o9. Takdir

2.1K 442 221
                                    

Yeongue tersenyum tipis begitu ingatan dulunya bersama Yoonbin kembali teringat. Ketika mereka mencari kalung kucing Yeongue yang hilang sampai kehujanan hingga Yoonbin yang manja sampai tidak mau di tinggal Yeongue gara-gara demam biasa yang menyerang pemuda itu.

Yeongue masih ingat, sangat ingat malahan dengan semua itu. Semuanya masuk kedalam memori inti yang menyenangkan sebelum berubah menjadi ingatan yang menyedihkan.

Mau menghapusnya pun susah, Yeongue terlalu jatuh kepelukan Yoonbin.

Dia masih ingat tiga tahun lalu, dimana Yoonbin memutuskan untuk mengakhiri semuanya dan meninggalkan Yeongue sendirian.

"Kita sudahi saja, ya."

Yoonbin begitu lugas ketika berkata demikian. Matanya menatap Yeongue dalam seolah tidak mau meninggalkan si manis sendirian namun bibirnya malah berkata yang sebaliknya.

"Kenapa?" Suara Yeongue terdengar parau, matanya memerah menahan tangis yang sudah menumpuk di ujung matanya. "Apa maksudnya?"

"Kita putus. Terimakasih untuk 12 bulan yang bikin saya gak ngerasain apa itu sendirian lagi,"

Hancur sudah pertahan Yeongue untuk tidak menangis. Dia hanya menunduk sambil menatap ujung sepatunya dengan pandangannya yang buram. Setelah beberapa bulan Yeongue tidak diberi kabar sedikitpun, malah permintaan putus dari Yoonbin yang Yeongue terima.

Yoonbin sibuk sendiri dengan urusannya. Yeongue sempat bertaruh kalau Yoonbin lupa kalau dia masih punya pacar, hanya belajar dan sibuk dengan soal masuk Universitas yang Yoonbin hadapi. Mereka bahkan sempat bertengkar hebat gara-gara itu.

Yeongue dengan kesabarannya yang habis dan Yoonbin dengan egonya yang tinggi tidak mau menceritakan apa yang sebenarnya pada Yeongue.

"Kakak sendiri yang bilang jangan ada kata tinggalin, tapi malah kakak yang ngelanggar semuanya."

Yoonbin hanya bisa menunduk ketika suara Yeongue mulai terdengar pelan, isakan tangis menyusul dan Yoonbin tidak mau memandang langsung kearah manik Yeongue yang menatapnya kecewa.

"Jangan telat makan ya, kamu punya magh."

Jantung Yeongue serasa berhenti berdetak. Isakan sudah tidak terdengar lagi karena Yoonbin yang berjalan menjauh setelah meninggalkan kecupan lama di kening si manis.

Kecupan terakhir yang tidak lagi membuat Yeongue memerah malu, melainkan membuat Yeongue menangis dalam diam.

Besoknya Yeongue dapat kabar kalau Yoonbin diterima di salah satu Universitas Negeri di Australia. Yeongue tidak mau mengantar kerpergian Yoonbin, si manis mengurung diri di kamarnya. Melihat Yoonbin pergi jauh rasanya sakit.

"Aku kangen kak Yoonbin." Yeongue menghela napasnya berat sambil melepas kacamata bulatnya kemudian menyimpannya diatas meja belajarnya.

Ini sudah berlalu hampir bertahun-tahun tapi Yeongue masih belum bisa mengganti kehadiran Yoonbin dengan siapapun. Setelah putus dengan Yoonbin, dia belum pernah menjalin hubungan serius lagi dengan seseorang.

"Gimana kabar kakak? Di aussie gak sendirian, kan? Kakak punya teman baik, kan? Kak Jihoon sekarang udah punya pacar," Yeongue tertawa pelan. "Namanya kak Seunghun, suaranya bagus banget. Klop sama kak Jihoon yang gak bisa diem."

the way you smile +hyb.kyg ✔Where stories live. Discover now