Regulus

11.9K 1.5K 56
                                    

(*) Regulus adalah bintang paling terang di rasi Leo dan termasuk bintang yang cemerlang di langit malam. Bintang ini berada pada jarak 77.5 tahun cahaya dari Bumi. Regulus merupakan sistem multi bintang yang terdiri dari empat bintang yang tergabung dalam dua pasang bintang.

Malam ini begitu hening, udara dingin malam hari membuat pelukan mereka semakin erat. Rembulan indah bertenger dilangit malam yang kelam. Tangis itu sekarang tidak lagi terdengar. Senja melepaskan pelukannya.

“Sekarang kita pulang.”

Bintang tidak menyela ajakan Senja. Sesampainya di bawah. Di Café Bintang Senja.

“Aku bisa pulang sendiri.” Ujar Bintang.

Senja tidak melepaskan genggamannya.

“Tidak baik menyetir dalam keadaanmu seperti ini. Mobilmu biar diantarkan oleh pegawai Café besok.”

“Aku tidak ingin merepotkan siapa pun.”

“Tidak ada yang direpotkan. Ikut pulang bersamaku.”

“Aku kesal harus terus selalu melihatmu.” Pekik Bintang.

“Jadi sekarang apa yang harus aku lakukan? Katakan Bintang, Apa?”

Dua sejoli itu saling diam dengan nafas yang naik turun. Senja tahu perasaan mereka sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja di mana fakta mengharuskan mereka menjadi adik kakak? Sedangkan perasaan mereka tidak seperti itu.

Mereka merasa hina saat perasaan ini ternyata tidak bisa hilang dalam degup di dada mereka. Kini, Bintang pun sudah ada dalam mobil Senja. Entah bagaimana Senja bisa membujuk dengan baiknya.

Mata Bintang begitu sembab. Senja pun menyetir dalam diam. Kekhawatiran ini selalu tertuju hanya untuk satu orang saja, yakni Bintang.

Senja Khawatir membiarkannya pulang sendirian, selalu seperti itu. Sesampainya dipanti Bintang ke luar dari mobil tanpa pamit. Senja melongok dari jendela mobil.

“Istirahatlah, jangan terlalu memikirkan apapun terlalu banyak.” Ujar Senja.

Bintang masuk ke dalam Panti dengan ditatap penuh khawatir oleh Ningsih. Ningsih mengikuti Bintang ke kamarnya. Melihat Bintang langsung menjatuhkan diri di atas ranjangnya. Menutup wajahnya dengan Bantal.

Ningsih duduk di sisi ranjang, mengusap kepala Bintang. Ningsih tidak mengatakan apapun, dia paham bagaiamana perasaan anak muda  yang sedang menahan tangis ini.

Keesokan paginya, Bintang berangkat dengan menggunakan mobilnya. Entah jam berapa mobilnya diantarkan karena sudah terparkir rapi dihalaman panti asuhan. Dia kembali bekerja seperti biasa.

Diruangan kerjanya, Wajah Bintang begitu muram. Bulan yang melihat itu pun pasti sudah tahu, Bintang sedang dalam keadaan yang buruk. Langit pun masuk ke ruangannya tanpa menyebar senyum. Bulan pikir mereka sedang terlibat masalah.

Saat Bintang izin ke toilet, Bulan mengikuti. Mereka berdiri bersisian mencuci tangan depan kaca besar.

“Apa kalian sedang bertengkar?” Tanya Bulan.

“siapa?”

“kamu dan Pak Langit.”

“Tidak.”

“Aku melihat wajahmu sedih sekali Bintang, Aku kira sedang bertengkar dengan Pak Langit.”

“Tidak usah segala sesuatunya berhubungan dengan Pak Langit.”

“Maaf, jika dugaanku membuatmu kesal.”

“Tidak Bulan, hanya memang perasanku sedang tidak baik. Ya. Kamu benar. Aku dari dulu menjauhinya karena sebuah kenyataan tapi saat kenyataan ini semakin jelas aku tidak terima. Lucu kan?” Lirih Bintang.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang