Day 1

251 41 8
                                    

Pagi yang cerah untuk aku yang enggan menyapa mentari. Hari pertama tanpa pontang-panting ke sekolah, justru malah sibuk menjadi patung selamat datang di bandara penuh turis. Terpaksa, alasannya karena aku terpaksa mengikuti alur cerita buatan semesta. Masih dengan keadaan setengah sadar dan perut keroncongan, aku menunggu mereka seraya memesan makanan di dekat pintu kedatangan.

Sesekali kulirik sekitar, harap mereka segera tiba karena aku ingin pulang. Namun, akulah yang menyebabkan semua bergerak lambat. Makanan yang kupesan butuh waktu tak singkat, sampai-sampai merekalah yang menghampiriku duluan.

Tertegun. Aku benar-benar menjadi patung ketika menatap mereka. Sangat berbeda dari terakhir kali kita bertemu. Terutama dia ... Detik itu juga aku berani bersumpah kalau semua yang lalu-lalu langsung berkelibat di benakku. Perasaan yang terlupakan kini kembali muncul. Ini aneh, bagaimana bisa aku lupa kalau dialah cinta pertamaku?

Dia memandangku begitu datar, hanya sedikit terlihat kaget dan bingung. Tanpa menyapa, ia berdiam seakan mencari tiap perbedaan yang ada. Jujur saja, ini sangat canggung karena aku dan dia tak kunjung mematahkan pandangan. Hingga terdengar suara dari sebelahnya yang meminta seluruh perhatian.

"Hai, Kak!" sapa si perempuan yang antusias dengan sedikit tertutupi malu. Dia adalah adik dari cinta pertamaku. Adik kecil yang selalu ikut kemanapun kita pergi. "Udah lama banget ya kita nggak ketemu. Abang aja sampe pangling, tau! Nggak ngenalin kakak," adu si adik sambil menyenggol abangnya yang tak terlalu acuh.

Aku hanya terkekeh mengiyakan seluruh perkataan si adik, karena begitu ragu untuk berbicara. Takut saja kalimat yang keluar malah terbata-bata saking gugup kala menjadi titik fokus di binarnya. Itu berlangsung hingga sampai di halaman parkir, tepatnya di depan mobil yang kubawa seorang diri. Baru aku mengeluarkan kunci, dia langsung merengutnya dengan cepat. "Aku aja," katanya tanpa menunggu konfirmasi apapun.

Reaksi apa yang semestinya harus kuberikan, aku juga bingung. Apakah aku harus kaget atau murung? Kaget karena dia tiba-tiba bersuara atau murung karena dia terkesan sangat dingin? Entahlah, aku hanya bisa berharap kembali mengenalnya. Bahkan sepanjang jalan pulang yang ternyata masih diingatnya, ia hanya fokus menyetir tanpa sedikitpun bersuara.

Kedatanganmu kali ini sangat amat berbeda, ternyata empat tahun cukup untuk mengubah seseorang. Kamu yang sekarang cukup membuatku terheran hingga rasa yang dulu dipendam, memaksaku jadi penasaran.

Pertemuan kali ini hanya dimulai dengan tatapan tanpa sapaan. Entah bagaimana, tapi tatapanmu yang tenang perlahan menjalar ke hatiku. Hawa canggung di antara kita masih begitu terasa, mencerminkan jarak yang ada di antara kita.

Angan-anganku semakin melayang, penuh harap selagi mengingat kejadian yang dulu pernah terjadi. Apakah kita bisa seakrab dulu? Atau lebih?

Semua ini hanya untukmu,
Sang pengisi masa kecil.
Kini aku siap untuk mengenang semua kisah kecil nan manis kita dalam rangkaian kata.

🌙💙✨

Stuck by You #1Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ