IGMLTY 5

1.4K 55 1
                                    

"Hoammm..." Ai merenggangkan tangannya ke atas, mengendurkan seluruh otot tubuhnya yang terasa kaku. Alarm digitalnya membuat dirinya terlempar dari alam mimpi kembali ke dunia nyata. Mendekati musim dingin, pagi ini matahari terlihat lebih malu untuk muncul ke permukaan bumi daripada kemarin.

Ai mengusap kedua matanya yang terasa seperti dilengketkan oleh sesuatu mengakibatkan dirinya kesulitan dalam membukanya.

Ia berhasil mematahkan satu lapisan yang menahannya untuk melihat dunia, namun pandangannya masih kabur, butuh beberapa waktu lamanya agar menjadi jelas.

Dari sudut matanya, Ai melihat sebuah antena menyembul dari kepala seseorang, membuatnya terkejut setengah mati. 'Kudo-kun? A.. apa yang dia lakukan di sini?!' batin Ai. Awalnya ia berniat untuk menjerit, tapi melihat wajah Conan yang seperti seorang anak kecil polos saat tidur, Ai mengurungkan niatnya tersebut.

Tiba-tiba, Ai merasakan salah satu daerah lehernya berdenyut, seakan habis ditusuk oleh sebuah jarum kecil yang membawanya masuk ke alam mimpi. Ini aneh, biasanya ia tidak pernah tidur senyenyak bayi yang berada dalam gendongan ibunya, tapi kali ini tidurnya bisa dibilang sangat nyenyak, bahkan terbangun untuk sekedar minum air saja rasanya tidak bisa. "Hah? Jangan-jangan...."

Tubuh Conan bergerak sedikit, ia mengangkat kepalanya perlahan. "Hoamm.. Selamat pagi, Haibara... Tumben kau sudah bangun." ucapnya dengan mata yang masih menyipit dan mulut yang terbuka karena menguap.

"Apa yang kau lakukan di sini? Tidur bersama seorang wanita setelah membiusnya?" tanya Ai sedikit marah.

"Tenang, aku tidak melakukan apa pun padamu kok semalam." ucapan Conan berhasil membuat wajah Ai seperti kepiting rebus. Tanpa berpikir, Ai meraih bantalnya dan melemparkannya ke arah Conan.

"Bukan jawaban itu yang kuinginkan! Dasar mesum!!" jerit Ai, seluruh wajahnya masih berwarna merah karena malu.

Conan dengan sigap menangkap bantal itu sebelum mengenai wajahnya, ia memasang cengiran lebar di bibirnya.

"Tsk.. Kenapa aku bisa tinggal bersama bocah mesum ini?" Ai menyentuh keningnya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tanpa mempedulikan gerutuan Ai, Conan memakai kacamatanya lalu berjalan ke jendela untuk membuka tirai besar yang menghalangi pemandangan di luar.

Matahari perlahan menyembul keluar, hendak menyapa seluruh penghuni negeri sakura, terutama Kota Beika. Sinarnya menerangi setiap sudut yang tidak terhalang oleh sesuatu. "Haibara, kita sarapan di Kafe Poirot saja, bagaimana?" tanya Conan pada Ai yang masih bermuka bantal.

"Detektif terkenal ingin mengajak kencan seorang gadis pengantuk di pagi buta huh?" tanya Ai, ada nada mengejek di dalamnya. Conan menghela napas sebal.

"Tapi boleh juga, soalnya bahan makanan sudah habis, kalau mau masak aku harus belanja dulu." perlahan rasa kesal Conan berubah jadi senang, tanpa ia sadari senyumannya tambah melebar.

"Apa senyum-senyum?" Ai menatap Conan dengan ganas seperti harimau yang ingin memburu mangsanya.

"Ti.. Tidak.." Conan memutar bola matanya ke arah lain, menghindari tatapan monster kecil di depannya.

Dengan mata yang menyipit karena curiga, Ai menurunkan tubuhnya dari kasur empuknya. "Ya sudah, setelah aku beres-beres, kita pergi ke sana. Kamu juga harus membantuku." ucap Ai setelah berdiri tepat di depan Conan, ia menjentikkan jarinya di kening Conan.

"Adaaw..." Conan menyentuh tempat Ai tadi menyentil keningnya, rasanya sakit sekali. Ai hanya terkekeh melihat kelakuan Conan. "Haibara, kau itu terbuat dari apa sih?!"

"Aku? Aku terbuat dari baja, puas?!" jawab Ai sembari berlalu meninggalkan Conan yang masih mematung dengan kedua matanya yang berubah menjadi titik besar.

𝓘 𝓖𝓲𝓿𝓮 𝓜𝔂 𝓛𝓸𝓿𝓮 𝓣𝓸 𝓨𝓸𝓾 Where stories live. Discover now