22-Kantin

40 22 7
                                    

Dua Puluh Dua

--------

Radhit dan Danita pun berjalan beriringan. Bahagia. Itu yang menggambarkan hati Radhit saat ini, terlihat jelas di wajah dan matanya.

"Cowok lo cemburuan nggak?" tanya Radhit. Pandangannya saat ini tengah berada pada sosok di sampingnya.

"Maksud lo?" tanya Danita pura-pura tidak mengerti maksud perkataan Radhit padanya barusan.

"Lo nggak ngerti maksud gue?" tanya Radhit.

"Tau. Maksud lo Farhan?" tanya Danita.

"Iyalah. Emang cowok lo ada lagi selain Farhan?" tanya Radhit mengernyitkan dahinya.

"Nggak sih. Farhan orangnya nggak kayak gitu, cuek," jawab Danita.

"Terus kok lo mau sama dia kalau dia cuek?" tanya Radhit.

"Gue lebih suka cowok cuek. Gue orang nya nggak suka ribet dan nggak suka juga di ribetin. Jadi, kalau udah sadar dia orangnya ribet jauh-jauh deh sama gue."

"Oh gitu. Kalau cowoknya nggak ribet tapi suka diribetin sama orang lain."

"Ya tinggal gue usir aja orang yang ngeribetin cowok gue."

"Ternyata yang lo bilang kemarin bukan sekedar keluar dari mulut doang," ucap Radhit sembari tersenyum tipis.

"Maksud lo?" tanya Danita tidak faham maksud perkataan yang Radhit lontarkan padanya.

"Lo orangnya beda," jawab Radhit masih dengan senyum yang sama.

"Yang gue bilang sama Kenzo," tanya Danita mulai mengerti maksud pernyataan Radhit.

"Iya," jawab Radhit pasti.

"Lo denger ya?" tanya Danita.

"Kan deket. Lagian kalo gue nggak denger gue nggak bakalan bilang."

"Bener juga. Gue ketempat temen gue dulu ya, daah."

Radhit hanya membalas dengan anggukan pelan.

⁎⁎⁎

Radhit melangkahkan kaki menuju salah satu meja kantin yang di sana sudah ada Kenzo dan Ari di sana.

"Itu Danita?" tanya kenzo yang tadi memerhatikan.

"Iya," jawab Radhit singkat.

"Kok bisa lo bareng Danita?" tanya Kenzo penasaran, begitupun dengan Ari yang memang sudah memerhatikan dengan seksama.

"Bisalah. Tadi dia ke kelas balikin jaket gue sekalian mau ke kantin katanya," jawab Radhit.

"Pantesan. Tadi perasaan Radhit udah balik ke kelas kok tiba-tiba balik lagi ke sini," ucap Ari meledek.

"Kalau udah menyangkut Danita emang kayak gitu si Radhit. Nyawa aja di kasih, apalagi cuman nganterin ke kantin," ledek Kenzo lebay.

"Nggak lebay juga," ucap Radhit.

"Jadi gimana Dit hubungan lo sama Kesya?" tanya Ari.

"Hubungan apa? Gue nggak pernah ada hubungan sama dia," jawab Radhit. Wajah yang awalnya terlihat bahagia berubah menjadi masam.

"Gue tau lo marah, kesel dan juga kecewa sama Kesya. Tapi setiap hal dan masalah itu harus dibicarain dengan kepala dingin Dit," ucap Ari memberi saran pada Radhit terkait masalahnya dengan Kesya.

"Terus gue harus apa? Nemuin dia gitu, ogah," ucap Radhit acuh tak acuh.

"Emang dia nggak ada nemuin lo? Minta maaf gitu?" tanya Kenzo penasaran kelanjutan permasalahan antara Radhit dan Kesya.

"Nggak ada sama sekali dan gue juga nggak perduli. Kalaupun dia minta maaf sama gue sekalipun, belum tentu gue bakalan mau maafin," ucap Radhit. Terlihat jelas di wajahnya saat ini ia terlihat sangan kesal dan kecewa.

"Nggak boleh gitu Radhit, sesama manusia itu harus saling memaafkan. Memaafkan itu hukumnya wajib," ucap Ari dengan gaya sok bijak.

"Jijik gue liat gaya lo," ucap Radhit.

"Lo jijik, gue mau muntah Dit," ucap Kenzo tak mau kalah menghina sahabatnya yang satu itu.

"Muntah aja, nggak bakalan ada yang ngelarang kok," ucap Radhit.

"Hahah, bangkek lo."

Mereka pun hanya menertawakan perkataan tidak penting yang mereka lontarkan.

⁎⁎⁎

Vecchia Storia [Sudah Terbit]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang