Namanya : Andre

2 0 0
                                    

Adel tak habis pikir, mengapa teman-teman sekampus begitu tega menyebut Andre sebagai banci. Padahal, secara fisik, Andre sama seperti cowok-cowok lain. Bedanya, gerakan tubuhnya memang nampak lebih terjaga. Andre memang kalem dan lembut dalam bersikap, tapi sama sekali tidak kebanci-bancian. Adel mengira, semua ini mungkin dimulai pada pertengahan semester satu, gara-gara Tommy menonton pertunjukan balet di kedutaan Perancis, dan salah satu penarinya adalah : Andre. Bisa ditebak, foto Andre berpakaian ketat ala Balero yg dibawa Tommy, langsung membuatnya menuai cibiran dan julukan menyakitkan : Banci kampus.

Sebenarnya bukan rahasia kalau Andre adalah seorang penari. Dia beberapa kali tampil sebagai penari latar pada pertunjukan live musik di kota ini, dan di beberapa acara musik televisi lokal. Tapi entah, gosip apa yang telah disebarkan Tommy, sehingga julukan Banci akhirnya lekat pada Andre.

"Mungkin karena rebutan perhatian Shinta", tebak Elly, melihat perseteruan dua pria yang masuk jajaran 10 besar cowok tampan kampus itu.

"Atau urusan siapa lebih pintar di kelas", tebak Nita.

"Halah.. tak mungkin kalau pintar-pintaran.. Tommy kan bukan anak pintar.. dia mah playboy.." kalimat Tiara membuat tawa keempat gadis ini berderai.

Dari kejauhan nampak Andre berjalan menuju Fakultas Ekonomi. Adel dan ketiga sahabatnya memperhatikan langkah cowok itu dari kantin yang berada di sudut lapangan parkir. Tak ada yang aneh. Pria beneran kok.. Tampan, tegap, pendiam, baik hati. Wajahnya sekilas mirip Tommy Kurniawan dengan mata coklat yang tajam dihiasi sepasang alis elang, dan.. eh, kok Andre malah berbelok menuju kantin?

Di pintu kantin, Tommy, sang Arjuna kampus, menghadangnya, "Banci dilarang masuk.."

Andre nampak tersenyum sabar, "Sorry Tom, gue cuma mau beli minum".

"Nih, minum aja bekas gue," berkata begitu Tommy sengaja menyodorkan botol bekas minumnya ke baju Andre hingga tumpah. Andre terjajar mundur selangkah, disambut kaki Doddy yang jelas sengaja membuatnya terjatuh. Tawa geng Tommy membahana menyaksikan wajah Andre yang merah padam.

"Tommy! Sudah dong!", entah sejak kapan Adelina tiba-tiba sudah berdiri tanpa sadar di hadapan Tommy. Ia gemas sekali melihat semua tingkah Tommy dan gengnya pada Andre selama ini.

"Nah kan, sampai dibela ama cewek, apa bukan banci beneran namanya? Hahaha.. akh!", Gelak tawa Tommy terhenti ketika sebuah tamparan mendarat di pipinya. Seketika kantin hening. Nita, Elly dan Ayu menutup mulut mereka, terkejut. Adel menampar Tommy? Oh My GOD! Tommy, sang raja, yang tak pernah dibantah mahluk apapun di kampus ini, beraninya Adelina mendaratkan telapak tangan di pipinya..

"Heh, lumayan juga tanganmu ya.," Tommy mengelus pipinya. Tidak sakit, tapi mengejutkan. Dengan sigap diraihnya lengan Adel, "kamu harus membayarnya dengan ciuman..!". Dengan garang direngkuhnya tubuh Adel yang meronta. Hanya sedetik, sebuah bogeman membuat Tommy tersungkur.

"Yang sopan memperlakukan wanita," Suara Andre nampak dingin. Dalam hitungan detik, keduanya langsung terlibat baku hantam yang tak seimbang, satu lawan enam. Untung saja satpam dan beberapa petugas TU segera memisahkan dan menyeret mereka, termasuk Adelina, ke ruang PR III.

Balade Pour AdelineWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu