Perjalanan Kerja - 2

3.5K 162 7
                                    

Hasil photoshoot Clare sangat memuaskan, begitu juga dengan Clare yang sangat menikmati keindahan alam yang disajikan ditempat-tempat photoshootnya. Ia sangat takut bekerja diluar kota, alam bebas, dalam waktu yang cukup lama, namun ternyata tidak menyeramkan seperti bayangannya, Bimo selalu menemaninya, dan Ali memiliki sifat yang mudah bergaul dan tidak kaku, sehingga Clare merasa sangat nyaman selama menjalani prosesi photoshoot.

"Clei, kamu mau tau, gak? Kamu itu cantik luar biasa, bukan hanya fisiknya, tapi, hatinya juga." Ujar Bimo saat ia mengajak jalan Clare berkeliling pantai.

Clare tersenyum, "Aamiin, terima kasih banyak. Kamu juga, baiknya bukan hanya sifatnya, namun hati kamu sangat baik dan aku bisa merasakan ketulusan setiap ada didekatmu. Jujur, temanku hanya sedikit, bahkan aku tidak punya sahabat laki-laki, aku sulit mempercayai orang, sangat sulit. Aku baru dianggap lagi oleh Abang sekitar 1-2 mingguan ini, dan aku sangat bersyukur akan hal itu. Aku tidak begitu dekat dengan Papa dan juga Mama, aku hanya bercerita kepada teman dekatku, Zalya dan Neisya, dan memang hanya mereka teman yang kumiliki dan dapat kupercayai. Aku ramah, bukan berarti aku supel, aku sangat kaku."

"Semua pasti ada penyebabnya, bukan? Aku pun begitu, hanya gimana kita menyikapi masa lalunya seperti apa." ujar Bimo.

Bimo selalu bisa membuat perasaan Clare kembali tenang, mungkin jika mereka bersama, keduanya akan menjadi versi terbaik dari diri mereka masing-masing.

Clare tidak ingin jatuh terlalu dalam, dan ia tidak ingin mengulang kesalahannya yang sama karena jatuh terlalu dalam untuk seseorang yang tidak pasti. Begitu juga dengan Bimo, ia tidak ingin menyakiti orang yang ia cintai dengan rasa cinta yang ia berikan, tidak selamanya cinta itu indah, cinta bisa menjadi boomerang yang menyakitkan untuk diri kita sendiri dan untuk orang yang kita cintai.

"Bim, kenapa kamu tiba-tiba memulai komunikasi denganku?" Tanya Clare kepada Bimo.

Bimo mengangkat kedua bahunya, "Entah, aku juga bingung, selama ini aku mencoba untuk menolak perasaanku terhadap perempuan"

"Ih, berarti kamu mau jadi homo, gitu?" Tanya Clare yang terkejut dengan perkataan Bimo.

Bimo tertawa melihat ekspresi Clare, "Gak gitu, aku hanya menunggu bertemu dengan orang yang tepat diwaktu yang tepat juga," ujar Bimo menatap langit.

Clare terdiam, ia bingung harus berkata apalagi dan menanyakan apalagi, jawaban Bimo tadi membuat hatinya menjadi gundah. Ia sudah mati-matian mengabaikan perasaan yang mulai muncul saat ia bersama Bimo, namun, perkataan Bimo tadi membuat perasaannya semakin kuat dan susah untuk diabaikan lagi.

"Tadi, Ali nanya ke aku, kamu menyetujui photoshoot ini tapi kita belum membicarakan honor kamu. Bayaranmu per photoshoot berapa?" Tanya Bimo mengalihkan topik.

Clare terdiam, "Kamu sudah menjadi temanku, dan kita melakukan ini untuk pameran dari teman baikmu, aku hanya ingin membantu teman. Kamu sudah mengeluarkan banyak biaya untuk akomodasi dan penginapan, lagi pula, aku sangat menikmati photoshoot ini, itung-itung liburan gratis sambil kerja," jawabnya.

Bimo memberhentikan langkahnya, "Gak bisa gitu, upah adalah hak kamu, Ali pasti akan memaksa untuk memberimu upah, karena ini untuk pameran bukan untuk hobi."

Clare menghela nafas, "Okey, terserah saja kalian mau membayarku berapa, lagian dia kan seorang photographer, pasti tau harga standard model."

"Tapikan kamu model kalangan atas, model berkelas, lebih baik kamu sebutkan saja biaya sekali photoshoot kamu berapa?"

"Aku gak tau, Bimo, sungguh. Seluruh pekerjaan diurus oleh Mbak Shan dan ini pertama kalinya aku kerja diluar kuasanya, tanpa bantuan apapun, aku hanya memintanya untuk reschedule beberapa photoshoot dan menolak beberapa tawaran shooting yang akan dilakukan saat aku belum di Jakarta," ujar Clare.

Cinta Diatas Awan [REVISI]Where stories live. Discover now