Bagian 4.

7.2K 725 120
                                    


....

"Ada masalah diantara kalian?"

Kakashi menatap heran pada kedua ninja di depannya.

Terasa ada sesuatu di antara mereka. Sebab semenjak kedatangan Hinata, Sasuke lebih memilih bungkam. Tak lagi protes tentang misinya kali ini seperti lima menit yang lalu.

"T-tidak Hokage-sama," Hinata menunduk dalam di hadapan Kakashi.

"Hah.. terserah kalian saja. Terima ini, didalamnya terdapat daftar para bandit yang beberapa hari ini cukup meresahkan warga Sunagakure." Kakashi menyerahkan beberapa gulungan kertas yang langsung diterima oleh Sasuke.

Sasuke menatap Kakashi tak mengerti. "Apa ini artinya kami harus menuju Suna?" Tanyanya.

Kakashi mengangguk menimpali pertanyaan dari Sasuke.

"Ya, kalian datanglah menghadap Gaara untuk menjawab permintaan tolongnya." Kakashi mengakhiri kalimatnya dan setelahnya mengizinkan Sasuke beserta Hinata untuk meninggalkan kantor Hokage.

.
.
.

"Ku tunggu di gerbang desa besok pagi." Ucap Sasuke ketika mereka telah keluar dari gedung Hokage.

"Jangan terlambat atau kau akan menerima akibatnya." Imbuhnya.

Belum sempat Hinata mengajukan protes, Sasuke telah lenyap bak angin.

Hinata menghela nafas lelah ketika menghadapi sifat tak mau dibantah milik Sasuke ini. Menyebalkan, tetapi mirip sekali dengan mendiang Neji.

Mengingat itu, Hinata berinisiatif untuk mengunjungi makam Neji. Lagipula, sudah cukup lama Hinata tidak mengunjungi makam sepupunya itu.

....

Hinata terduduk diatas rerumputan disekitar makam Neji.

"Kau rindu denganku?" Ucapnya pelan sambil menaruh bunga di samping batu nisan.

"Yah, aku juga merindukanmu... Sangat.."

"Maaf tidak sering mengunjungimu akhir-akhir ini, aku sedang banyak pikiran,"

"Maafkan aku-"

Hinata menghentikan monolognya dan kembali menghela nafas lelah.

"Kau tahu Nii-san? Aku sedang terlibat masalah dengan Uchiha-san. Masalahnya cukup sepele."

"Hanya karena tomat."

"Uchiha-san begitu marah kepadaku." Hinata tertawa renyah di samping makam Neji.

Ia berbicara seolah-olah Neji masih hidup dan sedang mendengarkan perkataannya saat itu.

Hinata cukup serius mengutarakan tiap masalahnya akhir-akhir ini di hadapan makam Neji.

Jika ada orang lain yang melihatnya, mungkin orang itu akan beranggapan bahwa Hinata sudah gila.

"Hah.. kau menyebalkan meninggalkanku sendiri di sini." Hinata berdiri, membersihkan celananya dari debu.

"Aku akan datang lagi nanti, aku pulang dulu-" Hinata berhenti sebentar dalam ucapannya.

"Nii-sama.." Sambungnya disertai membungkuk pada makam Neji. Lalu setelahnya ia beranjak pergi dari area pemakaman.

Hinata nampak lebih dewasa saat ini, bahkan gadis itu tak lagi menangis tersendu-sendu ketika berhadapan dengan makam Neji seperti dulu.

"Menarik.."

Seorang pria melangkah keluar dari persembunyiannya ketika melihat Hinata benar-benar telah meninggalkan area pemakaman.

Pria itu berjalan mendekati makam. Ia menunduk, lalu menjatuhkan setangkai mawar putih yang ia keluarkan dari sakunya di atas makam milik Neji.

Black BloodWhere stories live. Discover now