berat, dan bau mulut. Matanya merah dan jenggotnya berantakan.
Lalu dia menamparku dengan tangan besarnya itu.

"Apa yang kau lihat hah?!," Ayah bertanya, aku tidak tau apa maksudnya, jadi aku hanya diam.
Dan kemudian ayah menamparku lagi.

Setelah itu , ayah mencengkeram kerah baju sekolahku dan mengangkatku tinggi-tinggi di udara.
Meski matanya yang merah sangat menakutkan, aku terlalu takut untuk menangis.

Orang itu, dia bukan ayahku tapi dia tampak seperti ayahku tapi juga tidak.

Kaki ku menggantung di udara, aku terus meronta-ronta karena leherku rasanya tercekik dan aku tidak bisa bernafas.

Kemudian kepalaku terbentur dinding dan aku terjatuh kelantai.
Rasanya kepalaku ingin pecah, ini sungguh menyakitkan. Pandanganku mengabur dan mulai gelap.
Satu-satunya hal yang bisa kuingat adalah suara nafas ayahku yang berat dan teriakkan dari kak Hana, kakak perempuanku.
.
.
.

"Akh..,"
Saat aku membuka mata dan mencoba bangun, kepalaku sangat sakit.

"Kau tetaplah berbaring, kepalamu berdarah, zico." Itu kak hana.

Aku bisa merasakan ada sesuatu yang terikat dikepalaku, seperti kain.

"Maafkan kakak, kakak tidak bisa membawamu ke kerumah sakit, kita tidak punya uang zico. Dan ayah, dia pergi lagi."

Tanpa sadar air mataku mulai menetes.

"Kenapa ayah melukaiku?, Kenapa dia menamparku?, Mengangkatku tinggi-tinggi di udara kemudian menjatuhkanku dengan tiba-tiba?"

Kakak langsung memelukku dan tangisnya juga pecah.

"Jangan menangis, zico" ucapnya seraya menghapus air mataku.

"Aku takut kak, sangat takut" ucapku sesegukan.

"Kakak ada disini, disampingmu. Kau tak perlu takut"

"Aku benci ayah!, Dia jahat!!" Teriakku.

Aku membenci ayah, sangat, sangat dan sangat.

TEARS A BOY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang