IGMLTY 6

1.2K 51 5
                                    

Ai mengelap keringat yang mengucur dari keningnya, tubuhnya dihempaskan ke atas sofa, rasanya letih sekali. Hakase bilang kalau ia akan sampai di rumah dalam rentang 10 menit. Ai terkejut saat tahu hakase turut mengundang ketiga temannya yang lain, sehingga mau tidak mau ia harus memasak tiga porsi tambahan steak, yang untungnya saja Ai membeli daging lebih, sehingga cukup untuk mereka semua.

Tiba-tiba sesuatu menyentuh pundak Ai, membuatnya hampir terlompat dari tempatnya duduk. "Kudo-kun..." pekik Ai pelan ketika tahu yang sebenarnya, terlihat wajah Conan yang sedang melemparkan senyum lebar padanya.

"Tenanglah..." bisik Conan, kedua tangannya perlahan mulai memijat pundak Ai, membuat gadis itu sedikit terkejut.

"Kau pasti lelah, istirahatkan dulu dirimu, setidaknya sampai mereka datang." tubuh Ai terasa tegang, tidak menyangka Conan begitu memperhatikannya.

"Ara, sejak kapan detektif tidak peka ini menaruh perhatian pada seorang gadis sepertiku?" sindir Ai, menutupi sifat tsundere-nya.

"Aku? Sudah dari dulu kok." jawab Conan, memang sulit dipercaya tapi itulah kenyataannya. Tiap satu pijatan dari tangan Conan, Ai merasa seperti disetrum oleh suatu perasaan aneh, membuat jantungnya semakin berdetak cepat dan hatinya meleleh.

"Ngomong-ngomong, kapan ujian masuk SMA Kurishiwa dilaksanakan?" tanya Conan, tangannya terus memijat Ai tanpa lelah sedikitpun.

"Kalau kukatakan, kamu pasti akan mengikutiku kan?"

Conan menelan ludah, kalau ia mengatakan yang sejujurnya, Ai pasti akan berlari menghindarinya. "Harusnya kamu bersyukur, aku memutuskan tidak jadi pindah ke Inggris karena memikirkan keadaan hakase jika aku meninggalkannya, dan sekarang kamu bersikeras ingin satu sekolah denganku?" tanya Ai, dari nada bicaranya ia tidak ingin Conan mengikutinya masuk sekolah yang sama dengannya.

"Tapi terserahmu saja lah, aku tidak punya hak untuk melarangmu." Ai menghela napas pasrah, sepertinya memang tidak mungkin baginya untuk hidup terpisah dari detektif itu.

"Katakan padaku, kenapa kau tidak ingin masuk SMA Teitan?"

Ai terdiam sejenak, sebenarnya ia tidak punya niat sedikit pun menjawab pertanyaan yang satu ini, tapi kalau tidak dijawab Conan pasti akan selalu menyerbunya dengan pertanyaan yang sama tanpa mengenal tempat dan waktu. "Sekolah itu... bagiku seperti sekolah yang terkutuk."

"Maksudmu... karena sekolah itu merupakan tempatku belajar bersama Ran dulu?" Ai tersentak, tidak menyangka kalau Conan dengan cepat mengerti maksud yang sengaja Ai sembunyikan.

Kepala Ai tertunduk, rasa bersalah kembali menghantui dirinya. "Ya ampun, Haibara! Sampai kapan kau akan terus memikirkan aku dan Ran? Pikirkan dirimu juga, lagipula ini sudah keputusan kami berdua, bukan salahmu." Conan gemas, sudah ratusan bahkan mungkin ribuan kali ia mengatakan pada gadis di hadapannya untuk berhenti memikirkan hidup orang lain.

"Tapi...." belum selesai Ai melanjutkan kalimatnya, Conan sudah membekap mulutnya dari belakang dengan kedua tangannya.

"Aku tidak ingin kau berbicara seperti itu lagi, aku ingin kita berdua sama-sama memiliki hidup yang bahagia. Kalau kau terus merasakan penderitaan akibat pemikiranmu yang berlebihan itu, aku juga menderita, Haibara!" perlahan Conan memeluk tubuh kecil Ai dari belakang, membuat Ai merasa seolah jiwanya terlepas dari raganya.

"Karena itu... Kumohon, berhentilah...." bisik Conan pada telinga Ai. Sebuah perasaan hangat merasuki hati gadis kecil itu. Sebenarnya ia merasa malu dengan posisi mereka saat ini, tapi tangannya tidak bisa bergerak untuk melepas pelukan Conan darinya.

"Kita berdua sudah menanggalkan identitas asli kita, kita akan memulai kembali semuanya dari awal." Ai bisa merasakan kacamata Conan yang mengenai rambut belakangnya, sepertinya detektif itu tengah menikmati rasa lembut yang dimiliki oleh rambutnya.

𝓘 𝓖𝓲𝓿𝓮 𝓜𝔂 𝓛𝓸𝓿𝓮 𝓣𝓸 𝓨𝓸𝓾 Where stories live. Discover now