35. Curiga

20.2K 802 7
                                    


Happy Reading

Btw, udh bantu sebar cerita aku belum? Mwehehehe

Don forget tu votmen

***

Masih di sini. Semenjak Grace di nyatakan koma, Zayn terus di minta untuk setia menemani gadis yang tertidur itu oleh Roby. Bahkan mungkin ia jadi lebih banyak meluanglan waktunya untuk sekedar menemani Grace padahal ia tidak tau kapan gadis itu akan membuka matanya. Setiap menatap Grace, ada rasa bersalah pada hatinya entah salah dari mana asalnya. Zayn punya sisi sendiri dalam menilai orang lain.

Kedua orang tuanya dan kedua orang tua Grace pun sempat terkejut atas pernyataan Zayn bahwa cewek itu menderita kanker darah. Penyakit yang tidak bisa di anggap remeh sama sekali namun ada harapan untuk sembuh, begitu bagi Zayn. Ia berharap Grace segera sembuh.

Namun, jika di bilang ini adalah bentuk kasih sayang maka Zayn akan membantah. Karena ia menganggap ini sebagai bentuk menghargai yaitu menghargai kedua orang tuanya dan kedua orang tua Grace. Karena sampai detik ini perasaannya tidak berubah pada Grace. Dan perasaannya masih sama pada Tasya.

"Kapan lo sadar?" Gumam Zayn sambil terus menatap Grace.

Pintu ruangan terbuka mendapati Fitri menghampiri Zayn.
Fitri memegang pundak Zayn dan menatapnya.

"Makasih ya udah mau nungguin Grace," 

Zayn mendongkak menatap Fitri dan mengangguk.

Fitri tersenyum. "Sekarang kamu pulang gih, udah malem. Biar Tente yang jagain,"

Zayn menghela napasnya menatap Grace sebentar kemudian kembali mengangguk dan bangkit dari kursi.

"Permisi," ucapnya lalu mengambil tas dan kunci mobilnya keluar dari sana.

***

Tasya turun menghampiri meja makan untuk sarapan. Kali ini ia harus sarapan yang lebih guna menambah dalam berpikir mengisi soal seleksi nanti. 

"Bunda, akta kelahiran Tasya mana?"

Gea berusaha menampakan wajah tenangnya setiap Tasya menanyakan hal itu.  "Ehm, Bunda juga lupa naruh. Nanti kalo udah ketemu Bunda yang antar ke sekolah, gimana?" Alibi Gea.

Tasya mengerutkan alisnya heran. Kenapa bundanya selalu seperti ini? Beralasan setiap  Tasya meminta akta kelahirannya. Ini bukan yang pertama kalinya Tasya meminta akta kelahirannya dan bukan pertama kalinya juga bundanya terus seperti ini, seperti ada yang di tutupi. Namun sudah, ia tidak ingin berpikir buruk lagi pada bundanya.

"Yaudah. Tapi jangan telat ya Bun,"

Gea tersenyum dan mengangguk. "Iya. Sarapan dulu,"

Setelah selesai sarapan, sekarang Tasya sudah bersama Zayn di mobilnya menuju sekolah.

"Jangan lolos,"

Perkataan Zayn membuat Tasya menoleh ke arah Zayn dengan alis mengkerut. Lolos apa, fikirnya. Tapi sedetik kemudian ia tau apa maksud cowok itu.

"Kenapa? Bukannya support malah gitu," ujarnya mengerucutkan bibir.

"Gue gak suka kangen,"

Oke. Tasya membenci hal ini. Kenapa ia tidak pernah langsung mengerti maksud cowok itu membuatnya seperti orang bodoh karena selalu saja bisa membuatnya tersenyum malu. Kini pipinya sudah merona.

ZAYNTASYAWhere stories live. Discover now