Masa Cinta

1 0 0
                                    

Semenjak kejadian itu Adelina nampak akrab dengan Andre. Meski teman-temannya lebih sering memilih menjauh daripada rikuh jika bergabung, nampaknya Adel tak mau ambil pusing. Toh yang lain juga mulai berubah baik pada Andre.

Sejak itu pula Adelina mulai tahu, Andre sangat menyukai dan terobsesi dengan balet. Ia bahkan memiliki studio balet sendiri di rumahnya. Beberapa kali ketika mereka mengerjakan tugas kampus bersama, Adelina memilih tinggal lebih lama untuk menyaksikan Andre berlatih di studio miliknya bersama pelatihnya dan beberapa kawan dancernya atau kadang berlatih sendirian.

Dari Andre, Adel mengetahui bahwa Balet adalah sebuah teknik tarian yang menggabungkan akting dan musik. Balet juga sarat dengan gerakan keseimbangan, bahkan dalam gerakan melompat, sangat membutuhkan penguasaan tehnik dan kekuatan di ujung jari kaki.

Hanya beberapa kali menonton latihan, Adel mulai hapal beberapa posisi, seperti on point sempurna, melompat, atau Votee, yaitu gerakan memutar dengan posisi on point yang sulit.

"Kamu gak rikuh?" Tanya Nita suatu kali melihat Adelina nampak menikmati tarian Andre dan pelatihnya, ketika mereka mengerjakan tugas kelompok di rumah Andre.

"Rikuh apanya? Kan sudah biasa ada penari balet pria. Tari balet kan seperti olahraga. Balet mengajarkan disiplin, ketekunan, dan penguatan otot-otot tubuh. Bukan gerakan banci-bancian dan semacamnya. Lagipula, nonton pertunjukannya aslinya pasti mahal, kalau di sini gratis.. hehe.."

"Tapi bajunya itu lho.. hiyy merinding..," Elly menutup pipinya yang bersemu.

"Jangan-jangan kamu sedang membayangkan Andre dalam balutan leotard, dan sepatu khusus bernama point shoe dari bahan satin dengan sol lentur, yang bagian ujung terbuat dari kanvas, serat hessian, kertas, serta lem. Whuiii.. ketat, memamerkan perut sixpacknya. Huahahaha.." Adel menggoda kawan-kawannya

"Kamu malu, mau atau geli sih melihatnya?".. ke empat sekawan itu cekikikan dalam pikirannya masing-masing.

Entah sudah berapa lama, tanpa disadari, hari-hari Adelina lebih banyak dihabiskan bersama Andre. Dan seperti biasa, mahasiswa lain hanya memandang dengan ingin tahu sesaat, kemudian berlalu tak peduli..

"Ndre, libur semester ini kamu jadi ke Bali?", Tanya Adel suatu hari disaat menemani Andre berlatih.

"Gak, aku mau selesaikan proyekku dulu".

"Proyek apaan? Kok aku gak diajak?"

Andre menghentikan pekerjaannya. Ditatapnya Adelina dengan tatapan misterius.

"Kamu pernah gak berfikir tentang aku, Del?"

"Maksudmu?"

"Kamu pikir aku ini sebagai cowok normal atau apa?"

"Astaga Ndre.. Ya pasti kamu normal lah.. kalau gak mana bisa kamu jatuh cinta pada Shinta, sampai berantem gitu, lalu naksir Farah, naksir .. siapa itu anak psikologi yang ternyata sudah menikah?.. yah pokoknya seperti lelaki pada umumnya lah..", nada suara Adel agak berubah.

"Apa kamu pernah... berfikir tentang aku?.."

"Maksudnya?" Adelina membalas tatapan Andre yang tajam. Andre tersenyum.. wuih, Adel mengetuk kepalanya sendiri ketika menyadari, Andre tampan sekali kalau sedang serius.. hehe..

"Makasih ya Del.. Sekarang kamu duduk manis. Kamu akan menjadi orang pertama yang melihat proyekku."

Suara dentingan piano dari tape compo mengalunkan nada sebuah lagu yang lembut. Andre mengayunkan tubuhnya yang lentur, menarikan gerakan balet yang indah, seperti pucuk-pucuk cemara yang sedang menggapai langit, seperti tarian dewa amor yang membagikan cinta, seperti rentangan dewa ares yang tampan mempesonakan aprodite yang menatapnya penuh cinta. Liukannya seperti ilalang di padang rumput ketika dibelai angin yang menelisip di balik bunga liar, lalu berayun dan menukik seperti elang yang sedang terbang mengarungi awan.

Adelina terpukau.. ia tak pernah menikmati tontonan balet seperti ini. Dinamis, lembut, tegas, manis, benar-benar rasa nano-nano. Rasa es campur atau nasi rames.. lengkap. Pantas saja Andre begitu menyukai balet.. ternyata kalau ditonton serius, indah sekali..

Belasan menit berlalu singkat, Andre meliukkan tubuhnya perlahan, menghormat dan berhenti dengan sikap satria di depan Adelina, menekuk salah satu lututnya. Diraihnya tangan Adelina yang masih terpukau menatapnya..

"This is Balade pour my Adeline, for you.. Adelina, maukah engkau menjadi pemilik hatiku satu-satunya?"

Adelina mengerjab. Kaget. Senang, sekaligus gugup luarbiasa. Matanya tenggelam dalam tatapan Andre yang jauh berbeda dari yang dikenalnya selama ini..

"Aku..aku..aku.." Adelina tak bisa menyelesaikan kata-katanya, tangannya menyambut uluran Andre. Dielusnya kelingking Andre yang berbekas parutan huruf A.,"Jadi, ini artinya Adel dan Andre ya..," Desisnya mencoba bergurau meredakan gugup..

"Aduh Del, kamu merusak suasana romantis deh..," Andre mengacak2 rambut Adel dengan gemas. Keduanya saling menatap dengan tertawa berderai-derai. Tapi untuk kali ini, penuh aura cinta.

Balade Pour AdelineWhere stories live. Discover now