1.3

5.1K 676 14
                                    

Ini aman.

.
.
.

"Jisung, aku menunggu penjelasan darimu!"

"Penjelasan apa? Aku yakin kau paham" Ujar Jisung santai sambil menyeruput kopi paginya, dia bahkan terlihat tidak mempedulikanku.

"Bukan yang bagian itu! Kenapa aku bisa disini? Kau yang memberikan afrodisiak pada makananku ya?"

"Mark dan Jeno yang melakukannya! Makananku juga diberikan obat perangsang bodoh olehnya! Sialan memang!" Kesalnya dimeja makan. Dia bahkan sampai menghancurkan cangkir kopinya karena terlalu keras menaruh dimejanya.

"Lalu kenapa kau mengikutiku ke toilet?!"

"Jackpot"

Tak!

Aku memukul kepalanya begitu keras karena sudah terlalu kesal. Semoga saja si Mark dan Jeno itu tidak memiliki foto apapun yang aku dan Jisung lakukan semalam, atau tidak ada foto diriku yang tidak mengenakan apapun untuk menjadi bahan onani mereka.

Oh itu sangat mengerikan jika mengingatnya.

"Jisung, serius!"

"Apa lagi sih? Kau sudah tahu jawabannya kenapa masih bertanya padaku?"

"Arrrgh! Menyebalkan! Aku ingin pulang!" Teriakku frustrasi, dan Jisung menatapku dengan tatapan meremehkannya.

"Kau mau pulang dengan pakaian seperti itu?"

"Lalu pakaianku dimana?!"

"Mana ku tahu! Itu kan pakaianmu bukan pakaianku!" Jisung berubah menyebalkan lagi. Aku sudah terlalu kesal pun berlari ke arah kamar Jisung. Untungnya sudah berganti aroma, dari aroma menjijikan menjadi potpourri kering.

Dan sial, kemana pakaianku disimpannya?

Ku buka lemari pakaian milik Jisung dan mengambilnya secara acak. Kemudian, aku mengambil tasku dan berjalan melewati Jisung dimeja makan.

"Hey, itu bajuku!"

Aku berhenti mendengar protesnya, "Kau tidak membiarkan aku keluar dengan kemeja tadi kan Park Jisung? Aku pinjam bajumu!"

Sebelum aku memegang knop pintu, ku tolehkan kepala sekadar untuk menatapnya yang bahkan tidak peduli padaku, "Kopi akan membuatmu cepat mati!" Dan aku benar-benar pergi dari sana.

Sebelum aku memegang knop pintu, ku tolehkan kepala sekadar untuk menatapnya yang bahkan tidak peduli padaku, "Kopi akan membuatmu cepat mati!" Dan aku benar-benar pergi dari sana

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Saat sesampainya dirumah, aku mendapati Renjun sudah didepan flat milikku, dan aku begitu terkejut dengan kedatangannya.

"Renjun? Untuk apa pagi-pagi kemari?"

"Uhn, semalam sehabis dari toilet kau tidak kembali ke meja dan aku begitu khawatir ketika tiga anjing itu satu persatu meninggalkan meja, kau tidak apa-apa kan?" Dia mengecek tubuhku bahwa aku tidak terluka sedikitpun.

"Ah iya, aku tidak apa-apa kok. Jangan khawatir, ayo masuk" Aku membuka pintu dan kamipun masuk kedalam.

Aku sudah terbiasa menyiapkan Renjun secangkir teh panas, dan dia sangat menyukainya. Renjun itu seperti saudaraku sendiri, dia sudah bukan masuk kedalam kategori teman.

Siapa yang rela pagi-pagi datang hanya untuk mengecek bahwa kau baik-baik saja? Temanmu belum tentu mau melakukannya.

Tak jarang, Renjun pun membantuku dalam proses pembelajaran, dia cerdas, tentu saja. Dia juga banyak membantuku di sekolah, ah jika menyebutkan kebaikannya, banyak sekali.

Aku tidak tahu jika tidak ada dia hidupku akan sesulit apa nantinya.

"Habis dari mana?"

"Oh, aku habis narik uang" Jawabku dengan cepat, untungnya otakku bisa bekerja sama. Jadi aku tidak perlu memikirkan alasan apapun.

Dan dia hanya mengangguk kecil, dia percaya.

Maafkan aku Renjun, aku belum siap cerita padamu kalau aku sehabis dari tempat tinggal Jisung.

Selamat pagiiiiy~

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Selamat pagiiiiy~

[√] Unpredictable Love // SungLeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora