Menggapai Cita-Cita

2.9K 128 0
                                    

Clare mengikuti beberapa tahapan test untuk menjadi seorang Flight Attendant di maskapai tempat Bimo bekerja. Dan, Clare bersyukur karena ia dapat melewati segala test nya dengan baik, saat ini, ia menunggu jadwal pelatihannya tiba. Tentunya, Clare sudah menghubungi Bimo dan memberikan berita bahagia ini, reaksi Bimo pun turut senang karena akhirnya Clare bisa menggapai cita-citanya yang sudah didepan mata.

"Bim, susah gak sih pelatihannya?" tanya Clare kepada Bimo saat mereka bertemu.

Bimo tersenyum, "remember, this is your biggest dream, mau sesusah apapun, pasti worth the price. Aku yakin, kamu pasti akan diangkat menjadi pegawai tetap."

"Are you sure? Aku minder." Ujar Clare.

Bimo mengecup kening Clare, "There's nothing you need to worry about. Trust me. Gak akan sesusah perjuangan kamu untuk menjadi flight attendant kok. Kamu sudah bisa lolos dari segala test, berarti you're meant to be a flight attendant. Nanti pas latihan-latihan bisa jadi kita bareng kok. Aku gak bisa lama-lama, ada flight, kamu harus olahraga dan mempelajari tentang training Flight Attendant lebih-lebih lagi. Oke?"

"Bukannya kamu tadi landing terakhir?"

"Ada yang harus aku gantiin flightnya. Lagi pula, aku tadi cuman 2 landing cuman bentar flightnya. Dan, kayaknya aku akan Lay Over. Kamu take care, ya? Everything's gonna be alright."

"Okay, Take Care, Bim. Aku besok ke office tower untuk mulai pelatihan. Kamu kabarin, ya, walaupun aku gak bales? Paling enggak biar aku tau kamu dimana," Ujar Clare ke Bimo yang hendak pergi.

Bimo tersenyum dan mengangguk, setelah itu melangkah pergi meninggalkan Clare.

***

Sudah 15 minggu berlalu, seluruh masa pelatihan darat Clare pun sudah selesai, dan beberapa training dipesawatpun sudah dijalani. Sekarang, ia diharuskan untuk pelatihan langsung di udara, yaitu, menjadi Pegawai Kontrak di udara dengan terjun langsung sebagai crew yang bertugas, menggunakan seragam lengkap seorang Flight Attendant, hanya saja belum diangkat menjadi pegawai tetap.

Semenjak Clare mendaftarkan diri sebagai Flight Attendant, ia sudah tinggal sendirian disebuah apartemen yang berlokasi sangat strategis karena lebih dekat dengan bandara. Clare sudah melewati banyak hal bersama teman-teman satu batchnya. Komunikasi antara Clare dan Bimo pun terbilang jarang, hanya sesekali saling mengabarkan jadwal mereka dan menanyakan hal-hal seputar pekerjaan serta kesibukan mereka masing-masing.

Malam hari tepat sebelum penerbangan perdana Clare sebagai Pegawai Kontrak, Bimo menelfonnya,

"Clei, besok kamu terbang?"
"Iya.. Kamu juga?"
"Besok kamu berapa landing?"
"3. Denpasar - Labuan Bajo - Jakarta."
"Berarti kita bareng. Kamu besok bareng aja sama aku."
"Gak enak lah, Bim, aku masih baru banget. Kamu emang yakin kita bakalan bareng?"
"Gak mungkin kita landingnya sama tapi beda pesawat. Dan biasanya rute tuh diacak, kamu sama crew yang sekarang bisa berhari-hari kedepan tapi dengan rute yang berbeda. Kamu emang beneran langsung 3 landing?"
"Iya lah, kan FAC nya udah turun."
"Ya udah kalau gitu, kamu beneran gak mau bareng berangkatnya? Kan flight jam 9. Lagi pula kita searah, kok."
"Ya udah, oke. Kalau memang kamu mau jemput, gapapa. Besok berarti kita berangkat jam 6?"
"Iya, jam 6 di lobby ya?"
"Oke"

Setelah itu, Clare tidur dengan perasaan campur aduk.

***
"Bim, aku deg-degan jujur," Ujar Clare saat mobil yang Bimo kemudikan tiba diparkiran bandara.

Bimo terkekeh pelan, "buat apa kamu deg-degan? Justru harusnya kamu seneng dong, flight pertama kamu sama aku dan Neisya. Lagian kamu cocok kok pake seragam pramugari."

Cinta Diatas Awan [REVISI]Where stories live. Discover now