05 - Dia Yang Telah Pergi

8.6K 566 18
                                    

  Perasaan bersalah semakin di rasakan oleh Satria. Ketika melihat mamanya menangis tersedu di kamar adik nya.
Walau hampir setiap malam ia melihat sang Mama masuk kedalam sana. Terisak kecil, atau bahkan sampai ketiduran di sana. Sambil memegangi bingkai foto adiknya.

Namun, malam ini berbeda. Tangisan Mamanya juga berbeda. Segala ucapan, aduan dan juga pengakuan sang Mama membuat hati nya sakit bukan main. Sedikit terbersit untuk mengakhiri semuanya. Mengaku kalau apa yang ia katakan sore tadi adalah bohong.

  Ia tidak pernah menghamili Airin. Ia menikah juga karena terpaksa. Merasa telah terikat janji dengan Sahabatnya.
Tapi, lagi ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.

Karena, dalam agamanya tidak boleh membongkar aib seseorang. Kalau tau, lebih baik menyimpan, bahkan lebih baik untuk menutupi nya. Apa yang di alami oleh Airin saat ini adalah aib ? Dan, sekarang Airin adalah istrinya. Jadi, sudah kewajiban nya untuk menjaga kehormatan istri di mata orang. Termasuk kedua orang tua nya.

"Sayang, Mama kangen "

   Satria menitikkan air matanya, mendengar ucapan Mamanya di dalam kamar sang adik. Dengan mengusap bingkai foto itu.

"Mama gak bisa nyalahin Abang, mungkin semua salah Mama yang udah lalai. Mama yang salah, keluarga kita udah berubah, nak. Hiks.. Mama minta maaf. Mama... "

  Satria berusaha mati-matian menekan seluruh rasa sakit, dan dada yang tiba -tiba sesak mendengar itu semua.

"Semua salah Mama, Fadil, Mama.. Mama.. gak tau harus gimana "

  Satria tidak lagi sanggup mendengar semua nya. Dan hendak masuk kedalam kamar adik nya, namun urung saat melihat Ayahnya sudah di depan anak tangga.
Mereka berdua saling menatap satu sama lain, kemudian Rezky lebih dulu membuang muka nya dan berjalan memasuki kamar adik nya. Mengabaikan Satria yang menatap sedih dan penuh rasa bersalah.

  Dee yang menyadari kehadiran suaminya, langsung mengusap air matanya. Dan menatap suami nya yang berjalan mendekati nya.

"Udah malam, tidur yuk " ajak Rezky, memeluk bahu istrinya.

  Ia melirik foto putra keduanya, dalam balutan Jersey sepak bola kesayangan anak nya. Fadil, terlihat tersenyum begitu manis, bahkan memamerkan lesung pipi nya.

"Fadil gak akan suka, ngeliat wanita yang paling di cintai nya terus menangis di kamar nya " ujar Rezky, mengambil bingkai foto di tangan Dee dan meletakkan nya di atas nakas.

  "Semua salah ku "

"Enggak ada yang salah " ujar Rezky, mengusap rambut panjang istrinya. Kemudian mengecup nya dengan sayang.

"Tidak, semua salah ku. Aku.. aku telah mengabaikan kalian. Bahkan, Putri sampai harus di urus oleh Mama " ujar Dee dengan lemah.

"Kita semua mengerti, sayang. Kamu pasti terpukul banget " ujar Rezky menggenggam tangan istrinya.

"Kenapa kamu tidak ?"tanya Dee menatap lekat pada Rezky.

  Pria yang sudah hampir paruh baya itu mengulum senyum kecil. "Kamu tidak merasa kehilangan, kamu terlihat baik-baik saja atas kepergian anak kita. " Lanjut Dee.

  "Siapa bilang ?" Tanya Rezky dengan nada lembut. Ia mengusap lagi kepala istrinya. "Aku bukan tidak sedih, aku tidak menangis bukan berarti tidak merasakan apa yang kamu rasakan. Aku hanya berusaha kuat, berusaha untuk tetap terlihat biasa aja, meski hati aku hampa. Itu semua aku lakukan, agar tetap bisa menjadi topangan untuk istri dan anak-anak ku "

  Dee menatap suaminya dengan lekat, dan cukup lama. Hingga kemudian, ia menunduk. Merasa telah terlalu bersalah pada suaminya.

"Maaf " ucap Dee.

Satria Untuk AirinWhere stories live. Discover now