Happy reading
Jangan lupa vote dan comment ya...________
Elea kembali ke kelasnya dengan perasaan yang bahagia, mulai saat ini dia tidak sendirian lagi, sekarang dia punya Arthur yang akan dengan senang hati menggenggam tangannya. Tapi Arthur tidak akan pernah mengingkari janjinyakan ? Dia akan terus bersamanyakan ?
Lamunan Elea terhenti ketika Bu Eni, seorang guru sejarah datang. Bu Eni mulai mengabsen setiap murid dan setelahnya dia mulai menerangkan materi-materi tentang masa penjajahan. Pelajaran sejarah ini sangat membosankan untuk para siswa-siswi lainnya tapi tidak dengan Elea, pelajaran sejarah ini adalah pelajaran yang paling disukai oleh Elea, menurutnya sejarah itu penting tanpa sejarah kita tidak pernah tahu cerita bagaimana dulu para pejuang melawan jepang dan belanda untuk memerdekakan Indonesia.
Bel pun akhirnya berbunyi setelah hampir dua jam pelajaran.
"Jangan lupa kerjakan PR yang ibu kasih dan minggu depan tugasnya sudah ditaruh di meja ibu." ujar Bu Eni.
"Ya Bu." jawab semua murid.
"Bagus, kalau begitu pelajaran ini ibu akhiri. Selamat siang." Bu Eni segera keluar dari ruang kelas, diikuti oleh para murud yang sudah tak sabar untuk segera sampai di rumah.
Linda dan Lala menghampiri bangku Tasya dan Elea.
"Kalian ikut yuk, kita mau ke mall nih ?" tawar Lala.
"Enggak ah, gue mau langsung pulang aja soalnya gue capek banget." tolak Tasya.
"Lo, Ya ?"
Elea hanya menggeleng.
"Lo kenapa gak mau ikut, Ya ?"
"Gue mau ngerjain PR yang di kasih sama Bu Eni tadi."
Lala dan Linda saling berpandangan. "Ya, itu PR masih minggu depan ngapain lo kerjain sekarang ?"
"Ya nggak papa sih, kan lebih cepat lebih baik."
"Ya udah terserah lo deh, Ya. Kita duluan ya, bye."
Linda dan Lala pun pergi meninggalkan Elea dan Tasya.
"Lo bareng gue gak, Ya ?"
"Enggak deh Sya, gue naik ojek aja. Lagian gue juga mau ke toko buku dulu."
"Ya udah gue anter aja."
"Nggak usah Tasya, udah pulang dulu gih. Kasihan sopir lo udah nungguin dari tadi."
"Ya udah gue duluan ya."
"Hati-hati."
Setelah Tasya pergi Elea segera mengemasi barang-barangnya dan keluar dari kelas. Saat berjalan di lapangan tiba-tiba sebuah motor matic berhenti di sebelahnya.
"Mau pulang ?" tanya Arthur.
"Eh kak Arthur, ini aku mau ke toko buku kak."
"Ya udah ayo gue anterin."
Elea buru-buru menolak tawaran Arthur. "Nggak usah kak, nanti ngerepotin kakak."
"Enggak kok, udah ayo naik."
Elea bingung harus menerima tawaran Arthur atau tidak. Karena Arthur terus memaskanya akhirnya Elea mengalah, dia naik ke atas motor Arthur.
"Kak, aku gak pake helm." cicit Elea.
Arthur turun dari motornya. "Bentar, gue cariin lo helm dulu."
Arthur berlari kembali ke parkiran, beberapa menit kemudian Arthur kembali dengan membawa sebuah helm.
Arthur mengulurkan helm tersebut pada Elea. "Nih pake."
Elea menerima helm tersebut. "Ini helm siapa kak ?"
"Helm temen gue."
"Emang temen kak—"
"Udah pake aja dia lagi gak butuh helm."
Tanpa mau memperpanjang akhirnya Elea memasang helm tersebut. Dilain sisi Angga tengah menyumpah serapari Arthur karena dengan tiba-tiba mengembil helmnya tanpa seijinya, jika seperti ini bisa-bisa dia ditangkap polisi karena melanggar aturan berkendara.
12 menit kemudian mereka berdua sampai di sebuah toko buku. Arthur terus mengekori Elea yang sedang menyusuri rak-rak buku.
"Lo cari buku apa sih ?"
"Buku tentang sejarah Indonesia." jawab Elea tanpa memandang Arthur.
"Buat apa ?"
"Buat dipelajarilah kak." Bibir Arthur hanya membentuk huruf O.
Setelah menapatkan apa yang Elea cari, dia segera membayarnya dan pergi dari toko tersebut. Tapi bukannya menuju apartemen Elea motor Arthur malah berhenti di sebuah taman.
"Loh kak, mau ngapain kita kesini ?"
"Udah turun aja, mau ada yang gue omongin sama lo."
Elea pun menurut, dia segera turun dari atas motor Arthur. Mereka berdua berjalan memasuki taman tersebut.
"Lo mau es krim ?" tawar Arhur, Elea menggeleng.
"Oke tunggu sebentar." Arthur berjalan ke penjual es yang tak jauh ari tempatnya berdiri. Dia membeli dua buah es krim untuk dirinya dan juga Elea, setelah itu dia kembali menghampiri Elea.
"Nih." Arthur mengulurkan es krim coklat pada Elea.
"Aku kan udah bilang gak mau kak."
"Gue udah terlanjur beli." Elea memutar matanya dan akhirnya menerima es krim tersebut.
"Makasih kak." Arthur hanya berdehem.
"Kita duduk disana aja ya." tunjuk Arthur pada sebuah bangku yang masih kosong.
"Kakak mau ngomong apa ?" tanya Elea ketika mereka sudah duduk.
Cukup lama Arthur diam. "Gue mohon, lo jangan terlalu kaku sama hubungan ini. Gue tahu lo masih beradaptasi sama hubungan ini, sama gue juga. Tapi jangan terlalu kaku sama gue, Ya. Gue bener-bener serius sama hubungan yang gue tawarin ke lo." Elea hanya diam menyimak apa yang Arthur katakan.
"Kita punya luka yang sama, cuma bedanya gue gak diinginin sama bokap gue aja sedangkan lo gak diinginin sama kedua orang tua lo. Gue pengen kita saling menguatkan, gue percaya lo bisa nguatin gue dan gue harap lo bisa percaya kalau gue juga bisa nguatin lo."
Elea memegang tangan Arthur. "Aku percaya sama kakak, kakak pasti bisa ngelindungin aku, ngejaga aku dan nguatin aku. Aku sepenuhnya percaya sama kakak, aku percaya kak Arthur nggak bakal ngingkarin janji kakak." Elea menelan salivanya.
"Hubungan ini udah dimulai dari sekarang. Jadi aku mohon kakak terbuka sama aku, begitu pun sebaliknya, aku juga bakal terbuka sama kakak. Perlahan kita akan saling mengenal latar belakang masing-masing, nggak usah buru-buru."
Arthur memeluk Elea begitu erat, Elea satu-satunya wanita yang mau menerimanya setelah mengetahui latar belakangnya yang sesungguhnya dan sampai kapan pun Arthur tidak akan melepaskan gadis ini. Mulai sekarang Elea adalah rumahnya, Elea adalah segalanya untuk Arthur.
"Kamu satu-satunya cewek yang mau nerima aku yang kayak gini dan akan terus berterima kasih untuk itu."
"Nggak usah berterima kasih kak. Ingat sekarang ini kita adalah satu."