O.6

4.9K 720 73
                                    

"Take your time, kembalikan saja bukunya besok ya, aku pulang dulu, dadaaah"

Aku tersenyum tipis ke arah Renjun yang melambai sembari membawa payung lipatnya dan keluar dari flatku.

Sudah dua panggilan tak terjawab yang aku terima, kemudian, aku menelpon kembali Ayahku.

"Kenapa... Ayah?"

Sial, aku hampir menangis ketika memanggil dirinya Ayah, ku dengar suara helaan nafas darinya begitu berat. Kami hanya diam, dia pun tidak mengetahui apa yang akan ia bicarakan kepadaku.

"Chenle, semoga kamu suka hadiah yang Ayah kirim ke flatmu ya"

"Oh... Aku belum menerimanya hari ini"

"Mungkin besok atau lusa akan datang. Dan maaf...."

Oh, ada apa dengannya? Kenapa ia meminta maaf kepadaku?

"Ayah sudah punya kekasih lagi dikota ini, tapi Ayah tetap menyayangimu. Selamat ulang tahun yang ke tujuh belas jagoan Ayah"

Bagaikan petir di siang bolong, ini begitu mengejutkan walaupun aku tahu penyakit selingkuhnya itu tidak bisa dihilangkan.

Pria tua itu, selalu tidak merasa puas.

"Jadi, Ayah tidak merayakan ulang tahunku minggu depan, bersama Ibu?" Suaraku bergetar, dan aku mengumpat dalam hati, kenapa aku selemah ini?

Aku menggigit bibir bawahku dengan kencang, menahan satu isakan yang akan keluar dari kedua bibirku.

"Maafkan Ayah, tapi akan Ayah usahakan-"

Bullshit.

Aku langsung mematikan panggilan telepon itu dengan sepihak, mataku yang berair ini melihat bahwa dia mencoba menelponku lagi, namun, aku memilih mengabaikannya.

Tak lama, satu pesan masuk. Dari Ayah.

"Kita akan merayakannya bertiga, Ayah sangat sayang kepadamu, jangan marah dengan Ayah, ya sayang"

Aku sudah tidak mood dibuatnya. Aku berusaha mempertahankan rankingku disekolah, tapi.... Seperti tidak ada gunanya.

Tidak ada yang bangga akan hal itu.

Aku memilih untuk mengabaikan pesan-pesan bujukan dari Ayah agar aku tidak perlu marah kepadanya.

Sepertinya ia gila, mana ada anak yang tidak marah jika Ayahnya terang-terangan bilang bahwa ia selingkuh. Aku kecewa, ini keempat kalinya ia menyelingkuhi Ibu, dan aku lebih kecewa kepada diriku yang tidak dapat mengadukannya kepada Ibu.

Hingga wanita itu tetap setia menunggu suaminya jarang pulang kerumah.

Ketika ponselku tidak bergetar lagi, ketika Ayahku tidak memberiku pesan spam lagi, aku mengetik beberapa angka dilayar ponselku, menelfon seseorang yang mungkin saja bisa menjadi penyemangatku.

"J-jibeom~"

"Yea, sweetheart? Kau baik-baik saja?"

"I'm pretending to be fine"

"What's wrong?"

"Ummh, apakah penyakit selingkuh itu tidak bisa disembuhkan?"

"Siapa yang selingkuh? Pacarmu?"

Nadanya terlihat khawatir, tawaku sumbang dan itu membuatnya semakin bingung diseberang.

"Kau tahu sendiri aku tidak memiliki pacar, itu Ayahku yang melakukannya"

Aku meringis, dan aku hampir menangis lagi ketika membahasnya, itu sangat menyakitkan.

"Dengar, pria memang tidak selalu sukses menjadi seorang suami, tapi ketahuilah bahwa seorang ayah akan sukses membahagiakan putra putrinya. Dia pasti sangat menyayangimu"

"Kau benar, ia membujukku agar aku tidak perlu marah dengannya, tapi serius, aku terlanjur marah dan lebih kecewa kepadanya. Aku takut Ibu akan lebih kecewa kepadaku karena aku-"

"Sstt... Don't blame yourself, yang aku yakin, seorang suami yang baik pasti akan kembali kepada istrinya. Jangan salahkan dirimu, itu bukan salahmu"

"Jibeom~ kau yang seperti ini membuatku ingin menjadikan aku sebagai milikmu hngg" Rengekku dengan manja, dan dia terkekeh gemas diseberang sana.

"Kau ingin? Bagaimana jika besok bertemu?"

"Apa itu tidak terlalu cepat?!"

"Karena akupun ingin menjadikanmu sebagai milikku seorang, sweetheart"

"Karena akupun ingin menjadikanmu sebagai milikku seorang, sweetheart"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini kayaknya cuma sampe 10 part (?)

[√] Unpredictable Love // SungLeWhere stories live. Discover now