01 - Semua Berawal Dari Sini

11.3K 641 21
                                    

  Hujan baru saja reda, ketika Satria juga selesai dengan kerjaan nya malam ini. Ia adalah karyawan terakhir yang keluar dari dalam Caffe, tempatnya bekerja part time selama ia kuliah di Bandung.

Kalian pasti bertanya, mengapa ia bekerja part time ?. Sementara dirinya berasal dari keluarga yang jauh dari kata kurang. Kakek nya adalah seorang Arsitek terkenal, sekarang perusahaan nya bahkan merambat ke luar negeri. Usaha kuliner juga maju pesat dan terletak hampir di setiap sudut kota.

  Lalu Ayah juga seorang pengusaha sukses yang sekarang menggantikan posisi Kakek nya di perusahan Pusat di ibu kota. Di tambah, ibunya adalah seorang fotografer terkenal. Memiliki studio yang sekarang sudah menuju kancah Asia. Jadi, sudah pasti hidup Satria lebih dari kata cukup. Bahkan, walau tanpa bekerja sekali pun. Ia tidak akan melarat sampai tujuh turunan.

  Tapi, Satria memiliki alasan tersendiri. Ia bukan nya tidak bersyukur atas apa yang telah ia punya. Hanya saja, ia ingin memulai semuanya dari bawah. Belajar, sejak dini. Bahkan, Satria sampai menyembunyikan identitasnya sendiri selama ia berkuliah di Bandung. Dengan begitu, ia bisa belajar dengan tenang tanpa harus di ganggu oleh para penjilat.

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Karena, Caffe nya malam ini di booking oleh salah satu anak pejabat di Bandung untuk perayaan ulang tahun. Maka, ia harus pulang tengah malam. Padahal, besok pagi ia akan ada sidang.

Satria mengkayuh sepedanya dengan sedikit cepat. Menyusuri jalanan kota Bandung yang sedikit sepi jika sudah tengah malam begini.
Dan lima belas menit kemudian, ia tiba di kosan nya.

"Azka " ucapnya dengan kernyitan heran di dahinya.
Saat mendapati teman nya, tidak. Bahkan laki-laki bernama Azka itu adalah sahabat nya. Kedekatan mereka sudah seperti saudara.

"Sat, loe udah pulang. Hutf gue udah nungguin loe hampir dua jam " ujar Azka, memberi jalan pada Satria agar bisa membuka pintu kamar kost nya.

"Kenapa gak nelfon. Atau datang langsung ke Caffe. Loe kan gak perlu nunggu di luar " ujar Satria, membuka pintu kamarnya.

"Gue kira loe udah balik " jawab Azka, menyusul masuk kedalam.

  Satria langsung menuju ke kamar mandi. Membasuh muka nya, dan kemudian kembali ke dalam untuk mengganti baju nya.

"Besok loe sidang pagi kan ? Kok pulang nya larut banget " ujar Azka, menyalakan televisi.

"Ada acara tadi di Caffe, perayaan ultah gitu. Makanya selesai nya larut gini " jawab Satria, menuangkan air putih kedalam gelas. Dan kemudian meneguknya.

  Dan suasana kamar kost milik Satria mendadak hening. Hanya suara tivi yang terdengar. Membuat Satria yang tengah menyiapkan keperluan besok pagi menjadi terhenti.
Ia menjadi heran, Azka bukan lah orang yang pendiam. Sahabat nya itu terkenal sangat hiperaktif. Tidak bisa diam lewat dari tiga menit. Dan bisanya jika laki-laki itu datang ke kost nya dan menginap. Pasti, kamarnya akan bising sampai ia bosan karena di tegur tetangga kamarnya.

  Ia menoleh pada Azka, lipatan di dahinya semakin dalam ketika memperhatikan Azka yang tampak menonton dengan sangat serius. Tatapan matanya itu lurus pada tivi, tapi Satria yakin kalau sahabat nya itu tidak sedang menonton berita tengah malam itu.

"Az, loe kenapa deh ?" Tanya Satria heran.

  Azka tidak menyaut, atau tidak mendengar. Membuat Satria heran, dan mendekati sahabat nya itu.

"Woi, Azka !" Panggilnya kali ini dengan nada tinggi dan juga sentuhan di bahu Azka.

"Eh! Kenapa, bro ?" Satria menatap heran pada Azka. Tidak, biasanya seorang Azka melamun terlalu jauh seperti sekarang ini.

Satria Untuk AirinWhere stories live. Discover now