#02

3.8K 487 72
                                    







***

Cklek

Jungkook melangkah masuk ke apartemen dan menemukan sang ayah tengah bersantai bersama wanita kemarin. Memilih acuh, ia lalu mengambil air dingin di kulkas dan segera pergi. Namun, kehadirannya di sadari oleh wanita yang sedang menuang teh di sana.

"Jungkook-ah, kau pulang?"

Jungkook tak menyahut, ia memilih menulikan telinganya. Namun ucapan sang ayah yang seolah merendahkan dirinya memantik emosi Jungkook seketika.

"Tentu saja dia akan pulang. Dia tak bisa melakukan apapun di luar sana tanpaku," ujarnya pongah tanpa mengalihkan perhatiannya pada koran yang tengah di baca. "Menjadi seorang fotografer tak akan membuatmu kaya."

"Ayah pikir begitu?"

"Ya, memang begitulah kenyataannya," pria paruh baya itu mendongak, melepaskan atensinya sejenak untuk menatap sang anak yang masih enggan berbalik. "Lihatlah dirimu sekarang. Apa yang bisa kau andalkan dengan pekerjaan seperti itu."

"Ayah pikir aku melakukannya untuk uang?! Tidak. Aku melakukannya karna aku menyukainya!"

"Ck, tak berguna," cercanya lagi. "Kau takkan kesulitan jika kau mau bergabung di perusahaan."

"Terima kasih atas penawarannya, Tuan Jeon yang terhormat. Tapi aku tidak tertarik."

Mendengar penolakan Jungkook terus menerus, membuat tuan Jeon tersulut emosi. "Dasar anak kurang ajar." geramnya mencaci. Ia baru akan beranjak ketika wanita di sampingnya bersuara.

"Yeobo."

Jungkook tertawa mengejek di tempatnya. "Yeobo?" ulangnya. "Kalian lucu sekali."

"Kau.."

Dengan emosi yang meluap, tuan Jeon melangkah cepat mendekati Jungkook yang masih diam di tempatnya.

Plak

"Sudah ayah peringatkan, jaga ucapanmu, Jeon Jungkook!!"

Jungkook yang tersungkur perlahan bangun, membalas tatapan tajam ayah kandungnya itu tak kalah bengis.

"Kenapa? Apa aku salah?! Kalian berdua sama saja. Pengkhianat! Dimana janjimu pada ibu dulu, hah?! Kau melupakannya begitu saja setelah dia meninggal dan bercinta––"

Plak

Satu tamparan lagi mendarat di pipi Jungkook hingga sudut bibirnya sobek dan mengeluarkan darah.

"Yeobo, Kumohon jangan lakukan lagi."

Ia menarik kerah baju sang anak dan akan kembali melayangkan pukulannya, namun suara wanita di belakangnya yang berteriak histeris membuat gerakannya terhenti dan hanya mengambang di udara.

"Pukul saja aku, PUKUL! Bila perlu bunuh aku agar kau bahagia!"

Tangan tuan Jeon bergetar. Perasaan bersalah menghantam dirinya. Bagaimana bisa ia memukul putra semata wayangnya yang sangat ia sayangi.

Let Me... 'KM [END]Where stories live. Discover now