Perkenalan ☑️

13.5K 307 11
                                    

Pagi itu, seorang gadis bernama Claretta Adriana Wiratma sedang menunggu pesawat yang akan membawanya terbang kembali menuju Jakarta. Ia dan teman-temannya baru saja selesai berlibur untuk merayakan pergantian tahun, dan besok, ujian akhir semester sudah dimulai.

"Gila, besok ujian akhir udah dimulai aja ya, Clei," ujar Zalya, sahabatnya.

Gadis yang sudah memasuki semester akhir itu menjawabnya dengan anggukan, "Iya, selesai ujian, tinggal magang abis itu skripsi, semoga aja dosen pembimbing gue baik, deh!"

Zalya yang berada disampingnya hanya mengangguk menanggapi pernyataan yang ia sampaikan, "Oh iya, Clei, lo magang jadinya di Perusahaan Bandara?" tanya Zalya.

"Ya dapetnya disitu, mau gimana?" ujar Clare.

Zalya hanya menggelengkan kepala, "Lo tuh cantik, pinter, tapi kenapa malesnya ampun-ampunan sih? Kalau lo mau nyari, pasti bisa dapet yang bagus dan besar, lagian kan relasi lo juga bagus."

Clare tertawa renyah, "Please, kerjaan gue banyak yang diluar kota, dan di perusahaan itu lumayan longgar untuk izinnya, gue gak mungkin ninggalin dunia modeling gue juga. Bahkan, gue udah rela-relain nolak tawaran shooting sinetron yang udah gue incer dari lama. Sinetron itu bakalan gede banget karena pemainnya top hits tahun ini semua."

"Lagian kan cuman untuk sementara, Clei. Demi masa depan lo juga. Atau, kenapa gak nyoba di perusahaan bokap lo? Kan itu termasuk perusahaan yang sangat besar"

"I know, justru gue gak mau, bokap gue juga udah minta. Lo taukan hubungan gue sama abang gue gimana? Dia kerja di kantor Papa, gue takut hubungan gue sama dia makin renggang karena dimana ada dia, disitu pasti akan ada gue." Ujar Clare menghela nafasnya pelan.

Zalya menatap Clare dengan tatapan bingung, "Ya lo coba perbaikinlah. Lagian, mau sampai kapan kalian kayak Tom & Jerry begini? Udah umur segini juga." Clare terdiam mendengar penuturan Zalya yang memang benar adanya.

Clare merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara, bisa dibilang ia adalah putri bungsu dan putri satu-satunya sehingga ia terlihat begitu dimanja oleh orang tua nya, padahal kenyataannya tidak seperti itu.

Zalya berdeham, ia tau, Clare pasti kepikiran dengan omongannya tadi, "By the way, cita-cita lo gimana?"

"Gue masih berusaha mendapatkan restu orang tua untuk jadi pramugari, karena menurut bokap nyokap, pramugari tuh 'gak bener' karena menurut mereka juga pilot tuh juga 'gak bener'. Soalnya, temen bokap ada yang jadi Captain di airlines ternama, dan dia suka 'main' sama pramugarinya, dan juga temen nyokap gue ada yang udah jadi pramugari senior, malah gak nikah-nikah. Selain itu juga kan pramugari resikonya sangat tinggi, mereka takut gue kenapa-kenapa dan mereka gak mau juga gue kayak gitu, padahal menurut gue, gak semuanya kayak gitu. Di lain sisi, gue udah mulai nyaman sama pekerjaan gue. Gatau deh, gue pusing, jalanin aja dulu." Ujar Clare yang bingung dengan jalan hidupnya sendiri.

Saat boarding pun tiba, mereka bersiap-siap memasuki pesawat udara. Clare menyeret kopernya dan juga tak lupa meletakkan barang belanjannya diatas koper, diikuti oleh Zalya yang hanya menenteng tas.

Tepat saat tiba diambang pintu pesawat, terlihat seorang co-pilot dengan perawakan tinggi, berkulit eksotis, memiliki paras yang menarik mirip salah seorang artis dalam negri yang bernama Rio Dewanto dan memiliki brewok tipis yang nenambah kesan maskulin, berdiri didepan pintu cockpit dan memberi salam kepada seluruh penumpang yang memasuki pesawat tersebut.

Clare tidak begitu peduli dengan lelaki, setampan apapun dia, karena kejadian masa lalu nya yang cukup pahit, sehingga ia tidak begitu menghiraukan sapaan dari co-pilot tersebut, hanya menjawabnya dengan senyuman tipis lalu saat ia melihat pramugari disamping co-pilot tersebut, ia terkejut karena itu merupakan sahabatnya sejak dibangku SMA.

Cinta Diatas Awan [REVISI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora