1 | Katamu Berbeda

448 120 161
                                    

Perhatian: Semua tokoh, nama sekolah, nama tempat, gedung, dan sebagainya hanyalah fiksi dan karangan author belaka:)

Oh iya, dimohon untuk tidak bingung saat menyebut nama Floren dan Farren, hehe😁

Oh iya, dimohon untuk tidak bingung saat menyebut nama Floren dan Farren, hehe😁

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*******
|FLO & FA |

Malam ini langit tampak cerah. Berbeda dari hari sebelumnya, kali ini bulan menampakkan seluruh wujudnya. Bintang-bintang pun gemerlapan, turut menghiasi suasana malam ini. Angin malam berhembus kencang namun tidak terlalu dingin. Cukup sejuk.

Laki-laki berumur 18 tahun itu berjalan dengan langkah malas di jalanan sepi. Sesekali kakinya menendang apapun yang ada di hadapannya. Raut wajahnya benar-benar kusut dan lelah.

Ia memakai sweater navy dengan jeans panjang warna putih. Di tangannya ada beberapa buku pelajaran yang beberapa hari ini membuatnya kacau. Kacamata yang biasanya ia pakai pun hanya ia tenggerkan di sweaternya, tepat di depan leher.

"Ya Tuhan!" pekiknya sambil menepuk dahi. Bahunya yang semula tegak pun jadi menurun, dan matanya ia pejamkan sebal.

"Aku melupakan kamusku! Sial!" ia langsung memutar tubuhnya kemudian berlari cepat layaknya animasi Jepang.

Sampai di depan halte, ia berhenti sambil mengatur nafasnya. Matanya celingukan mencari benda berharganya. Namun nihil.

Sebenarnya laki-laki itu tadi sedang menunggu bus untuk pulang. Sudah hampir satu jam ia menunggu, namun tidak ada bus yang lewat. Mungkin karena ia memang terlalu larut pulang dari perpustakaan kota, hingga bus pun sudah tidak beroperasi.

Menyinggung tentang perpustakaan kota, ia jadi ingat kalau kamus yang dia maksud tadi adalah milik perpustakaan kota yang baru saja dipinjamnya.

"Kok nggak ada? Seingatku, tadi aku berdiri di sini. Terus siapa yang ngambil?" laki-laki bernama lengkap Farren Alano Azkaradipta itu terus memutar otaknya untuk mengingat dimana ia meninggalkan bukunya.

Hingga pada detik selanjutnya, sebuah suara berhasil membuat Farren terkejut.

"Mencari ini, huh?" seorang gadis dengan tampilan absurd dan berwajah kusut keluar dari balik tembok yang ada di dekat halte. Ia membawa sebuah buku besar, sesuatu yang dicari Farren sejak tadi.

Farren pernah melihat gadis itu. Florencia Leanya. Gadis hits di sekolahnya. Dan saat ini, lelaki itu menatap Floren ngeri. Kemeja compang-camping, rambut berantakan, dan jangan lupakan satu kancing kemeja atas yang terbuka. Hingga sedikit menampilkan bagian dadanya.

Farren berjalan mundur kala gadis itu melangkah maju, buku-buku yang dibawa Farren tadi pun sudah terjatuh begitu saja. Hingga tanpa ia sadari, ia telah terduduk di bangku halte karena terpojokkan oleh Floren.

Gadis itu mendekatkan wajahnya pada wajah Farren. Seketika bau alkohol menyeruak ke dalam indera penciuman Farren. Saat itu juga, Farren menyadari kalau gadis di hadapannya ini tengah mabuk.

Tanpa diduga, Floren menampar Farren keras hingga kepalanya terpelanting ke samping. Lelaki itu terkejut bukan main. Farren yang sejatinya belum pernah ditampar siapapun, terutama orang yang tak pernah dia kenal, hanya bisa menelan ludahnya susah payah sambil mengusap pipi kirinya. Ternyata sesakit ini rasanya ditampar?

"Kau menamparku?" nanar Farren. Tapi sedetik kemudian, ia kembali dibuat terkejut karena tiba-tiba saja Floren menangis di dadanya. Bahkan dengan tanpa ragu, Floren mengusap ingusnya di pakaian Farren.

"Kenapa lo masih hidup aja, hah? Sialan lo! Lo udah hianatin gue, Al!" teriaknya sambil memukul dada Farren menggunakan kamus dengan keras.

Farren berpikir kalau Floren pasti sedang patah hati. Memang, sudah sebulan ini kabarnya Floren menjalin hubungan dengan Alvin, ketua Klub Sepak Bola. Namun sepertinya ia telah putus dari Alvin. Terlihat dari perlakuannya pada Farren.

'Aduh...aku harus gimana? Aku nggak pandai menenangkan orang.' pikir Farren cemas.

"Anu...sebaiknya kamu pulang, karena ini sudah larut. Nggak ba-baik kalo cewek keluyuran malam-malam," kata Farren pelan sambil berusaha menjauhkan tubuh Floren dari tubuhnya.

"Jadi maksud lo, gue bukan cewek baik-baik, gitu? Secara nggak langsung lo udah ngatain gue, kalo gue bukan cewek baik-baik. Dasar-ah, udahlah! Ternyata semua cowok sama aja!" ia melangkah menjauh kemudian melempar kamus ke Farren, "Itu buku lo, gue udah sobek beberapa buat bekas muntahan gue!"

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

"Aku jauh dari kata 'sama' dengan mereka yang kamu bilang," gumam Farren acuh, namun masih didengar Floren.

Seketika Floren menghentikan langkahnya lalu berjalan mendekati Farren yang tengah mengambil buku-bukunya. Matanya memicing ketika ia berhasil membuat Farren sejajar dengannya.

"Lo mau bilang kalo lo beda?" tanya Floren masih dengan tubuh sedikit limbung, "Kalo gitu, buktiin ke gue."

Kalimat terakhir gadis itu membuat Farrel bingung. Laki-laki itu memakai kacamatanya sambil mengusap matanya yang mulai lelah.

"Antar gue pulang cepat."

"HAH?!"

Bersambung

********

Semoga kalian suka. Jangan lupa beri vote+komen ceritanya ya:)

Flo & Fa [END] Where stories live. Discover now