#04

3.2K 396 17
                                    







***

Kini Jungkook dalam perjalanan menuju perusahaan milik ayahnya, tadi pagi dia di hubungi karena ada sesuatu yang ingin tuan Jeon bicarakan.

Tak butuh waktu lama untuk sampai, dan sekarang Pemuda tampan itu sudah duduk di sofa di dalam ruangan sang ayah dengan tangan bertaut.

"Ayah tidak mengganggumu, kan?" tanya tuan Jeon membuka suara.

Jungkook menggeleng kecil. "Aku lenggang hari ini."

"Syukurlah." bibirnya mengulas senyum tulus.

"Apa yang ingin ayah bicarakan denganku?" tanya Jungkook langsung, pasalnya ia masih merasa canggung jika di hadapkan dengan ayahnya itu.

"Oh iya, ayah hampir saja lupa. Itu.." ia menunjuk meja beserta kursi kerja di sudut ruangan. "Ayah sudah menyiapkan semuanya untukmu." katanya lagi, senyumnya tak kunjung luntur. Tuan Jeon hanya terlalu senang karna Jungkook sudah memaafkan dan mau mencoba bekerja di perusahaannya—dengan syarat jika tuan Jeon juga tidak boleh melarang apa yang menjadi kegemarannya; fotografi.

"Ayah melakukan ini bukan semata-mata demi perusahaan saja, Kook-ah." Jungkook menatap ayahnya lagi saat kata-kata itu terlontar.

"Dulu ayah pernah berjanji pada Ibumu. Jika kelak, Jangan sampai anak kami mengalami kesulitan yang pernah kami rasakan." tatapannya menyenduh meski sudut bibirnya masih setia terangkat. "Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu, Jungkook-ah, begitu juga dengan ibumu."

"Aku tau," Jungkook menyahut. "Maaf karena selama ini aku belum bisa menjadi anak yang baik untuk Ayah.. dan Ibu."

Tuan Jeon menggeleng. "Tidak. Justru Ayah yang seharusnya minta maaf karena tak pernah mendukung keinginanmu. Maafkan ayah." ujarnya tulus. "Dan terima kasih karena mau menerima hubungan kami." tambahnya.

"Apa ayah mencintainya?" tanya Jungkook tiba-tiba, jari-jarinya mengerat pada sisi kaleng minuman dalam genggaman tangannya. Ia penasaran namun belum siap mendengar kenyataan jika..

"Ya, setelah Ibumu dan dirimu."

Jawaban yang tuan Jeon utarakan bagaikan angin segar bagi Jungkook. Saraf-sarafnya yang tadi menegang perlahan melemas. Ia tersenyum.

"Ayah masih mencintai Ibu?"

Tuan Jeon melirik sekilas anaknya sebelum membalas, bersama dengan sudut bibirnya yang tertarik beraturan.

"Tentu saja. Ibumu adalah wanita pertama yang Ayah cintai," mulanya bercerita. "Kami bertemu pertama kali di halte saat sama-sama menunggu bus. Ibumu sangat cantik saat itu dengan dress merah mudanya. Dan Ayah langsung jatuh cinta." senyum tuan Jeon kian melebar ketika ia mengingat kejadian lampau. Seolah ia terbang ke masa itu lagi. Sorot matanya di penuhi kerinduan, Jungkook bisa melihatnya dengan jelas.

"Kau pasti bisa menebak apa yang terjadi setelahnya, bukan?" katanya yang membuat Jungkook mendenguskan tawa.

Jungkook pikir ayahnya sudah melupakan sang ibu, ternyata tidak. buktinya ia masih mengingat semuanya bahkan masih mencintainya. Dan Jungkook bersyukur untuk itu.

***

Sore harinya Jungkook kembali ke apartemen bersama sang ayah. Keduanya berdiri bersisian, menunggu pintu lift terbuka sambil sesekali melempar senyum.

Namun ketika lift terbuka, Jungkook justru di buat membeku di tempat. bagaimana tidak, di depannya, di sudut lift, Jimin meringkuk dengan tubuh lusuhnya yang bergetar.

Let Me... 'KM [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin