Chapter 3

1.5K 104 0
                                    

6 april 2007

Andre pov

Aku menghadap pagar flowering garden sendirian.
Cuaca hari ini kelabu dan sedikit dingin, tapi moodku sangat baik.

Hari ini adalah hari piknik sekolah.
Teman-temanku datang bersama orang tuanya, tapi ayah dan ibuku sibuk, jadi aku dititipkan ke guru yang mendampingi kami piknik.
Aku sedikit kecewa awalnya. Tapi tadi aku dipuji saat lomba mewarnai bunga. Ibu temanku bilang,

"Wow, andre kau sudah dewasa, gambarmu sangat bagus."
Aku merasa keren.

"Andre tunggu disini, guru akan segera datang," ketika piknik selesai, ibu temanku menyuruhku menunggu guru, tapi aku tidak melakukannya.

Aku percaya diri bahwa aku bisa pergi sendiri. Aku memegang kedua tali ranselku dan berjalan. Sepertinya orang-orang melihatku, aku cuma mengangkat bahu.
.
.
.

Beberapa saat kemudian turun hujan. Temanku dan ibunya sudah pergi semua. Tidak ada yang melihatku, dan kemudian kakiku terasa sakit karena dari tadi aku berjalan tapi tidak menemukan pintu keluar.

Aku menutupi kepalaku dengan ransel dan berteduh dibawah pohon. Hujan semakin deras dan tidak ada seorangpun yang lewat. Akhirnya aku mulai berlari menerobos hujan. Aku tidak melihat satupun rumah atau toko.

Kilat petir dan suara gemuruh bersahut-sahutan membuatku takut.
Aku terus berlari tak tentu arah, saat ini air mataku sudah bercampur dengan air hujan juga keringatku.
Aku menangis tapi tanpa mengeluarkan suara.

Aku berhenti berlari saat melihat sesuatu dihadapanku.
Tempat ini adalah gerbang belakang flowering garden. Pintu samping terbuka dan disana aku melihat gudang yang terisi beberapa benda.

Aku masuk kegudang dan duduk dilantai yang sangat kotor, aku terus menangis dan tak tahu harus berbuat apa, kaki ku sangat sakit dan aku mulai menggigil.

Petir menyambar sebuah pohon dan pohon itu tumbang menimpa sebuah kursi, aku melihat kejadian itu, itu sangat mengerikan.

"Andre!" Seseorang berteriak.
Aku melihat orang yang berlari kearahku, itu guruku.

"Andre, kenapa kau pergi sendiri?," Aku tetap terdiam, rasanya sangat sulit untuk mengucapkan sepatah kata.

"Ah, kaki mu ini kenapa?,"
Aku melihat kearah kaki ku. Telapak kaki ku berdarah. Saat ini aku hanya mengenakan sendal, aku melihat darah keluar dari telapak kaki ku dan juga aku mulai merasakan rasa perih.
Aku menangis dan tetap tidak mengeluarkan suara, ada apa denganku?.
Rasa perih, kedinginan, takut, semuannya campur aduk pada diriku.

TEARS A BOY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang