#01

6.4K 526 87
                                    







***

"Jimin-ah, kau semakin cantik saja," puji pria dengan senyum lebar itu sembari mengulurkan tangannya. "Senang bertemu denganmu lagi."

"A-ah, ya, terimakasih, Hyung." Jimin balas tersenyum tipis, menjabat santun tangan dari sahabat suaminya yang mendadak datang tanpa pemberitahuan.

"Ayo duduk, Hoseok-ah. Tumben kau kemari." pemuda lain disana menginterupsi, mempersilahkan dengan sopan sang tamu untuk duduk di ikuti dirinya sendiri. "Jimin-ah, buatkan minum untuk tamu kita."

Mengangguk kecil, Jimin membawa kakinya melangkah menuju dapur, meracik teh hijau yang merupakan kegemaran Taehyung, suaminya.

"Woaah, kau beruntung sekali memiliki istri yang cantik dan penurut seperti Jimin, Tae-ah.."

Samar-samar dari tempatnya, Jimin bisa mendengar percakapan yang melibatkan dirinya. Kecemasan menghinggapi Jimin hingga tanpa sadar ia meremas telapak tangannya kuat-kuat.

"Silahkan di minum, Hoseok Hyung." tangan Jimin yang bergetar membuat Hoseok refleks mengulurkan tangan untuk membantunya meletakkan cangkir di atas meja.

"Apa kau sakit, Jimin? Tanganmu bergetar."

Jimin segera menarik mundur tangannya saat maniknya bertemu hazel gelap Taehyung yang berkilat tajam.

"T-tidak Hyung, aku baik-baik saja. Silahkan di minum. Aku permisi dulu." setelah mengatakannya Jimin undur diri. Mengurung dirinya sendiri di kamar. Jimin tak ingin kejadian seperti yang sudah-sudah terulang lagi. Ia lelah.

Suaminya bukanlah seperti yang terlihat dari luar. Taehyung yang tampak berkharisma dan berwibawa sangat berbeda jauh saat ia berada di rumah. Pemuda tampan itu tak segan meringankan tangannya untuk memukuli Jimin sekalipun ia tak membuat kesalahan.

Tak jarang Jimin akan memakai masker untuk menutupi wajahnya saat keluar rumah agar tak ada yang melihat lebam di pipi atau sudut bibirnya yang pecah.

Anehnya Jimin masih bertahan bertahun-tahun di perlakukan demikian.

Bukan tanpa alasan, Jimin bertahan hanya demi keluarganya. Untuk orang tua yang sudah menjadikannya sebagai jaminan karna tak mampu membayar hutang kepada keluarga Taehyung.

Jimin pikir semua akan baik-baik saja. Di awal pertemuan, Taehyung terlihat seperti seorang pemuda yang bertanggung jawab. Senyumnya selalu merekah saat mereka bertemu. Namun ternyata semua hanya topeng belaka. Taehyung tidak sebaik perkiraannya.

Cklek

Setelah hampir satu jam, pintu kamarnya terbuka, Taehyung berdiri disana, bersidekap sambil menatapnya tajam.

"Apa kau senang?"

Jimin menundukkan kepala, bibirnya di lipat, tubuhnya bergetar.  Ia bisa mendengar langkah Taehyung yang perlahan mendekat.

"Kau mendengarku 'kan?!"

Jimin terkesiap, rahangnya di cengkram kuat oleh Taehyung, membuatnya mendongak dan bersiborok langsung dengan kelereng legam Taehyung yang terlihat mengerikan.

Meringis, Jimin menggeleng pelan sembari menahan sakit di pipinya.

"Pembohong!"

Plak!

Pipi kiri Jimin di tampar hingga ia jatuh terlentang di atas ranjang. Sakit sekali, sampai Jimin tak bisa menahan buliran air yang mulai menggenangi mata indahnya yang mulai redup.

"Dan ini," ia kembali menarik kerah kemeja Jimin hingga si empunya terduduk kasar. "Siapa yang menyuruhmu memakai pakaian seperti ini di depannya, hah?!"

Let Me... 'KM [END]Where stories live. Discover now