Chapter 39

568 46 2
                                    

12 mei 2016

David pov

Aku tidak bisa berpaling dari cermin tempatku latihan menari, hanya seorang diri.
Aku bisa merasakan kebebasan dari pandangan dunia dan diriku sendiri.
Aku menggerakkan tubuhku mengikuti irama musik, membiarkan jiwaku merasuki tubuh ini. Selain itu tidak ada yang lebih penting.

Petama kali aku menari adalah sekitar umur 12 tahun. Aku menarik perhatian teman sekelasku saat aku tampil dipanggung. Aku bisa ingat dengan jelas tepuk tangan dan sorak yang mereka berikan padaku. Itulah pertama kalinya aku merasa senang saat menari.
Kebahagiaan itu bukan berasal dari tepuk tangan penonton, melainkan dari dalam diriku sendiri.

Diriku yang diluar cermin terbebani oleh banyak hal. Aku harus tersenyum meskipun aku tidak suka, bahkan ketika aku sedang sedih.

Tiba-tiba kepalaku rasanya pusing,, obat itu.. aku butuh obat itu, dimana aku meletakannya?
Ah ya di tas.
Setelah menemukan obatnya, aku langsung menenggak obat itu, hanya satu pil saja bisa membuatku tenang.
Ya, sejak aku depresi karena memikirkan andre, aku terpaksa harus meminum obat penenang ini, obat yang diberikan oleh psikiater untukku.

Aku ingin menyambut  setiap moment saat aku berhasil melakukan sesuatu. Terbang setelah meninggalkan semua beban yang berat. Aku percaya bahwa diriku akan menemukan kebahagiaan. Dan aku ingin melihat saat itu bersama dengan adikku andre.

Andre. Aku merindukanmu..

Oh tidak,Sekarang sudah waktunya aku bekerja paruh waktu.
.
.
Masih david pov

Aku suka berada diantara orang-orang. Ketika aku masih ada dipanti asuhan, aku diam-diam mendapatkan pekerjaan paruh waktu disebuah restoran cepat saji, dimana aku harus berinteraksi dengan orang-orang, selalu tertawa, selalu ceria. Aku menyukai pekerjaan ini. Sejujurnya dalam hidupku hanya ada sedikit alasan untuk tertawa atau ceria.
Salah satu alasanku untuk selalu ceria adalah saat dihadapan andre dan semua kawanku.

Suasana hatiku membaik ketika aku tertawa keras, dan ketika aku memperlakukan orang dengan baik, maka aku akan menjadi orang baik.
Ada hari yang sulit juga, ketika ada pelanggan yang rewel. Namun meski begitu, lebih mudah untuk menahan hal itu ketika punya sahabat dibandingkan sekarang.

Terkadang aku memikirkan sahabat-sahabatku ketika restoran penuh dengan pelanggan.
Kak ernando, malam terjadinya perkelahian antara dirinya dan zico saat aku berusaha mengejarnya, dia bilang, dia akan pindah sekolah, setelah itu dia pergi tanpa mengatakan sepatah kata apapun.
Ahludz yang hilang pada suatu pagi, setelah kejadian zico, adik tersayangnya, adu pukul dengan sahabatnya sendiri.
Kak brylian yang tidak pernah menerima telepon lagi setelah aku mengabarinya tentang perkelahian zico dan kak nando.
Lalu zico yang keberadaannya tidak aku ketahui, apakah dia mendapat masalah atau tidak.
Dan andre yang tidak pernah kembali lagi kesekolah setelah aku melihatnya terakhir kali di ruang gawat darurat.
Aku telah melihat rendy disekolah, tapi untuk beberapa alasan ia selalu menghindar dariku.
Aku bertanya-tanya apakah waktu yang indah itu telah berlalu sekarang?

Aku berpikir, benar aku telah kehilangan mereka semua?

Tidak, ini tidak boleh terjadi.
Aku harus mencegah ini, tapi bagaimana caranya?

Andre. Aku akan menemui andre, iya sekarang? Eum sepertinya aku harus pulang lebih awal dari job ku ini,.

Tanpa pikir panjang aku segera meraih jaketku yang ada di kursi, meminta izin kepada pemilik resto dan pergi sekarang juga.

.
.
.

Andre pov

Pada akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke flowering garden. Aku harus berhenti membohongi diriku sendiribahwa tidak ada yang terjadi disana. Aku harus berhenti bersembunyi dirumah sakit. Dengan tekad itu aku pergi kehalte bus setiap hari, tapi aku belum bisa naik bus ke flowering garden.

Kak david datang dan duduk disebelahku setelah aku mengamati tiga bus pergi. Aku bertanya,
"Ada apa?". Dia hanya menjawab bahwa ia bosan dan tidak tahu harus melakukan apa. Kemudian ia bertanya padaku kenapa aku duduk di sini. Aku menundukkan kepaladan menendang batu. Aku memikirkan tentang mengapa aku duduk disini.

Ini semua karena aku tidak aku tidak mempunyai keberanian. Aku ingin berpura-pura baik-baik saja sekarang, dengan harapan aku bisa mengatasi semua ini, tapi sejujurnya aku takut. Aku takut jika aku menemui sesuatu yang tidak bisa kukatakan.

Kak david terlihat santai. Ia bersandar dipagar, seakan tidak ada hal yang ia khawatirkan dan ia bilang cuaca hari ini sangat bagus. Langit biru, hembusan angin yang hangat.
Dari kejauhan terdengar klakson bus yang menuju ke flowering garden.
Bus itu berhenti dan pintu terbuka, supir bus itu melihat kami. Tanpa sadar aku berkata," kak, kau mau ikut denganku?"

Aku membuka mataku.
Hanya mimpi.

Kak david, dimana kau?
Teman-teman, dimana kalian?
Aku sangat merindukan kalian semua.

Tidak.
Kepalaku kembali pusing.
Sebaiknya aku tidur lagi.





*Pendapat kalian??

TEARS A BOY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang