CHAPTER 52

208 19 2
                                    

Siang ini, dengan telaten Farga memandikan burung peliharaan ibunya. Walau berat hati, ia tetap melakukan pekerjaan menyusahkan ini.

Bagi Fika burung kecil itu sangat imut, berbanding terbalik dengan Farga. Ia malah terus memaki burung kecil berwarna putih bersih itu sembari mendesis.

"Ngapain si numpah-numpahin minum lo di kandang! kan lo jadi kotor! kalo lo kotor siapa yang mandiin, gue juga kan!" kesal Farga.

Farga terus menyemprotkan air ke tubuh burung kecil itu. Namun burung itu terus terbang kesana kemari di dalam sangkar. Kenapa Farga tak memegangnya saja? karena terakhir kali Farga hampir melepas burung kecil itu.

"Burung bego! beda sama burung gue. Pinter,"

Ketika Farga sedang asyik menghujat burung suci polos tak tau apa-apa itu, tiba-tiba Fika muncul dari arah tangga. Farga mengernyit, tampilan adiknya itu nampak sedikit berlebihan jika untuk di rumah saja.

"Mau kemana?" tanya Farga.

"Pergi,"

"Ya kemana?"

"keluar,"

"Fik, gue lagi kesel sama si Kitty! lo jangan bikin gue tambah emosi. Gue tanya lo mau pergi keluarnya kemana?"

Jika kalian belum paham, Kitty merupakan nama sialan yang Fika kasih untuk burung putih itu. Sungguh Farga sampai tak habis pikir, seekor burung Fika beri nama kitty yang notabene kebanyakan nama untuk kucing.

"Ke Taman Rindang Kencana," jawab Fika.

"Sama temen?"

"Sam-"

"Kitty terbang anjir! Fika panggilin Mang Idin di depan! suruh bantu gue nangkep burung kampret ini." heboh Farga setelah menyadari burung itu keluar dari sangkar dan kini sedang terbang kesana kemari di dalam ruang keluarga.

Fika langsung bergegas pergi memanggil tukang kebun rumahnya itu.

"Pak! itu si Kitty terbang lagi, bantuin Kak Aga ya."

Dengan segera tukang kebun rumah Farga itu langsung berlari ke dalam rumah untuk membantu Farga.

Semangat kak nangkep kitty nya. Batin Fika.

Fika pun mulai keluar rumahnya untuk menuju suatu tempat.

.............

Farga menutup buku besar di hadapannya. Helaan napas terdengar begitu saja, Farga menutup matanya sejenak. Melepas penat yang sepertinya begitu menyelimuti tubuhnya.

Belajar terus menerus sangat membuat Farga jenuh. Bahkan waktunya bersama Key juga menjadi berkurang.

Disamping itu, ia juga teringat mengenai ajuan yang di berikan Mr. Bram kepadanya agar mengambil kuliah di luar negeri, itu benar-benar membuat Farga bimbang. Memang sudah sejak dulu ia ingin menimba ilmu di universitas Haverd. Namun, keinginnanya selalu ia coba lupakan karena ia harus tetap di Indonesia. Jika ia pergi, siapa yang menjaga Keyza? lalu yang lebih masalah lagi. Apakah ia bisa jauh dari gadis itu?

Saat ia sedang meregangkan otot-ototnya, ponsel Farga berbunyi. Diambilnya bendah pipih itu, seketika tubuhnya ia tegakan. Menatap nama yang tertera di layar dengan buangan napas lelah.

"Dia mau apa lagi?" gumamnya.

Farga melempar ponselnya ke sisi ranjang.

Kembali, deringan ponsel itu terdengar.

Dengan kesal, Farga mengambil ponselnya dan menekan tombol hijau.

"Gue di depan, tolong Ga. Keluar, buat terakhir kali aja. Gue pengin lihat lo, sebentar."

My Secret PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang