Day 4

152 28 7
                                    

Seharian ini aku tidak melihat Bintang. Entah kemana wajah rupawan itu bersembunyi. Meskipun ingin mencari, tapi kuurungkan niat berkali-kali sebab tak ingin melewati batasannya. Sejauh pengamatanku belakangan ini, Bintang memang senang memberi batasan. Entah kapan aku bisa sesuka hati melalui tali pemisah itu. Sungguh, sebenarnya aku sudah tidak tahan untuk bersikap setenang ini, Bintang!

Antara Tuhan mendengar pintaku atau memang Bintang berinsiting tajam, tiba-tiba saja ia datang mendekati. Tanpa mengutarakan sepatah kata pun, hanya duduk dan bersibuk dengan ponsel genggamnya. Sesekali aku mencuri pandang, penasaran dengan apa yang membuatnya begitu sibuk di hari yang tenang ini. Namun, tidak perlu waktu lama aku langsung tertangkap oleh gemilang hitam matanya.

Kelabakan dengan tatapannya, aku langsung mengalihkan penglihatanku ke layar televisi yang masih memainkan film romansa. Masih dengan pipi yang terasa hangat, aku sengaja mengambil gelas untuk minum dengan harapan rona wajah ini tersembunyi darinya. Tidak ada jaminan gelagatku mendukung ilustrasi di benak ini, tapi sepertinya aku berhasil menenangkan hati yang berbunga-bunga ini.

Harapanku bahwa suasana akan kembali tenang ternyata salah. Bintang seketika saja beranjak dan duduk tepat di sebelahku tanpa menyisakan ruang kosong sedikitpun. Degup jantungku kembali tidak keruan hingga rasanya ingin menutup wajah. Dan, dia sangat tidak membantu. Dengan penuh kesengajaan, Bintang menangkap segala gerak-gerikku.

Kegugupan semakin menyelimutiku hingga membuat setiap detik terasa seperti abad yang berlalu. Masih hening tanpa suara, lirikannya seakan terdengar jelas di telingaku sebagai seruan untuk kembali menatapnya. Hingga pada akhirnya, aku pun luluh dan menguatkan diri untuk melihatnya.

Kali ini, terang-terangan aku amati wajah indahnya. Ada sedikit senyum yang tersimpul di bibirnya hingga aku pasrahkan semua senyum maluku untuknya. Bintang masih diam hanya melanjutkan kesibukannya dengan ponsel di tangan. Seperti sengaja, ia memperlihatkan layar kecil itu kepadaku.

Dan, hal aneh terjadi...

Bintang menoleh padaku dan menepuk pundaknya. Detik itu juga, aku langsung berpikir keras. Apakah maksudnya menyuruhku untuk bersandar atau tidak?
Lantas saja seribu kebingungan merayap di benakku, karena perilaku ini terasa berbeda. Tiga hari telah berlalu sejak aku menemuinya lagi dan selama itu juga Bintang tidak pernah menunjukan keinginannya untuk sekadar bersentuhan.

"Kenapa gitu banget lihatnya? Salah, ya?" tanya Bintang mengakhiri lamunanku.

"Enggak kok," jawabku kikuk.

Tanpa jawaban darinya, Bintang kembali menyibukan diri dengan kegiatannya dan meninggalkanku dengan pikiran yang bergejolak. Enggan mengakhiri momen ini dengan banyak penyesalan, kuputuskan untuk mengikuti kata hati dan mengubah posisi duduk agar bisa bersandar padanya.

"Bintang ... Kembali kaya dulu lagi ya," lirihku sepelan mungkin.

Seperti halaman dalam sebuah novel yang tak terhingga, setiap individu membawa kisah kebahagiaan yang unik. Karena, memang kebahagiaan memiliki keterampilan untuk bermetamorfosis, agar setiap insan merasa istimewa.

Kalau kebahagian diartikan berdasarkan sudut pandangku, maka definisinya akan menjadi cukup sederhana.

Sebab kebahagiaanku seketika akan mencapai puncaknya kala kamu hadir untuk mengisi setiap celah dengan kehangatan yang penuh warna. Bersamamu ... Aku hanya perlu bersamamu untuk bisa merasakan indahnya kebahagiaan.

🌙💙✨

Stuck by You #1Where stories live. Discover now